Bukti

10 6 1
                                    

"Gue tau siapa yang hampir nabrak mobil lo kemaren." ujar Angela menjetikkan jari.

Setelah kepulangan temannya Angela sendirian. Dia memang punya banyak teman juga pacarnya yang selalu ada tapi dia benci keadaan ini, keadaan yang selalu bisa membawanya kesendirian dirumah ini.
Membeli rumah sebesar apapun orang tuanya mampu tapi tidak dengan suasana di dalam rumah itu sendiri.

Yang memberitahu kabar itu Raina saat gadis itu sudah sampai rumah dia menelepon Angela tidak ada satu hal yang terlewat pun. Angela yang merasa janggal bergegas ke jalan yang di lalui mereka, mungkin saja ada cctv atau saksi mata yang dia lihat.

Tapi keberuntungan tidak didapatkannya kali ini, nihil, tidak ada satu pun yang bisa dia temukan. Akhirnya dia pulang sebelum orang tuanya sampai ke rumah.

Kata banyak orang tembok sekolah itu berbicara, tanpa usaha yang lebih di sudut ruangan terbuka yang sepi saat sedang berjalan menuju taman dia mendengar lirih suara sepertinya dia mengenali suara itu. Dia bersembunyi di belakang pilar lalu menyembulkan kepalanya untuk melihat siapa mereka.

"Astaga, Brianna!" pekiknya, dia mengepalkan erat tangannya menahan emosi.

Ekspresi wajah Brianna begitu marah seperti orang yang gagal mendapatkan sesuatu, sudah segelap apa hatinya sampai tega mencelakai temannya. Tidak lupa dia merekam obrolan Brianna.

"Gue harus cepet pergi dari sini!" Gadis itu berjalan tenang seperti tidak ada hal yang terjadi.

"Siapa itu?!" Poppy mendengar langkah kaki tapi saat dia melihat keluar hanya ada seekor kucing yang sedang makan.

Takut ada mendengar obrolan mereka akhirnya pergi dari tempat itu.

Angela menjelaskan dengan detail apa yang dia lihat pagi tadi dan bukti yang ada di ponsel turut diperlihatkan ke temannya.

Inggrid yang akan memasukan bakso ke dalam mulutnya tiba-tiba berhenti. Dia kesal bukan main tidak ada dipikirannya kalau Brianna yang melakukan ini semua.

Mereka saat ini berada di kantin yang lumayan sepi. Arvino dan temannya juga tidak terlihat disini. Entahlah Fashakira tidak memikirkan lagi, dia masih sakit hati atas perlakuan lelaki itu.

"Kita buang Brianna ke sungai deket rumah lo kayanya bagus tuh," kata Raina melirik Inggrid.

"Gamau ah, lingkungan rumah gue tersebar bakteri langka nanti." jawab Inggrid dengan ekspresi jijik.

"Kalo kita ajak ketemu terus tanyain tujuan dia itu apa? Buktinya juga udah ada." ujar Angela.

"Jangan dulu Njel, udah pasti mau buat kita celaka. Tunggu kelanjutan mereka aja!" kata Fashakira.

Setelah itu, mereka melanjutkan makanannya.

Suara gaduh terdengar memasuki kantin. Arvino yang biasa tampil rapih sekarang baju seragamnya dikeluarkan dengan dasi yang diikat di keningnya. Pelipisnya terlihat terluka.

Ada perasaan khawatir di benak Fashakira namun cepat-cepat ditepis dengan jauh.

Arvino dan yang lainnya menarik kursi yang ada di dekat mereka. Pandangan keduanya bertemu, terkunci satu sama lain. Dengan jahil lelaki itu mengedipkan sebelah matanya ke arah Fashakira.

"Ayo balik ke kelas, gue udah kenyang banget!" titah Fashakira sambil menghentakan gelas dihadapannya membuat ketiga temannya menoleh memperhatikan tingkah aneh dirinya.

"Please Sha, makanan gue belom turun sepenuhnya!" keluh Angela.

Daripada makin jengah melihat tingkah Arvino selanjutnya dia pergi meninggalkan yang lain.

Setelah kejadian lalu, Fashakira tidak lagi mengobrol dengan lelaki yang selama ini singgah di hatinya dan juga nama Arvino Danendra begitu tersemat di hati gadis itu. Tapi dulu tidak dengan sekarang.

Setibanya di kelas Fashakira duduk di tempatnya lalu meminum air yang ukurannya dua liter sampai sisa setengah botol.

"Gue pengen cepet-cepet ujian kenaikan kelas biar ga ngeliat lagi mukanya Arvino!" keluh Fashakira dia menjatuhkan tubuhnya diatas meja.

"Besok juga udah ujian Sha." ujar Inggrid yang sedang menulis.

Waktu istirahat tinggal sepuluh menit lagi jadi mereka bebas mau membahas apapun setiap sudut kelas berbeda obrolan, ada yang membahas trending topic hari ini sampai membuat dance video di kelas.

Angela memainkan ponsel melihat sosial media miliknya yang jumlah pengikutnya ribuan itu.

Dia mengarahkan kamera depan ke temannya. "Gaya woiii." ujarnya.

cekrek... cekrek... cekrek...

Angela sengaja tidak melihatkan tag mention di postingan ceritanya. Tidak lama notifikasi terdengar nyaring, jumlah penyuka foto dan direct massage memenuhi layar ponselnya.

"Spill yang di tengah kaak,"

"Yang ditengah siapa tuh?"

Kira-kira begitu reaksi dari isi direct massage Angela.

"Siap-siap notif lo rame Sha," ujar Angela melirik ke arah Fashakira.

Benar saja permintaan mengikuti kian bertambah. Dia mengarsipkan terlebih dahulu semua postingan setelah itu mengizinkan orang-orang itu mengikuti dirinya.

"Kakak cantik, kok ga ada postingannya?"

"Follback yaa."

"Boleh kenalan?"

"Ini bukannya cewe yang di posting di second account Arvino ya?"

Salah satu dari pesan yang berderet ada satu yang membuat terkejut, dia mengernyitkan keningnya. Apa maksudnya? Selama ini dia tidak tahu kalau Arvino memiliki akun lain bahkan yang utama saja terlihat seperti mati, tidak aktif lagi. Aargh! Seorang Arvino hanya menjadi metafora masalah untuk hatinya.

Dibalasnya pesan itu untuk memastikan kebenaran. Jika benar dia harus menanyakan hal ini ke Arvino secepatnya.

Mendapatkan apa yang diinginkannya sungguh ini mengejutkan untuk gadis itu. Itu dirinya, saat mereka pergi ke pantai waktu lalu. Pantas saja dia meminta foto dirinya itu tapi Arvino tidak memberikan.

"Lo kenapa sih Sha kaya abis lari marathon aja?" tanya Inggrid.

Dia tidak menjawab lalu menunjukan ponselnya ke arah mereka.

"Gila ya perasaan gue dibikin kaya naik roller coaster." lirih Fashakira.

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang