5.6

60 8 1
                                    

Yeri

Aku percaya pada pepatah yang mengatakan kalau 'after a hurricane, comes a rainbow'.

Soalnya, aku sendiri merasakan keajaiban kalimat itu.

Setelah badai besar yang melanda tim ku, keluargaku, kami akhirnya bisa bernapas lega ketika Kim Wooyoung ditahan polisi dan akan menjalani persidangan sebentar lagi.

Tapi sebenarnya, setelah kupikir-pikir lagi bukan itu yang membuatku lega.

Aku justru baru benar-benar merasa lega dan senang bukan main ketika Joohyun unnie sudah siuman.

Rupanya, rasa takutku akan kehilangan sosok kakak perempuan yang selama ini selalu menyayangiku itu lebih besar daripada rasa takut akan kegagalan misi kali ini.

Rasa legaku bertambah dua kali lipat ketika aku melihat bahwa Joohyun unnie dan Seokjin oppa sudah berbaikan.

Dan hubungan mereka tampaknya sudah sangat membaik.

"CIYEEE!! ADA YANG CIUMAN!!" seruan dari Jungkook ini membuatnya mendapatkan jitakan di kepala dari Namjoon.

"JOOHYUN UNNIEEE!!" aku tidak mempedulikan Jungkook dan berlari menuju tempat di mana kakakku itu sedang duduk, ada Seokjin oppa yang langsung menyingkir di sampingnya.

"Yeri-kuuu! Maaf ya udah bikin kamu panik!"

Kupeluk kakakku itu dengan sedikit berhati-hati, takut luka di perutnya akan terbuka lagi.

"Aku justru yang harusnya minta maaf, soalnya aku nggak ikut sama Kak Joo waktu itu!" seruku, membuat Joohyun unnie menepuk-nepuk punggungku pelan.

Air mataku ternyata sudah mulai menetes lagi, tapi, karena suasananya tidak cocok untuk kuhabiskan dengan menangis, buru-buru kuseka air mataku dan berusaha menggantinya dengan sebuah senyuman.

Jungkook dan Namjoon merapat dan memeluk Joohyun unnie bergantian. Mereka juga tampak bahagia dan terharu–Namjoon bahkan tidak malu-malu meneteskan air matanya.

"Senang melihatmu bangun, noona." ini perkataan Namjoon yang masih punya sopan santun.

Celotehan yang dilontarkan Jungkook selanjutnya sangat jauh dari kata beradab.

"Noona sama Seokjin hyung jadian ya?! Kok nggak bilang-bilang sama kita sih!"

Kali ini, kuwakili Namjoon untuk menggetok ubun-ubun si maniak teknologi itu, membuatnya mengaduh kesakitan dan memelototiku.

Kujulurkan lidahku untuk mengejeknya.

"Omong-omong, bagaimana perasaanmu, Joo? Ada yang terasa sakit?" Seokjin oppa akhirnya buka suara ketika suasana sudah mulai kondusif.

Aku duduk di salah satu sofa yang ada di kamar rawat ini, mulai menikmati snack rumput laut yang kubeli di kafetaria. Jungkook–untuk pertama kalinya setelah sekian lama–terlihat santai memakan rotinya tanpa sebongkah laptop atau gadget di hadapannya. Namjoon pun terlihat sama santainya denganku, saat ini cowok tinggi itu tengah duduk menikmati kopi hitamnya di sebelahku.

Kulihat Joohyun unnie menggelengkan kepalanya.

"Waktu bangun memang terasa sakit, tapi setelah aku kentut dan boleh makan, sakitnya nggak begitu terasa."

"Kenapa harus kentut dulu?" pertanyaan aneh dari Jungkook ini membuatku menghela napasku.

"Kalau habis operasi memang harus kentut dulu, baru boleh makan."

"Kalau nggak kentut juga? Nggak boleh makan?"

"Iya, harus dioperasi lagi." ini jawaban singkat dari Namjoon.

"Ooh, berarti kalau misalkan aku nggak kentut seharian ini, aku juga nggak boleh makan?"

Ingin rasanya kulempar snack rumput laut ini ke wajah tengil Jungkook.

Untungnya, tidak ada yang menanggapi pertanyaan konyol cowok itu karena Joohyun unnie keburu bertanya.

"Kim Wooyoung udah di kantor polisi? Aman nggak?"

"Semoga saja aman." Seokjin oppa tampak kelelahan ketika ia memutuskan untuk menyimpan pantatnya di kursi yang berada di samping kasur rawat. "Hyukjae memerintahkan semua anak buahnya buat menjaga pria tua gendut serakah itu, jangan sampai terima makanan kalau bukan dari Hyukjae langsung."

"Kapan persidangannya?" ini pertanyaanku yang memang benar-benar penasaran kapan si bajingan tua itu akan dihakimi.

"Kalau penyelidikan lancar dan dia mau bekerja sama, minggu depan juga sudah bisa mulai." jawaban Seokjin oppa membuatku geregetan.

Kenapa harus selama itu, sih? Apa nggak bisa langsung aja ya?

Tidak ada yang berbicara di antara kami setelah itu, sebagian besar karena kami sibuk dengan makanan masing-masing. Kulihat sekilas Seokjin oppa yang diam-diam meraih tangan Joohyun unnie untuk menggenggamnya erat-erat, dan kubiarkan momen itu berlalu tanpa perlu menggoda kedua pasangan yang tadi kepergok ciuman itu.

Syukurlah mereka berdua sudah baikan!

Ketika suasana benar-benar hening, seorang cowok yang kukenali bernama Donghae tahu-tahu saja mengetuk pintu dan memasuki ruangan.

"Seokjin? Ada yang perlu kita bicarakan."

LEVERAGE [Book 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang