14. Pilihan Nataya

18 2 0
                                    


Vio duduk di undakan teras pondok dengan menatap seluruh hutan sejauh penglihatannya. Hatinya damai dan sangat tersentuh. Ini rumahnya. Tempat kelahirannya. Dia merasakan ikatan yang sangat kuat hingga ke nadinya. Sejak menginjakkan kakinya di sini malam itu, dia sudah merasakan sesuatu yang sangat kuat. Bagaimana bisa dia menjauh dari tempat ini? Bukankah seharusnya dia hidup dan besar di sini? Tapi sekarang dia punya kehidupan yang lain. Dia punya pekerjaan yang disukainya. Teman-teman yang sangat luar biasa dan juga kekasih yang istimewa dan unik. Bagaimana bisa dia harus memilih? Dia ingin memiliki semuanya karena dia tidak pernah memiliki itu semua dalam waktu yang sangat lama. Beberapa hari ini semua itu dia miliki seakan mimpi yang jadi kenyataan. Jadi wajar kalau dia tidak ingin melepaskannya dengan semudah itu.

”Apa yang kau pikirkan, anakku?”

Suara lembut dan halus menembus lamunan Vio seketika. Suara ibunya, sang ratu peri. Dia duduk di sampingnya tanpa disadarinya. Pikirannya telah membawanya sangat jauh hingga dia tidak mendengar suara apapun di dekatnya.

Vio menatap ibunya dengan penuh rasa sayang. Wajah yang sangat lembut dan mata yang sarat cinta dan harapan. Apakah itu untuknya?

”Kau sedang dilema...hmm?” tanya sang ratu seakan tahu apa yang dipikirkan Vio.

”Bagaimana ibu tahu apa yang kurasakan?” tanya Vio lemah.

Sang ratu tersenyum keibuan dan menyentuh tangan besar Vio. Tangan ibunya terasa hangat dan Vio menyukainya.

”Kau putraku, tentu saja aku tahu. Semua hal yang terjadi padamu belakangan ini pasti cukup membuatmu bingung. Aku tidak ingin kau membuat pilihan. Kau bisa menjalani hidupmu seperti biasanya. Kami hanya ingin kau tahu bahwa kami semua di sini sangat menyayangimu. Apapun yang kau jalani kami selalu mendukungmu.”

Kata-kata ibunya seperti embun yang sejuk. Vio menatap sekelilingnya lalu menarik napas panjang.

”Aku memang tidak ingin memilih. Aku memiliki semuanya sekarang dan sangat bahagia. Ibu benar, aku bingung. Tapi...aku harus siap dengan perubahan ini.” Vio berkata dengan cukup yakin.

”Kau seperti ayahmu.” ucap sang ratu sambil tersenyum.

”Benarkah?”

”Ya...kalian punya sesuatu dan itu membuat semua orang mencintai kalian. Kalian sangat terbuka dan penuh kasih sayang. Rasa benci...ibu tidak pernah melihat itu di diri ayahmu. Dan kau juga.”

Vio terdiam. Dia berpikir sesaat. Setelahnya dia menyadari kata-kata itu. Rasa benci...mungkin ibunya benar. Selama ini dia sangat enjoy dengan hidupnya. Dia tidak pernah berpikir terlalu keras terhadap orang lain. Sikap cueknya bahkan membuat orang lain semakin ingin dekat dengannya.

”Apakah itu baik, ibu? Tidak ada rasa benci...”

”Mmm...kadang itu bisa berbahaya juga...” Sang ratu tertawa kecil karena sepertinya itu lucu juga.

Vio ikut tertawa. Yah...setidaknya dia perlu merasakan itu...rasa benci. Tapi seingatnya dia belum pernah membenci seseorang. Hanya ada rasa kurang suka atau terganggu akan sesuatu. Bahkan masalah hidup Vee dan Kai yang dikejar pembunuh menimbulkan rasa sedih baginya. Ini membuat roman wajahnya mendadak suram.

”Kau sedih?” tanya ibunya.

Vio mendesah.

”Vee...aku menyesal tidak bisa menolongnya.”

”Kau bisa menolong Kai.”

Vio tersentak mendengar kalimat ibunya.

”Kau pasangan dan juga pelindungnya...jadi kau bisa selalu bersamanya. Itu akan sangat membantunya.”

My Dearest 'Calmee' (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang