Joohyun
"Kamu serius mau ke Sungai Han, siang-siang begini?"
Pertanyaanku membuat Seokjin tertawa kecil. Kami sedang dalam perjalanan menuju café tempat janjian kami dengan Lee Hyukjae, komisaris kepolisian yang setahuku sering membantu kami dalam beberapa misi kami. Misi terakhir kami dengan Jaehyun juga mendapat bantuan dari Hyukjae, dan hari ini, ia berjanji akan memberi tahu kami detail mengenai kasus kematian Jaehyun yang mendadak dan terasa sangat disengaja.
Ya, Seokjin pasti sudah cerita sama kalian tentang apa yang terjadi terhadap pria malang itu. Beritanya membuat kami semua terkejut, tapi aku rasa, Seokjin yang jauh lebih terguncang karena hal tersebut. Bagaimanapun juga, dia yang memiliki ide dan menyusun rencana untuk membongkar penipuan Choi Jaehyun. Aku yakin dia pasti merasa bertanggung jawab dan terlibat dalam kasus kematian penipu itu secara tidak langsung, meskipun aku sudah berkali-kali mengatakan padanya kalau ini bukan salah kita semua.
Mungkin juga Seokjin merasa jauh lebih terbebani karena mantan sahabatnya terlibat dalam kasus ini. Kurasa itulah sebabnya kenapa belakangan ini Seokjin jadi lebih sering bermimpi buruk, karena ada begitu banyak tekanan batin yang menyerangnya pada saat yang bersamaan.
Ya Tuhan. Mengingat bagaimana ia menangis di pelukanku tadi pagi saja sudah membuat hatiku ngilu lagi.
Seokjin selalu memasang tampang kuat di hadapan anak-anak tim, dan baru kali ini aku melihatnya meruntuhkan topeng yang selama ini ia kenakan. Ada banyak hal yang ia pendam dan paksa untuk angkut selama ini, dan sebagai satu-satunya orang yang mengenalnya luar dan dalam, aku harus selalu siap untuk berada di sisinya.
"Kalau cuacanya turun beberapa derajat, mungkin kita bisa beneran jalan-jalan di sekitar Sungai Han." ia menimpali pertanyaanku, namun perhatiannya tetap terpusat pada kemudi dan jalanan. Kami sengaja janjian bertemu dengan Lee Hyukjae di sebuah café yang letaknya cukup jauh dari kantor polisi maupun markas kami untuk menghindari kecurigaan orang-orang yang mungkin mengawasi kami bertiga.
"Memangnya kita bisa ngapain aja sih, di Sungai Han?" tanyaku, dan aku bisa melihat Seokjin tersenyum kecil.
"Banyak! Kita bisa makan es krim sambil jalan santai, atau kalau kamu mau duduk-duduk aja di bawah pohon juga boleh. Oh! Kita bisa sewa sepeda juga buat keliling-keliling! Kamu tinggal pilih mau yang mana."
Aku tersenyum melihat betapa antusiasnya cowokku ini merencanakan kencan khayalan kami. Kami memang tidak berpacaran—kurasa baik aku dan Seokjin sama-sama terlalu malu dan gengsi untuk mengungkapkan perasaan kami setelah semua yang kami lalui selama satu tahun belakangan ini—tapi baik aku dan Seokjin sama-sama tahu bahwa kami akan selalu ada untuk satu sama lain, jadi mau seburuk atau seaneh apapun situasinya, asal aku membantu Seokjin, aku tidak keberatan.
Aku akan dengan sangat senang hati membuat cowokku bahagia kembali.
"Oh, kita sudah sampai." perkataan Seokjin membuatku tertarik kembali ke realita, dan aku baru sadar bahwa kami sudah tiba di tempat janjian kami dengan Hyukjae.
Kami parkir di dekat sebuah pohon rindang dan bergegas memasuki café tanpa banyak basa-basi. Seokjin sengaja memilih tempat duduk di pojok ruangan, dekat dengan jendela, supaya dia bisa mengawasi semua orang yang keluar, masuk, atau menetap di café ini tanpa terlihat mencurigakan. Selain itu, jendela yang langsung menghadap ke jalan ini juga memudahkan kami untuk mengawasi jalan, berjaga-jaga barangkali ada seseorang yang menguntit kami dari kejauhan.
Sejauh ini kelihatannya tempat ini aman, karena aku tidak merasa seperti sedang diawasi atau apapun itu. Seokjin juga terlihat santai, dan aku rasa hari ini akan berjalan dengan lancar.
Tidak lama setelah kami duduk dan memesan minuman, aku bisa melihat sebuah mobil berhenti di seberang jalan, dekat dengan mobil kami. Lee Hyukjae turun dari bagian kemudi dan terlihat bersiap untuk menyebrang jalan, tangannya melambai kepada Seokjin.
Namun, sebelum pria itu sempat menyebrang, sebuah mobil sedan hitam menyerempetnya dengan kecepatan tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEVERAGE [Book 2]
ActionSebuah panti asuhan di pinggiran kota Seoul akan dirobohkan karena sudah terlalu tua dan menghalangi proses pembangunan pusat perbelanjaan. Puluhan anak-anak panti terancam kehilangan rumah mereka. Hanya Kim Seokjin, seorang mastermind ulung dari p...