"Duh, kaki gue beneran sakit lagi." keluh Brianna.
Temannya pun tak tega mendengar keluhan Brianna.
"Ke UKS aja yuk? Bisa jalan pelan-pelan?" sahut Poppy.
Brianna hanya menganggukan kepalanya tanda setuju. Dengan bantuan keduanya yang memapah Brianna, akhirnya mereka tiba di UKS.
Petugas UKS segera mengobati luka Brianna, di saat itu juga Arvino masuk ke dalam karena ingin meminta obat untuk Fashakira.
Brianna tak tinggal diam, dia berusaha semaksimal mungkin untuk menarik perhatian Arvino.
"Aww, jangan terlalu keras dong, lo ga liat kaki gue luka?" ujarnya ketus.
"Iya maaf kak." sahut petugas UKS menundukan kepalanya.
Arvino sama sekali tidak melirik ke arah Brianna, dia langsung pergi untuk menemui Fashakira.
"Maaf ya nunggu lama." ucap Arvino.
"Ga balik lagi juga gapapa," sahutnya tanpa melihat ke arah Arvino.
"Yakin? Yaudah gue tinggal pergi ya." Niat hati ingin menjahili gadis itu namun tidak sesuai kenyataan Arvino.
"Ga ngelarang." ujar Fasha santai lalu segera bangun dari duduknya.
Bukannya pergi, Arvino malah menarik Fashakira ketempat semula menggantikan jari gadis itu untuk mengoleskan krim pereda nyeri ke lengannya.
Fashakira refleks menjauhi lengannya dari sentuhan tangan Arvino.
"Ssst udah diem, nurut aja sama gue!" Tegasnya.
Gadis berambut sebahu itu hanya diam memperhatikan Arvino yang begitu telaten mengobatinya.
Sebelum kejadian itu,
"Bu, saya izin ke toilet ya." ucap Fasha sopan.
Guru tersebut mengiyakan permintaan Fashakira
"Mau gue temenin Sha?" tawar Inggrid.
"Gausah Gid." tolaknya secara halus.
Fasha berjalan sambil bersenandung kecil. Namun, tidak ada yang tahu bahwa sebenernya dia merasakan kegelisahan.
Setelah selesai dia bergegas kembali ke dalam kelas namun ada daya tarik yang begitu kuat dari lapangan basket dan membawanya kesana.
"Sha! Awas!" teriak Akmal.
Telat!
Lengan Fashakira sudah terkena lemparan bola basket itu.
"Arrgh!" ringisnya.
Tanpa perintah dari siapapun Arvino segera menuju UKS tak di sangka malah bertemu dengan Brianna.
Sebelum pergi ke Unit Kesehetan Arvino menggendong tubuh Fashakira ke tempat yang lebih aman.
"Kak, turunin gue, kaki gue masih sehat!" ujarnya penuh penekanan.
"Gue ga suka di bantah!" ucapnya tak kalah dingin.
"Udah ga sakit kan?" Tanya Arvino lembut.
"Dari tadi emang ga sakit kak, lo aja yang lebay." ucapnya sinis.
"Masa sih?" canda Arvino.
Fashakira menatap jengah ke arah lawan bicaranya.
"Yaudah gue balik dulu, udah kelamaan gue di luar." ucap Fasha.
"Ayo!" sahut Arvino.
"Kemana? Ngapain?" tanya Fasha bingung.
"Ya balik ke kelas, masa mau balik ke rumah gue? Nanti ketemu mama mau?" tawar Arvino.
"Apaan sih kak, gue cuma ga mau ada rumor yang ga jelas tentang kita nantinya." terang Fasha.
"Ya jadiin fakta aja lah, gampang kan." jawabnya santai.
"Tau ah ga pernah selesai kalo ngomong sama lo." Fasha meninggalkan Arvino sendirian, dia merasa jengkel.
Arvino mengikuti langkah mungil Fasha, dia terus mensejajarkan langkahnya. Tidak ada yang membuka suara setelah itu. Beda yang di rasakan Fasha, beda pula dengan yang Arvino rasakan.
"Caa, gue harap lo kembali lagi ke gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT
Teen FictionWaktu berjalan begitu cepat seakan ini adalah mimpi bagi Fashakira dan masa lalunya adalah hal yang harus dihindari. Dia dipertemukan kembali dengan manusia yang begitu memporak-porandakan isi hatinya. Keadaan lah yang membuat dirinya menjadikan se...