"Lo ga bisa sedetik aja gausah genit ke Arvino?!"
Byuuur.
Brianna menumpahkan air yang dia bawa sejak tadi, tinggal menunggu waktu yang pas saja untuk mulai beraksi.
Fashakira terpaku ditempat, seragamnya basah, rambutnya meneteskan air.
Bel setelah istirahat berbunyi untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya. Setelah dari taman Arvino buru-buru meninggalkan Fashakira di depan tangga.
"Kita harus ke kelas, lo belajar yang serius!" Pesan itu terdengar tulus.
Gadis itu hanya menganggukan kepalanya. Tapi dia tidak langsung ke kelas dan berbelok ke arah toilet untuk mencuci tangan. Tanpa diduga Brianna dan kedua temannya menutup akses jalan untuk Fashakira lewati.
"Minggir! Gue ga ada urusan sama lo!" ucapnya tegas, dia tidak mau kalau sampe ada seseorang menindasnya dia benci hal itu. Fashakira itu orangnya cinta damai, sebenarnya.
"OOOH! Udah mulai berani ya nantang gue!" Sambil mengangkat sebelah alisnya, angkuh.
Tiba-tiba Brianna melakukan hal tak terduga itu pada Fashakira, dia mau menghindar sudah telat. Air telah menetes dari rambutnya.
Bahkan, dia masih bisa tenang dengan hal yang baru terjadi beberapa menit lalu. Sebenarnya dia sudah ingin meluapkan emosinya pada Brianna, bisa saja dia menjambak rambut tergerai itu. Tapi dia tidak mau kalau sampai membuat keributan.
Disini sepi, mungkin semua siswa-siswi sudah masuk ke ruang kelas mereka.
Brianna saja yang sudah berada tiga tahun disini tidak tahu kalau dekat sana terpasang cctv ya memang tersembunyi sih, hanya beberapa saja yang tahu.
Oh iya jangan lupakan ada pot tanaman besar di seberang toilet. Daunnya sedikit bergerak! Apa ada orang disana?
"That's my girl! Great job Ca, lo emang seharusnya ngelawan tapi maaf kayanya gue dateng telat, jadi ga bisa selametin lo."
Ya siapa lagi kalau bukan Arvino lelaki tidak segera masuk ke ruang kelas tadi, ada urusan dengan guru mungkin atau hal yang lainnya namun saat melihat itu air sudah membasahi tubuh Fashakira.
"Woi ngapain lo disini?" sentak seseorang menepuk bahu Arvino.
"Ssst diem." Arah pandang mereka tertuju ke depan sana mereka melihat bahwa Brianna berseteru dengan Fashakira.
"Kenapa ga lo samperin?" Ya, ternyata yang datang Bisma dan Nicko. Tidak habis pikir dengan jalan pikiran seorang Arvino bukannya membela Fashakira malah hanya menatap saja. Rasanya ingin sekali mereka memukul wajah tampan itu.
"Berisik deh lo! Udah diem!" Arvino semakin geram.
"Siapa disana?" Jenica mendengar sayup-sayup suara seseorang menengok ke belakang dan saat itu juga ketiganya berjalan ke arah mereka.
Brianna terkejut bukan main. Berarti sejak tadi mereka melihat ini? Berusaha tersenyum manis pada lelaki itu yang terjadi malah mereka bergidik ngeri melihat senyum itu.
"Lo ada masalah apa sama Fashakira? Kok gue gatau?" ucap Arvino tegas.
"Ga kok tadi ga sengaja, iya kan Fashakira." ujarnya tersenyum kikuk. Tangannya ingin bergerak untuk membersihkan baju Fashakira.
"Gausah ngotorin baju Ca, singkirin tangan lo!" Kali ini dia menatap tajam ke arah Brianna, kenapa di zaman modern seperti ini masih ada aja perempuan seperti dia.
"Temenin Ca sebentar, gue mau ke atas dulu." Menatap ke arah temennya itu. Entah pergi kemana Arvino kini dia melebarkan langkah kakinya supaya cepat sampai di tujuan.
"Kita pergi sekarang aja kebetulan Arvino ga ada." Setelah kepergian lelaki itu Poppy memberi saran.
Tapi saat ingin menghindar Arvino datang membawa hoodienya.
Mata Brinna semakin memanas melihat itu. Dia tidak suka pemandangan ini, seharusnya dia yang diperlakukan itu oleh Arvino.
"Lo sana pergi! Mata gue sakit ngeliatnya." Bukan Arvino yang mengatakan hal itu tapi Bisma.
Semakin kesal saja Brianna dengan itu, dia menghentakan langkah kakinya saat berjalan.
"Gue ga bakal ngelepasin lo gitu aja Fashakira!" gumamnya.
Setelah kepergian Brianna dan kedua temannya. Fashakira bingung darimana mereka datang.
"Kalian kenapa bisa ada disini?" Fashakira membuka suara.
Belum sempat ada yang menjawab pertanyaan itu. Fashakira sudah melanjutkannya lagi.
"Udah ah gue duluan ya kak, bye! Oh iya makasi hoodienya tapi kan ga boleh pake ini di dalem kelas." ucapnya lagi.
"Lo gausah pusing sama hal itu, gue udah izinin kok." ucap Arvino tersenyum ramah.
"Kita dateng cuma jadi pemeran tambahan ya?" Nicko berujar.
"Sorry kak!" Fashakira tertawa ringan.
"Gausah senyum ke mereka Ca, udah sana pergi!" tukas Arvino.
Memang tidak ada yang tahu bagaimana isi hati dan pikiran seorang Arvino Danendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT
Teen FictionWaktu berjalan begitu cepat seakan ini adalah mimpi bagi Fashakira dan masa lalunya adalah hal yang harus dihindari. Dia dipertemukan kembali dengan manusia yang begitu memporak-porandakan isi hatinya. Keadaan lah yang membuat dirinya menjadikan se...