Case 2: Distraction

74 9 1
                                    

Seokjin


"Aku nggak luka parah, see? Cuma patah tulang tangan aja."

"PATAH TULANG AJA KATAMU? LIAT KEPALA KAMU, UDAH KAYAK BUNGKUS CHUPA CUPS BEGITU!"

Lee Hyukjae memejamkan matanya kemudian menyerngit ketika sobat karibnya, Lee Donghae, mengatai kepalanya yang saat ini terbungkus perban. Aku menatap pemandangan di hadapanku itu sambil tersenyum canggung, sebagian lagi karena aku tidak ingin mengganggu momen Hyukjae dengan sahabatnya, dan sebagian lagi karena aku masih cukup terguncang dengan apa yang baru saja aku lihat beberapa waktu yang lalu.

Melihat temanmu sendiri terserempet mobil dan terpelanting sejauh dua meter bukanlah sebuah pemandangan menyenangkan yang ingin kamu ingat.

Butuh waktu cukup lama untuk memproses apa yang baru saja kulihat dari jendela café, tapi aku dengan sigap menelepon ambulans sebelum akhirnya menghampiri si komisaris polisi malang ini yang saat itu terbaring lemas di trotoar jalan.

Untungnya Hyukjae tidak sampai pingsan. Tapi dia kehilangan cukup banyak darah, bahu kirinyanya dislokasi yang membuatnya harus menggunakan penyangga tangan, dan kemungkinan dia menderita gegar otak ringan. Dokter mengharuskannya untuk tetap dirawat inap sampai dua hari kedepan untuk kepentingan observasi, dan aku sudah meminta tolong sahabatnya Hyukjae si Lee Donghae ini untuk memastikan bahwa dia berada di kamar dengan privasi dan penjagaan tinggi.

Aku tidak mau mengambil resiko seseorang masuk dan mencelakainya lagi.

"Udah dong Seokjin, jangan kelihatan sedih begitu. Aku belum mati." Hyukjae, yang mungkin sadar dengan gerak-gerikku, mencoba untuk menghiburku dengan celotehannya yang asal. Meskipun dia tampak pucat di atas kasur rumah sakit, aku bisa melihat raut wajahnya yang tampak bugar seperti biasanya.

"Wajar lah dia keguncang begitu! Dia liat sendiri kamu mental ditabrak mobil, siapa yang nggak bakal kaget?!" celetuk Donghae, lagi-lagi membuat Hyukjae menghela napasnya panjang.

"Omong-omong, makasih banyak udah bawa Hyukjae ke rumah sakit dan nemenin dia ya, Seokjin-ssi. Kalau nggak ada kamu, mungkin sobatku ini udah jadi ikan geprek terlantar di pinggir jalan."

Aku mau tidak mau tertawa mendengar celotehan Lee Donghae yang sangat nyeleneh tapi lucu itu. Meskipun tampak asal-asalan, aku tahu Donghae sebenarnya sangat peduli dengan sahabatnya, dan apa yang baru saja terjadi jelas membuatnya sama kagetnya denganku.

"Sama-sama, sudah menjadi tanggung jawabku juga." itu memang benar, soalnya kalau Hyukjae tidak membuat janji denganku untuk membahas masalah Jaehyun, mungkin dia tidak akan terbaring di rumah sakit hari ini.

"Heh, aku tahu ya apa yang sedang kamu pikirkan. Dan asal kamu tahu aja, Seokjin, aku udah menduga bahwa seseorang bakal nekat mencelakaiku hanya gara-gara aku menyentuh kasus Jaehyun. Jadi jangan sekali-kali kamu pikir bahwa kecelakaan ini salah kamu, toh bukan kamu yang bikin aku mental keserempet mobil, kan?" perkataan Hyukjae menyambarku bagai petir.

Sial, apa pikiranku bisa terbaca sebegitu jelasnya di wajahku sampai-sampai Hyukjae ngomong begitu, ya?

"Dia benar, kamu nggak perlu khawatir atau nyalahin diri kamu sendiri. Percaya deh, aku pernah ada di posisi kamu dan rasanya cuma buang-buang tenaga aja." Donghae kini menepuk pundakku, dan aku tahu dia berniat untuk meringankan beban yang sedang aku rasakan saat ini.

"Well...." aku mengambil napasku sebentar sebelum menimpali perkataan Donghae dan Hyukjae. "Aku cuma ingin kamu lebih berhati-hati aja, pak komisaris. Gimana pun juga, gara-gara aku berhasil bongkar kebusukan Jaehyun, semuanya jadi kayak begini."

LEVERAGE [Book 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang