15. Pertempuran

10 3 0
                                    


Hutan Barat berbeda jauh dengan Hutan Utara. Suasana gelap dan dingin menyambut keempat pria tampan itu saat tiba di luar hutan. Vio mengedarkan pandangannya ke sepanjang sisi luar hutan. Dia bisa merasakan keterikatan dengan hutan tersebut sama seperti yang dirasakannya dengan Hutan Utara. Itu berarti para penghuni hutan juga merasakan kedatangannya dan mengenalinya. Rasa lega terbit di hatinya karena dia akan lebih mudah untuk meminta bantuan mereka.

Tiba-tiba Vio teringat sesuatu.

”Sota, gimana dengan kafe? Dan Sam?” tanya Vio penasaran.

Sota tampak serius.

”Kafe tutup. Kebetulan juga dari kemarin hingga besok adalah hari libur Sam. Apa kau lupa dia tiap bulan selalu ambil libur 3 hari?” jawab Sota mengingatkan.

”Ahh...kau benar. Kadang kupikir kenapa dia ambil libur harus 3 hari berturut-turut setiap bulannya.” sahut Vio geleng-geleng kepala disambut anggukan oleh Sota dan Luca.

”Nataya...bukankah kau harus pergi?” sela Kai memotong percakapan Vio dan Sota.

Vio menatap Kai dan segera meraih tangannya. Mereka berjalan sedikit menjauh dari para anggota kelompok yang sudah tiba lebih dulu dari mereka.

Mereka berdiri berhadapan dan saling menatap penuh arti. Kecemasan tampak jelas di wajah Vio.

”Kau cemas, Nataya?” tanya Kai lirih. Sebelah tangannya menyentuh pipi Vio dan tetap di sana.

”Menurutmu?” tanya Vio balik.

Kai tersenyum.

”Aku tidak takut apapun karena...ada kau yang melindungiku sekarang. Bukankah itu peranmu sebagai pasanganku?” goda Kai dengan suara merdunya.

”Wow...kau benar-benar tahu dalam mengambil keuntungan.” sahut Vio dengan seringai liciknya.

Kai mengedikkan bahunya dan terkekeh pelan.

”Aku akan menemui para penghuni hutan. Selama aku belum kembali padamu...kau harus janji padaku agar berhati-hati di dalam sana. Oke?” Vio memohon dengan wajah yang tegas.

”Siap, Master.” jawab Kai semakin menggoda Vio.

Hati Vio meleyot seketika dan dengan cepat dia memeluk Kai lalu memberikan sebuah gigitan kecil di leher putihnya.

Kai meringis tapi hanya bertahan. Dia membiarkan kekasihnya memberikan tanda kepemilikan pada dirinya. Jilatan lembut yang menyusul kemudian terasa hangat di kulitnya.

Perlahan Kai melepaskan dirinya dan mendorong Vio dengan lembut.

”Pergilah! Jangan buang waktu!” pinta Kai dengan memberikan senyuman selebar mungkin untuk menghilangkan kekhawatiran pria macho itu.

Sebelum masuk ke hutan, Vio melambaikan tangannya pada Luca dan Sota. Kedua pria itu membalasnya dengan bingung. Sota ingin memanggilnya tapi keburu dihentikan Kai.

”Aku butuh penjelasan.” Sota menatap Kai tajam. Dia sangat cemas memikirkan Vio yang tiba-tiba pergi sendiri masuk ke hutan.

”Saat ini aku hanya bisa bilang...percayalah padanya. Dia akan menyusul kita nanti. Kau jangan khawatir! Ini adalah tempatnya.” Kai menjawab dengan tenang berusaha meredakan kecemasannya juga.

Luca dan Sota saling pandang dan mendesah gundah.

”Sepertinya kita gak punya pilihan lain selain mempercayai kata-katanya.” ujar Luca dengan membelai bahu Sota. Suaminya itu masih terlihat tidak tenang. Itu wajar karena Vio adalah sahabatnya. Walaupun Vio adalah Scelta tapi Sota tetap mengkhawatirkannya.

My Dearest 'Calmee' (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang