"Astaga!" pekik Fashakira terkejut.
Hampir saja jatuh! Arvino dengan cepat menahan tubuh itu. Gadis itu lantas memukul lengan Arvino.
"Aww! Bukannya makasih aku malah dipukul." ucapnya pura-pura kesakitan.
Fashakira lalu membenarkan posisi duduknya. Angela yang berada disamping kiri Fashakira disuruh pindah bersampingan dengan Nicko.
"Geser Njel!" perintah Arvino, dengan senang hati Nicko menerima Angela untuk berada disampingnya.
"Lah gue duduk di mana dong?" kata Yoga.
"Tuh," tunjuk Akmal ke arah genting kantin.
"Chicken katsu plus nasi tambah es jeruk!" ujar Akmal saat Yoga beranjak meninggalkan tempat.
"Pesen sendiri, jangan manja." kata Yoga sedikit menjauh.
Dengan malas dia mengikuti langkah Yoga.
"Kak minta nomor WhatsApp dong,"
" Aku rela jadi pacar kamu yang ke tujuh belas,"
"DM aku bales dong sayang!"
Kata-kata itu selalu memenuhi indera pendengar mereka ketika berada di kantin. Akmal dan Yoga hanya menatap jengah ke arah perempuan yang di anggapnya seperti pick me girl itu.
"Mesen doang lama amat?" tukas Bisma.
"Biasa si Akmal banyak penggemarnya," Yoga berujar.
Entah kenapa hari ini Akmal banyak diam tidak seperti biasanya yang selalu membuat kehebohan.
Setelah beberapa saat, makanan yang dipesan mereka sudah berada di depan pandangan masing-masing.
"Lo ga makan Sha?" tanya Raina.
"Berdua sama ayang," jawab Fashakira tersenyum manis.
"Kasian banget kalian berdua makan aja sampe ngirit, duitnya di tabung buat beli bensin ya?" seloroh Akmal tertawa terbahak-bahak.
Baru saja lelaki itu terlihat diam sekarang sudah kembali dengan mode aslinya.
Hap
Satu buah timun masuk ke dalam mulut Akmal. Seketika tawa itu terhenti, bukannya membuang makanan yang masuk ke dalam mulutnya yang dia lakukan adalah mengunyah hingga habis. Lalu, tidak ada percakapan di antara mereka.
Di lain tempat, gadis berkacamata yang tak lain adalah Martha dia sedang melukis bersama anak kecil laki-laki. Dengan penuh perhatian dia membantu anak itu memegang kuasnya.
"Kak Martha, apa kakak punya adik?" tanya anak itu.
"Tidak ada! Makanya kakak sangat suka dengan anak-anak," jawab Martha menatap mata anak itu yang sekiranya berusia lima tahun.
Taman edukasi ini dikelola oleh pemerintah untuk umum, banyak orang tua yang mengajak anak mereka untuk sekedar berkunjung.
"Sudah selesai!" ujar Martha terlihat senang.
Anak lelaki itu memerhatikan hasil lukisannya dengan Martha, "Ini lukisan terbagus yang pernah aku buat! Terima kasih kak Mar -" Anak itu tidak melanjutkan perkataannya karena panggilan dari seorang wanita.
"Kris!" Dia beranjak lalu menghampiri wanita yang terlihat mirip dengannya itu.
"Bunda! Aku di sini!" Dia melambaikan tangan mungil itu.
Wanita yang di panggil dengan sebutan Bunda menghampiri Kris.
"Tunggu! Sepertinya aku pernah liat wanita ini tapi di mana ya?" Batin Martha.
"Mbak Martha, bukan?" ucap wanita itu menelisik wajah Martha.
Oh dia ingat! Wanita ini yang pernah membantunya saat dia kehilangan dompet di bandara. "Teh Santi? Ya ampun ga nyangka banget kita bakal ketemu lagi di sini."
Setelah itu, mereka mengobrol banyak hal dan Martha juga ingin mengetahui Kris lebih jauh karena anak itu terlihat cerdas.
••••
SMA BHINNEKA menjadi salah satu sekolah swasta favorit yang ada di kota ini karena fasilitas yang lengkap. Di lapangan bola basket, lelaki bertubuh tinggi 174 CM itu sedang melakukan pivot.
Hampir semua olahraga dia sukai tentu saja dia mahir memetikan senar gitar dan alat musik lainnya.
Dia, Arvino Danendra. Seorang yang menjadi metafora masalah untuk hati Fashakira. Takdir seperti apa yang telah mempertemukan keduanya sampai sedekat ini yang pasti kehidupan mereka tetap akan berlanjut.
"Hebat banget Kapten kita satu ini," ujar Bisma menepuk bahu Arvino.
Mereka menuju lapangan basket yang kebetulan siswa XII MIPA 3 berada di tempat itu lebih dulu bukan untuk taruhan atau lomba hanya saja untuk mengisi waktu luang sebab lelah belajar.
Di atas, Fashakira memperhatikan Arvino yang dengan lincah membawa bola kesana kemari. Dia tertegun beberapa saat, merasa dirinya tidak pantas dengan lelaki yang serba bisa seperti Arvino.
Dia sudah selesai mengerjakan semua soal ujian dari lima belas menit yang lalu. Pergi keluar kelas meninggalkan temannya yang masih berkutat dengan lembar ujian.
Manik cokelat gelap itu melihat tubuh Brianna yang sedikit tertutup pohon bunga kertas.
"Aargh!" pekik gadis itu tiba-tiba.
Angela dengan jahil menutup kedua mata Fashakira karena dia melihat gadis itu yang sedang menegamati lapangan basket.
"Iya tau kak Arvino ganteng tapi jangan diliatin sampe segitunya kali Sha, ga ngedip loh," ujar Angela tertawa renyah.
Tawa Angela terhenti kala Fashakira menarik tubuhnya lebih dekat.
"OMO!! OMO!!! BRIANNA NGAPAIN LAGI?" Sebelum dia melanjutkan ucapannya yang sukses membuat sebagian siswi menoleh pada mereka Fashakira segera menutup mulutnya.
"Diem dulu, gue mau liat sejauh mana dia berani ngelakuin hal lain." ujar Fashakira memegang lengan Angela.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT
Teen FictionWaktu berjalan begitu cepat seakan ini adalah mimpi bagi Fashakira dan masa lalunya adalah hal yang harus dihindari. Dia dipertemukan kembali dengan manusia yang begitu memporak-porandakan isi hatinya. Keadaan lah yang membuat dirinya menjadikan se...