Seokjin
Ada terlalu banyak yang terjadi dalam rentang waktu dua jam terakhir ini.
Pertama: aku diserang hormon endorfin yang luar biasa menyenangkan ketika aku tahu Joohyun sudah siuman.
Kedua: otakku berhenti bekerja selama beberapa detik ketika Joohyun tiba-tiba saja menciumku–dan layaknya seorang gentleman sejati yang sudah sejak lama memendam rasa padanya, aku membalas ciuman itu dengan lembut seolah-olah hidupku bergantung padanya.
Ketiga, dan ini yang mungkin tidak kuduga sebelumnya, Donghae tahu-tahu saja membawa sebuah kabar yang membuatku tidak tahu apakah aku harus senang atau marah mendengarnya.
"Kim Wooyoung baik-baik saja, kan?" itu yang kutanyakan pertama kali ketika Donghae memintaku untuk berbicara berdua dengannya.
Pria itu menganggukkan kepalanya.
"Sejauh ini belum ada kabar buruk, tenang. Aku justru pengen kasih tahu kamu soal orang yang kamu cari kemarin."
"Oh Sehun?" tanyaku, dan selama beberapa detik, kulihat dengan jelas raut wajah Donghae yang penuh dengan amarah ketika mendengar nama itu.
Membuatku bertanya-tanya apa yang membuat Donghae sebegitu bencinya mendengar nama Oh Sehun.
"Ada apa dengannya?" tanyaku lagi.
Donghae menghela napasnya, menatap ke sekeliling lorong bangsal rumah sakit yang lengang sebelum menjawab pertanyaanku.
"Aku dapat info soal dia dan orang yang kemungkinan besar mempekerjakannya kemarin. Kau tahu informanku ada di mana-mana, kan? Nah, kemarin, seorang junkie di kawasan Myeongdong memergoki Oh Sehun yang lagi nongkrong di sebuah bar kecil." Donghae mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya kemudian memberikannya padaku.
Ada sebuah foto yang terpampang di sana.
Itu Oh Sehun–atau seseorang yang mungkin mirip dengannya, aku tidak bisa memastikan dari sudut pengambilan gambar seperti ini–sedang mengobrol dengan seorang pria tua.
Pria yang kemungkinan umurnya lebib dari 50 tahun.
Pria yang sama yang kukenali pernah mengobrol dengan Jackson secara diam-diam di di kedai ramen di kampung halamanku.
Siapa pria ini?
"Soal pria tua itu, aku juga nggak terlalu tahu. Tapi dari beberapa kasus yang pernah kupegang, dengar-dengar dia seorang makelar. Seperti lintah darat gitu, tapi versi lebih tajir."
"Aku pernah bertemu dengannya." pernyataanku tampaknya membuat Donghae terkejut.
"Serius?"
"Ya, beberapa minggu lalu. Dia muncul di kampung halamanku dan kepergok mengobrol dengan Jackson."
"Temanmu yang polisi itu?"
Sial, aku ragu apakah menggunakan kata 'teman' untuk menyebut Jackson masih pantas untuk dilakukan.
"Dia juga satu gerbong kereta denganku waktu aku pulang ke Seoul." ketika aku mengatakan itu, memori dari beberapa minggu yang lalu terputar kembali di otakku seperti sebuah film.
Ya, aku ingat betul pria itu naik di gerbong yang sama denganku beberapa saat sebelum kereta berangkat ke Seoul. Ada beberapa pria berjas yang mengiringinya, tampak seperti bodyguard nya. Pria tua yang punya aura tenang namun mengintimidasi....
Brengsek, ada urusan apa dia dengan Oh Sehun?
Oh, astaga. Demi tuhan.
"Menurutmu pria ini bosnya Sehun?" tanyaku pada Donghae, dan sebagai sesama pria dengan insting tajam, kurasa aku tidak perlu menjelaskan lebih lanjut maksud pertanyaanku padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEVERAGE [Book 2]
ActionSebuah panti asuhan di pinggiran kota Seoul akan dirobohkan karena sudah terlalu tua dan menghalangi proses pembangunan pusat perbelanjaan. Puluhan anak-anak panti terancam kehilangan rumah mereka. Hanya Kim Seokjin, seorang mastermind ulung dari p...