Di bawah, Brianna dan kedua temannya yang melihat keramaian lapangan bola basket langsung mengarahkan langkahnya kesana.
Dia begitu semangat saat Arvino berhasil mencetak skor.
"Go Arvin! You can do it!" ucap Brianna menyemangati namun terdengar menggelikan di telinga Arvino.
Dia tidak tahu kalau Fashakira dan Angela sedang mengamati sambil mengunyah permen karet diam-diam, takut ketahuan Bu Rini.
"Ayo Sha ke bawah, jengah banget gue liatnya!" Angela sedari tadi sudah menarik tangan Fashakira.
"Bel pulang sebentar lagi juga bunyi, gue mau mantau dari atas aja lagian di bawah panas." ucap Fashakira yang tetap berdiri di tempatnya.
Benar saja, lima menit kemudian bel berbunyi kebetulan tas miliknya lebih dulu di bawa jadi dia tidak perlu masuk ke kelas lagi.
Arvino terlihat kelelahan dia duduk ke kursi panjang, "Haus banget, bagi air dikit Nic." meminta air mineral ke Nicko. Namun air itu telah habis karena Nicko juga sangat kehausan.
Brianna berinisiatif memberikan air mineral botol ke lelaki itu tapi langsung ditolak. Kedatangan Fashakira seperti oase di tengah gurun yang kering.
"Ini minum dulu!" ucap Fashakira tersenyum.
Fashakira yang entah sejak kapan tidak berada di samping Angela membuat temannya itu kebingungan. Untung saja, Inggrid dan Raina sudah keluar kelas jadi dia bisa ke lapangan basket bersama.
Arvino meminum habis air yang dibawa Fashakira. Sejauh apapun Brianna berusaha pemenangnya tetap Fashakira.
Brianna menggeram tertahan, selalu saja seperti ini! Jenica dan Poppy dengan setia memberi dukungan padanya.
Bahkan kepergian ketiganya tidak dipedulikan Arvino, lelaki itu sedang sibuk melihat gadis cantik di hadapannya sekarang.
"Aku ga pulang bareng kamu yaa! Ada Martha yang udah nunggu aku dari tadi." pamit gadis itu.
"Kenapa ga suruh diem aja di rumah kamu?" tanya Arvino.
"Kayanya dia nungguin di taman depan sekolah deh," jawab Fashakira.
"Nanti aku mau main ke rumah kamu, mau aku bawain apa?" tanya Arvino.
"Apapun, jika itu pemberian dari kamu aku pasti suka!" ucap gadis itu malu-malu.
Sebelum pergi, Arvino mengusak surai halus sebahu itu sepertinya hal itu begitu di sukainya. Fashakira meninggalkan lelaki itu dengan senyum yang selalu merekah.
Saat ingin berjalan ke depan gerbang dia berpapasan dengan Inggrid, Raina dan tentu saja Angela yang raut wajah sudah pasti bisa di tebak.
"Pergi gitu aja ninggalin gue yang lagi ngomong!" ujar Angela dengan kedua tangan diletakan ke pinggang.
"Sorry Njel!" ujar Fashakira terkekeh.
Lalu mereka menunggu jemputan masing-masing.
Ternyata Martha sudah ada di sana sejak tadi. Setelah melihat Fashakira dia menghampiri gadis itu.
"Ayo naek!" titahnya lalu memberikan helm ke Fashakira.
"Ini temen akrab gue di kel-" ucapan Fashakira terpotong.
"Nanti aja kenalannya suruh mereka dateng ke rumah lo, gue udah ga sabar mau makan kue red velvet ." ujarnya.
Fashakira menaiki motor itu, kali ini dia yang mengendarai. Sebelum pergi Martha tersenyum ke arah ketiganya.
Di perjalanan, Martha bercerita tentang seseorang yang dia temui di taman.
Fashakira bereaksi, "kok kaya ga asing denger namanya yaa terus dari ciri-ciri yang lo sebutin juga kayanya gue kenal. Tapi siapa ya?"
"Perkiraan doang kali, gue ketemu dia aja cuma kebetulan." tukas Martha.
Kini mereka sudah sampai di toko kue yang diinginkan Martha. Kedua gadis itu memasuki toko dan segera memesan menu lalu setelah itu mencari tempat untuk duduk.
Rooftop menjadi pilihan yang tepat untuk saat ini, hembusan angin menerpa surai halus ke wajah cantik itu. Objek yang selalu disukai Arvino selain gitar miliknya.
Fashakira mengarahkan pandangan ke gedung tinggi serta pepohonan untuk menenangkan pikiran. Termenung beberapa saat yang dia rasakan perasaan lelah tak berujung pada kehidupannya.
"Hufffth." Hembusan nafas mengusik indera pendengar gadis yang duduk diseberangnya.
"How's you feel right now?" tanya Martha.
"Aku ngerasa cape, kondisi rumah ga seperti yang kamu lihat seperti pagi tadi. Di tambah Arvino yang tiba-tiba kembali." Dia menatap nanar ke sembarang arah.
Pesanan mereka datang namun Fashakira tidak berselera untuk memakan kue yang indah itu.
Martha mendengarkan cerita Fashakira bersimpati pada gadis itu. Dia menyimpan pertanyaan ini dari kemarin dan sekarang Fashakira sudah menjawab teka-teki yang ada di kepalanya.
•••••
Gadis yang terbaring lemah terlihat menggerakan tangannya. Di sebuah sofa ada yang menemani orang itu tampak kelelahan.
"Aww!" pekiknya.
Mendengar suara seseorang yang berada di sofa terbangun lalu menuju brankar itu.
"A-ku ... ha-haus sekali!" ucapnya terbata-bata.
Seseorang yang diminta tolong itu menghampiri meja yang terdapat segelas air putih kemudian membantu gadis itu untuk minum.
"Aku tidur sudah berapa lama?"
••••
"Apa yang kamu lihat Sha?" ucap Martha mengarahkan spion ke Fashakira.
Selesai berkunjung ke toko kue yang diinginkan Martha kini mereka dalam perjalanan kembali ke rumah. Martha melihat temannya itu iba, Fashakira banyak merenung setelah menangis tadi.
Kini dia mengerti dengan keadaan yang dialami Fashakira cukup berat. Fashakira menceritakan tentang keluarganya yang saat ini terlihat renggang, semoga saja tidak ada hal buruk menimpa mereka, ratapnya.Belum lagi masalah Arvino yang seakan-akan mempermainkan hati Fashakira. Sungguh, Tuhan ingin menjadikan Fashakira gadis yang kuat.
Selama perjalanan, keadaan menjadi hening hanya hembusan angin yang mereka rasakan. Martha tidak berani menanyakan hal lain takut memperburuk suasana hati temannya itu.
"Sudah sampaaaii!!! Ayo Sha kerjain tugas dulu kalo ada nanti gue bantu terus kita nonton drakor deh." papar Martha bersemangat.
Dan itu berhasil membuat Fashakira membentuk senyum manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT
Teen FictionWaktu berjalan begitu cepat seakan ini adalah mimpi bagi Fashakira dan masa lalunya adalah hal yang harus dihindari. Dia dipertemukan kembali dengan manusia yang begitu memporak-porandakan isi hatinya. Keadaan lah yang membuat dirinya menjadikan se...