25. Do you?...I do

10 2 0
                                    


Kilauan berlian kecil sedikit menyilaukan mata Vio. Sinar matahari menerangi kamar dengan hangat. Vio mengayun-ayunkan jari-jarinya untuk melihat dengan jelas. Ini bukan mimpi. Itu benar-benar cincin.

Apa ini?

"Selamat pagi, peri besar!" Sapaan merdu Kai membuat Vio mengangkat kepalanya. Pria cantiknya duduk dengan menawan di kursi santainya tepat di ujung tempat tidur.

Kai duduk dengan menyilangkan kaki jenjangnya dan menautkan jemarinya yang indah dan panjang di depan dagu. Dia terlihat luar biasa di mata Vio. Kombinasi kecantikan dan ketampanan yang sangat pas.
Pria itu sudah rapi dan wangi. Aromanya menguar ke seluruh ruangan. Dan dia seperti pengawas di sana. Tampang puas ada di wajahnya yang putih mulus tanpa cacat.

Vio bangkit dan menopang tubuhnya dengan kedua siku di kasur. Selimut jatuh di tubuhnya hingga ke bawah pusar. Otot-otot nya tampak kuat dan keras. Warna kulit yang sedikit gelap semakin menambah kejantanannya. Sifat maskulin dan macho memang sudah terpatri di diri Vio. Sadar akan hal ini dia pun perlahan menegakkan tubuhnya hingga selimut semakin turun menampakkan bayangan gelap di sana. Dia masih telanjang di bawah. Kai tahu itu. Pemandangan menggoda ini membuat Kai menelan ludah. Puas dengan yang dilakukannya, Vio nyengir.

"Pagi juga, cantik!" Jawab Vio dengan suara beratnya dan serak.

"Jangan panggil aku cantik, Kak Yo! Kau tahu aku gak suka." Rajuk Kai tapi masih dengan posisi duduk yang sama dan tenang. Sangat Kai sekali.

"Baiklah...tapi...apa ini?" Tanya Vio sambil memperlihatkan jarinya yang memakai cincin. Itu terlihat kontras dengan kondisinya sekarang yang tanpa busana.

"Menurutmu?" Kai balik bertanya.

"Entahlah." Vio pura-pura tidak tahu.

"Kau tidak bisa menebaknya?" Tanya Kai tak percaya.

"Aku lebih suka mendengar langsung dari bibirmu." Goda Vio.

Kai diam sesaat. Matanya menatap Vio tajam tapi juga mencoba menghipnotis. Dia masih saja melakukannya walau tahu Vio tidak akan terpengaruh.

"Ah...aku kesal Kak Yo tidak bisa dihipnotis." Kai menggerutu kesal.

"Untuk apa kau mau menghipnotis ku? Kau tidak percaya diri?" Tanya Vio masih saja usil.

"Kak Yo, seharusnya kau bisa tebak apa maksud cincin itu?"

"Well...aku tidak tahu." Vio berkilah.

"Kau licik."

"Kau juga." Vio tidak mau kalah.

"Aku...kapan? Aku tidak punya pengalaman seperti itu."

"Jangan katakan. Kau seorang Calmee. Kau kerja di lapangan dan bertemu banyak orang."

"Kau juga. Berapa banyak pelanggan yang sudah kau temui di kafe. Apalagi sebagian dari mereka suka menggodamu. Dan kau...selalu melayani godaan mereka. Aku melihatnya."

"Aaahhh...kau cemburu." Goda Vio tak mau kalah. Dia merasa sangat senang di dalam hati.

"Kau mau tidak?" Tanya Kai semakin kesal tapi juga mulai gugup.

"Mau apa?"

"Jawab dulu...mau tidak?"

"Mau apa?" Tanya Vio mulai lunak.

"Menikah."

"Wow...dengan siapa?"

"Siapa lagi? Ya aku."

Akhirnya Vio mendengar lamaran itu. Dia tidak mengharapkan Kai yang lebih dulu melamar nya. Ini tidak adil. Tapi ini terdengar sangat mendebarkan.

Melihat Vio hanya diam menatapnya, Kai menjadi tidak tenang. Dia segera bangkit dan keluar kamar. Vio tidak memanggilnya tapi dia juga bangkit dengan tubuh telanjangnya dan bergegas ke kamar mandi. Dia mandi dengan cepat dan memakai celana panjangnya. Tapi Vio masih saja topless.

My Dearest 'Calmee' (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang