08. Kau milikku

40 6 0
                                    


Setelah Luca dan Sota pulang, Vio meminta Kai tetap tinggal. Pasangan LuSo (panggilan Vio untuk mereka) itu merasa harus pulang karena hari sudah sangat larut dan juga melihat Vio dan Kai sudah sangat lelah. Bagaimana tidak? Begitu banyak hal yang terjadi pada mereka hari ini. Terlebih Vio, dia kacau. Dia terlihat tenang di luar tapi Sota tahu kalau Vio sangat stres di dalam. Vio itu kadang seperti air yang bersifat tenang tapi juga bisa seperti udara yang bisa mengikuti situasi dan tempat. Tidak ada yang bisa menebak apa yang akan dilakukannya. Dan Kai sama sekali belum memahaminya. Dia hanya mengingat Vio sebagai seorang pelindung. Dia bisa menenangkan orang di dekatnya. Tapi sekarang Kai melihat Vio terkesan menutupi perasaannya. Sulit membaca emosi di wajahnya.

"Mandilah dulu, Kai. Pakai baju ini!" pinta Vio sambil menyerahkan satu set pakaiannya. Ukuran tubuh mereka berdua tidak terlalu berbeda. Hanya saja Vio lebih berotot daripada Kai. Jadi Vio yakin baju miliknya bisa dipakai oleh Kai.

Kai mengambilnya dan pergi ke kamar mandi. Sementara itu, Vio membersihkan tempat tidur yang tadinya agak berantakan setelah aksi ciuman mereka. Mengingat itu, Vio merasa sedikit aneh. Bagaimana bisa mereka melakukan itu. Ini pertama kalinya dia mencium seorang pria. Terasa aneh tapi juga tidak buruk. Bibir pria ternyata bisa terasa lembut juga. Dan bibir Kai menurut Vio melebihi bayangannya tentang bibir pria. Bibir Kai lembut dan manis. Ada aroma lain. Mungkin aroma pria seperti itu, pikirnya. Vio pernah mencium beberapa wanita tapi dia pikir bibir Kai sangat...memabukkan. Dia malah ingin melakukannya lagi hanya dengan memikirkannya saja. Tanpa disadarinya dia tersenyum sambil mengusap bibirnya.

Pintu kamar mandi terbuka dan Vio langsung menoleh. Kai berdiri sambil menatap Vio dengan mata sayu. Dia terlihat segar dan kulitnya merona. Air hangat membuat tubuhnya mengeluarkan aura kabut yang lembut. Kulit putihnya sangat spektakuler di mata Vio. Mungkin terlalu berlebihan tapi itulah yang dilihatnya. Belum ada wanita yang pernah dikencaninya memiliki kulit seputih itu. Kai seperti porselen yang sangat rapuh. Dia bisa melihat bayangan garis-garis urat nadinya di sepanjang lengan Kai. Padahal Vio yakin dia tidak selemah itu. Kai seorang Calmee yang pastinya punya kekuatan melebihi manusia biasa. Dan Vio sudah melihat itu.

"Aku akan mandi. Kalau kau ngantuk, tidurlah!" Vio langsung masuk ke kamar mandi meninggalkan Kai yang masih terdiam di tempatnya.

Kai melihat sekeliling kamar lalu duduk di tempat tidur. Tangannya membelai bantal yang ditiduri Vio tadi lalu terus turun ke hamparan seprei dimana mereka sempat bertindihan. Kai tersenyum malu. Dia menyukai rasa ciuman Vio. Mereka sangat bernafsu tadi dan itu membuat Kai semakin memerah. Dia mendesah dan membelai bibirnya. Membayangkan ciuman itu membuat jantungnya berdebar. Bagaimana dia bisa mencium Vio lebih dulu. Dia merasa malu tapi juga gila. Sepertinya malam ini pikiran Vio dan Kai sama. Mereka sulit lupa tentang ciuman pertama mereka.

Kai berbaring dan memejamkan matanya. Dia lelah tapi bahagia. Perasaannya campur aduk. Kekhawatiran juga terselip di hatinya. Dia khawatir keselamatan Vio. Pelaku pembunuhan itu mungkin sudah tahu tentang kelebihan Vio sebagai manusia pilihan dan melihat Vio dekat dengan Kai yang notabene seorang Calmee yang sedang diincarnya. Pasti bukan hanya dia. Informasi seperti ini tentunya mudah tersebar. Para anggota ketiga kelompok mungkin juga sudah tahu. Dan Kai 100% yakin, sebentar lagi kafe akan penuh dengan anggota ketiga kelompok yang masih lajang mondar mandir untuk melihat Vio. Orang yang hanya hadir sekali dalam 100 tahun sekali.

Apakah Kai merasa beruntung karena kemungkinan dia berjodoh dengan Vio? Itu sudah menjadi pertanyaannya sejak kemarin setelah pertemuan kelompok. Tapi setelah melewati hari ini dia mulai merasakannya. Keberuntungan yang tak terkira karena Vio bukan hanya seorang Scelta tapi juga dia 'pahlawan' nya sejak dulu.

Vio selesai mandi dan melihat Kai sudah berbaring miring membelakanginya. Dia tidak bisa melihat wajahnya jadi tidak tahu apakah Kai sudah tidur atau belum. Perlahan dia berbaring di sebelah Kai dan menghadap punggungnya. Napas Kai terlihat tidak tenang. Apakah dia belum tidur? Sepertinya dia gelisah.

My Dearest 'Calmee' (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang