Kembali Seperti Semula

7 6 1
                                    

Fashakira sudah tidak bisa menahan air matanya untuk tetap berada di tempat.

"Karena obsesi Brianna kamu ngelindungin aku sampe segitunya?"

"Padahal aku udah nyiapin buat makan malam di resto terbaik di sini tapi Brianna ngehancurin semuanya!" ujar Arvino sambil terus mengusap kepala Fashakira.

Jujur, Fashakira kecewa kemana Arvino yang dia kenal? Dia merasa tidak mengenal lelaki itu sama sekali. Walaupun hubungan mereka juga tanpa status yang jelas tapi kenapa tidak bilang dari awal?

"Kamu berhak kecewa sama aku, mau marah juga gapapa karena aku sadar selama ini udah buat kamu kecewa berkali-kali." Arvino berbicara lemah. Untung saja tempat ini sepi jadi tidak membuat suasana semakin panas.

Cuaca sudah teduh namun keduanya masih betah berada di sini. Sungguh, Fashakira tidak bisa mengekspresikan rasa kecewanya itu ke Arvino.

Rasanya Fashakira ingin waktu berhenti begitu saja dan kembali saat dirinya masih kecil dulu. Menuju dewasa begitu banyak masalah yang pelik, belum lagi rasa kecewa yang datang tiba-tiba. Semoga saja dia kuat, batinnya.

Arvino pamit sebentar meninggalkan Fashakira tidak berapa lama lelaki itu membawa setangkai mawar dan es krim choco mint  yang merupakan kesukaan Fashakira.

"Aku minta maaf karena udah anggap kamu buruk." Fashakira berucap sambil tersenyum. Aargh rasanya ini seperti bunga tidur!

Arvino tersenyum.

Fashakira teringat dengan direct massage tadi dia akan meminta jawaban atas hal itu pada Arvino.

"Terus tentang second account kamu itu gimana?" ujar Fashakira lalu meletakan cup es krim di meja.

Arvino mencerna pertanyaan Fashakira, mungkinkah ada yang memberitahu hal itu?

"Ini." Fashakira melihatka ponselnya ke Arvino.

SHIT! Dia tau siapa pelakunya.

"Emang kenapa kalo post foto pacar sendiri? Ga boleh?" Arvino berbicara asal namun itu berhasil membuat pipi Fashakira memerah.

"Sejak kapan kita pacaran?" tanya Fashakira memastikan

"Bunga mawar, jepitan kupu-kupu, choco mint es krim pemberian aku waktu itu apa kurang buat yakinin kamu kalo aku emang bener-bener suka. Kita akhirin hubungan tanpa status itu, sekarang kamu punya aku!" ucap Arvino mata elang lelaki itu berbinar.

"Kamu tau yang lebih indah dari hal yang aku suka?" tanya Fashakira.

"Emangnya ada?" Arvino mengetuk keningnya pura-pura berpikir.

"Kamu! Arvino Danendra!"

Keduanya tertawa bahagia. Di penghujung masa putih abu-abu mereka merasakan hal indah yang semestinya menjadi kisah yang tidak bisa di lupakan.

Pagi harinya, Fashakira yang tengah bersiap ke sekolah dikejutkan dengan ketukan pintu. "Sha, kamu udah siap belum?" Mama Fashakira berdiri di depan sambil mengetuk pintu kamarnya.

"Ada Arvino di depan, jangan nunggu dia kelamaan!" lanjutnya.

Fashakira yang sedang menyisir rambutnya dibuat terkejut. Buru-buru dia menyelesaikan kegiatan itu.

"Halo kak Arvin! Maaf ya nunggu lama." ujarnya canggung dan memaksakan senyuman di hadapan kedua orang tuanya.

Arvino yang tengah mengobrol dengan Papa Fashakira menoleh. Tidak salahkan dia bersikap seperti ini, semoga saja orang tuanya menganggap mereka cuma teman sama halnya seperti dulu.

Merasa keadaan tidak ada yang berubah, Fashakira mengajak Arvino untuk segera pergi ke sekolah. "Ayo kak berangkat sekarang nanti telat!"

Fashakira berpamitan dengan kedua orang tuanya begitu pula dengan Arvino. "Kami pergi dulu Ma, Pa." Setelah itu, Fashakira tertegun dengan kendaraan yang dinaiki Arvino.

"Ayo naik! Kenapa? Ga suka ya?!" tanya Arvino lalu menyerahkan helm ke Fashakira.

Ahh, bukan tidak suka, gadis itu sangat bahagia dengan kesederhanaan Arvino hari ini.

"Tumben ga bawa si hitam?" tanya Fashakira lalu meletakan tangannya di pinggang Arvino.

"Kan udah dapetin kamu jadi ga perlu keliatan wah banget." Arvino menjawab absurd yang diselingi tawa khas lelaki itu. Sungguh, Arvino membuat Fashakira semakin jatuh cinta lagi!

Hari ini cuaca sangat cerah, seolah-olah mendukung suasana hati gadis itu. Dia memasuki ruang kelas mengenakan earphone pemberian Angela waktu hari ulang tahunnya sambil bersenandung kecil.

Tiba-tiba dia tersungkur di koridor yang sepi. Tawa puas datang dari Brianna dan temannya itu. Apa Tuhan tidak bisa membuat dirinya bahagia dalam satu hari saja? Kenapa ada pipiyot dalam bentuk Brianna di hadapannya kini.

Gadis itu berdiri hendak berjalan seperti tidak melihat Brianna. Tapi, tangannya dicekal oleh Poppy.

"Mau kemana? Sini dulu dong kita ngobrol sebentar." ucap Poppy yang terdengar mengejek.

"Mau ke kelas lah ketemu temen gue yang berkualitas ga kaya lo semua yang bisanya cuma bawa masalah doang!" Fashakira tetap pada posisinya, wajah datar itu menjadi andalan setiap berada di situasi seperti ini.

"Kalo mau bahas Arvino ntar aja deh. Ga guna banget ribut cuma gara-gara perihal cowo! Main dating apps makanya biar ga kekurangan cowo Bri." Dang! Fashakira berhasil menutup mulut Brianna sampai dia tidak bisa berkata-kata lagi.

Arvino serta temannya yang kebetulan lewat sudah menduga pasti ada hal yang terjadi.

"Kenapa masih di sini? Bukannya mau ke perpus?" tanya Arvino yang memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Fashakira tidak menjawab dia menunjukan buku novel yang berjudul "Pulang"  ke hadapan Arvino.

"Ya sudah cepet ke kelas, kami ada keperluan yang harus dibenahi sekarang!" Arvino memberikan satu buah lolipop dari saku celana sebelum pergi dia memberikannya pada Fashakira dan tidak lupa mengusak rambut gadis itu.

Brianna yang tetap berada di sana membulatkan matanya sempurna dia dibuat terkejut dengan sikap Arvino yang berubah 180° dari hari sebelumnya.

"Lo ngapain masih disini Bri?!" tanya Bisma mengangkat satu alisnya.

Fashakira tidak memedulikan manusia itu dia berjalan setelah pamit ke Arvino.

Merasa dirinya seperti orang bodoh, Brianna berjalan menghentakan kakinya ke lantai. Ada apa dengan sikap Arvino sekarang ini? Mungkinkah lelaki itu salah makan? Brianna akan mencari tahu secepat mungkin.

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang