Hadiah dari Arvino

13 8 1
                                    

"Gimana? Lo berhasil?" tukasnya geram.

"Sorry gua ga berhasil, Si Angela tiba-tiba berdiri di belakang cewe sok cantik itu." sahut Poppy tak kalah sewot.

"Lagian lo kenapa berambisi banget buat dapetin Arvino? Padahal lebih ganteng mantan lo." ujar Monica.

Arvino itu pintar, berbakat, tampan, dari keluarga berada tapi dia sosok yang sederhana tidak seperti lelaki zaman sekarang kebanyakan. Makanya Brianna ingin bersanding dengan lelaki itu sekalian bisa mencapai popularitas.

Kabar kedekatan, Fashakira dan Arvino hampir tersebar ke seluruh antero sekolah. Bisik-bisik itu sebenarnya sudah terdengar Brianna sejak lama.

Entah apa rencana dia kali ini, hanya dirinya dan kedua temannya yang tau.

"Kali ini lo boleh berhasil selamat dari rencana gue, ga akan gue biarin lo tenang besok," gumamnya menampilkan senyum setan mengerikan.

"Yuk cabut!"

Dia berjalan duluan di susul kedua temannya, seperti memiliki pesuruh saja dia ini. Tapi bagaimana pun dirinya bagi temannya dia adalah manusia baik, ambisi lah yang menggelapkan mata hati perempuan itu.

Dulu, saat pengenalan lingkungan sekolah Brianna banyak disukai sebagian lelaki SMA BHINNEKA. Bagi mereka sosok itu paling menonjol di antara yang lain dan itu menjadikannya tinggi hati dia merasa tidak boleh ada bersaing dengannya.

Tapi semenjak Fashakira hadir menjadi bagian siswi di sana banyak yang beralih karena keramahan gadis ini. Fashakira itu rendah hati dia selalu merasa biasa saja padahal potensi dalam dirinya besar.

Pantas saja Arvino, ketua RAVHAKA, begitu tergila-gila pada gadis sederhana ini.

Kecantikan Fashakira masih asli, kalau di lihat tidak membosankan selain itu pancaran dari hati dan aura di dalam diri gadis itu terlihat semakin kuat.

***

"Hari ini gue mau manggung, lo pasti tau RAVHAKA?" tanya Arvino.

"Ya siapa yang gatau RAVHAKA  baru dua tahun muncul aja ketenarannya udah meledak banget," jawab Fashakira antusias.

"Temenin gue ya! Ini bukan permohonan sih sebenernya lebih ke perintah." tukasnya datar.

"Tapi sampe malem ga? Kalo sampe malem aku ga bisa, Mama sama Papa kadang suka video call sebelum aku tidur." Gadis itu mengerucutkan bibirnya. Arvino geram tertahan melihat itu, menggemaskan.

"Sampe jam sepuluh deh kalo gitu, gimana?" Lelaki itu malah bernegoisasi.

"Accepted!" balasnya tersenyum simpul.

Mereka berdua berada di taman sekolah, cukup luas sih jarang ada yang singgah disini jadi sekarang tampak sepi hanya ada tukang kebun yang tengah memangkas dedaunan.

Namanya juga Arvino, setelah makan di kantin dia segera menarik Fashakira untuk menjauh dari temannya itu.

Yang lain sudah kembali ke kelas masing-masing, lagipula letak taman masih bisa di jangkau dari kelas Fashakira jadi temannya bisa memantau.

"Keseharian lo ngapain aja kak saat ini, udah buat jadwal untuk masuk universitas negeri?" Fashakira menyambung obrolan.

"Gua lagi fokus sama RAVHAKA, ya belajar gitu gitu doang si Ca, gatau nih gue bakal kemana." jawabnya sambil menyematkan jepitan kupu-kupu dirambut Fashakira.

Fashakira tertegun sebentar. Ada benda yang menyatu dengan helaian rambutnya.

"Gausah di lepas, lucu tau Caa. Gue ga sengaja lewat toko aksesoris favorit lo kebetulan ini cuma ada satu jadi gue ambil." ucap Arvino.

Lelaki itu sangat menawan saat tertawa renyah seperti ini. Bagaimana Fashakira tidak jatuh cinta?

"Lo ngajak gue kesini cuma mau ngasih ini doang?" ucapnya menaikan sebelah alisnya.

"Iya, cuma itu. Karena yang lebih indah udah ada di hadapan gue saat ini."

Lagi-lagi Fashakira tersenyum. Entah kenapa setiap di dekat Fashakira lelaki itu selalu bisa mengekspresikan dirinya tanpa ada yang disembunyikan berbeda saat bersama yang lain. Seperti acuh pada sekitar bahkan terkesan dingin.

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang