Yeri
Tidak pernah sekalipun dalam benakku terlintas bahwa suatu hari aku akan melihat belasan–mungkin puluhan, bahan peledak dalam satu ruangan yang sama.
Aku memang cuma pernah melihatnya di film-film Hollywood seperti Mission: Impossible atau semacamnya, dan aku sama sekali tidak pernah membayangkan akan melihatnya secara langsung depan mataku sendiri. Yang paling gilanya, aku menemukannya di tempat yang sungguh tidak lazim pula; basement panti asuhan!
Begitu mendapat telepon dari Ibu Kim, aku dan Joohyun unnie sepakat untuk bergegas pergi ke sana tanpa berpamitan kepada ketiga pria dalam tim kami yang lagi ngobrol serius di ruang makan. Joohyun unnie mengambil kunci salah satu mobil sewaan kami di ruang tengah, kemudian kami berhasil pergi tanpa menarik perhatian mereka sama sekali.
Tidak sampai setengah jam, kami sudah tiba di panti asuhan. Ibu Kim terlihat sudah menunggu di foyer panti asuhan, dia duduk dengan gelisah. Wajahnya sumringah ketika melihatku dan Joohyun unnie.
"Yerim!" wanita lanjut usia itu menyapaku dengan antusias. "Aku nggak tahu harus menceritakan ini kepada siapa lagi, jadi aku meneleponmu."
"Ada apa?" pertanyaanku membuat Ibu Kim mengulum bibirnya. Ia memberikan isyarat kepada kami untuk masuk ke dalam, ke lobi panti asuhan, kemudian baru menjawab pertanyaanku dengan suara yang kelewat pelan.
"Semalam, aku nggak sengaja menguping pembicaraan Pak Kim. Dia menelepon di dekat pintu belakang, yang ada di dapur itu. Aku rasa dia nggak sendirian, karena aku bisa mendengar suara milik dua atau tiga orang pria lain selain dia."
Ibu Kim menarik napasnya sebelum melanjutkan kalimatnya, membuatku dan Joohyun unnie menunggu dengan tidak sabar.
"Kemudian mereka berjalan menjauh dari pintu belakang, dan aku bisa mendengar suara pintu basement dibuka dari luar. Aku kira Pak Kim hanya sedang memeriksa stok persediaan makanan yang biasa kami simpan di sana, tapi apa yang kulihat pagi ini bentuknya aneh... Ada banyak karung-karung besar di basement. Kurasa itu bukan stok makanan, soalnya baunya menyengat sekali."
"Boleh kami lihat langsung, bu?" tanya Joohyun unnie, dan tanpa banyak basa-basi, kami langsung berjalan cepat menuju basement.
Sisanya, kalian bisa tebak sendiri apa yang terjadi.
Joohyun unnie menjadi orang pertama yang menyadari bahan-bahan peledak di basement itu.
"Oh no, ini bau mesiu...." ujarnya, ketika kami berjalan mengelilingi basement yang tidak luas-luas amat ini. Aku mengamati satu-persatu karung mencurigakan yang ada di basement, ada delapan karung berukuran sedang dengan warna coklat pudar yang sama yang tersebar di sekitar basement, berdampingan dengan beberapa karung berisi bahan makanan seperti beras dan sebagainya.
Dan Joohyun unnie benar, baunya luar biasa menyengat.
"Apa ini berbahaya?"
Joohyun unnie mengeluarkan ponselnya kemudian mulai memotret seluruh karung berisi bubuk mesiu di basement secara bergiliran.
"Kalau kena api, bisa langsung terbakar. Kayaknya kita harus evakuasi anak-anak panti dulu deh, jangan biarin mereka ada di atas sementara barang-barang ini masih di basement."
"Oke, kalau gitu aku bilang ke Ibu Kim sekarang."
Tanpa pikir panjang, aku langsung bergegas keluar dari basement dan setengah berlari kembali menuju panti untuk memberitahu Ibu Kim dan cepat-cepat mengevakuasi anak-anak panti. Namun sebelum aku mencapai ambang pintu masuk panti, tiba-tiba saja aku sadar bahwa aku tidak akan bisa melakukan ini sendirian. Bagaimana jika ada sesuatu yang buruk terjadi?
Jadi dengan pertimbangan itulah, aku menelepon Namjoon dan menyuruhnya untuk cepat kemari.
Semoga saja perasaan burukku tidak benar-benar terjadi, karena entah kenapa, perutku mulai terasa tidak nyaman saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEVERAGE [Book 2]
ActionSebuah panti asuhan di pinggiran kota Seoul akan dirobohkan karena sudah terlalu tua dan menghalangi proses pembangunan pusat perbelanjaan. Puluhan anak-anak panti terancam kehilangan rumah mereka. Hanya Kim Seokjin, seorang mastermind ulung dari p...