2.3

56 9 0
                                    

Yeri

Aku benci banget kalau harus bangun tidur dengan mata sembab.

Belum lagi dengan sakit kepala yang timbul gara-gara menangis kemarin. Tampangku pasti kayak kodok bengkak, tapi aku bodo amatlah sama penampilanku hari ini.

Setelah aku cuci muka sebentar, aku buru-buru melangkahkan kakiku ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa kumakan. Mulanya aku kira Jeon Jungkook yang sedang duduk serius di depan laptopnya sambil makan mie instan itu bakal mengejek penampilanku pagi ini, tapi anehnya, dia sama sekali nggak berkomentar apapun!

"Ada kompres es batu di freezer, pake buat mata kamu tuh." ujarnya, tatapannya tidak terlepas dari layar laptopnya.

Aku—yang masih setengah sadar dan linglung, langsung menuruti perkataannya dan membuka kulkas di hadapanku. Jungkook benar, ada kompres es batu berbentuk mata Pororo di freezer. Ini bukan kompres punyaku yang biasa aku pakai—masa ini punya Jungkook sih?

Tapi, dengan segala pertanyaan itu mengambang di belakang kepalaku, aku tetap mengambil kompres es batu yang lucu itu dari freezer. Setelah menutup kulkas, kulangkahkan kakiku kemudian mengambil tempat untuk duduk di seberang Jungkook.

"Trims Kookie." suaraku terdengar agak serak, tapi aku sebodo amat. Aku mulai mengompres mataku yang bengkak dan—ya tuhan, rasanya enak banget mengompres mata dengan es batu begini!—kusandarkan punggungku pada kursi. Beberapa saat setelahnya, aku dikejutkan oleh sebuah gelas berisi coklat hangat yang tiba-tiba saja muncul di hadapanku.

Rupanya Jungkook yang menyiapkan itu. Aku terlalu cuek sampai-sampai tidak sadar bahwa dia sempat beranjak dari tempat duduknya sebentar, menyiapkan coklat hangat, kemudian menyimpannya di hadapanku.

Aww. Tumben banget sih si cupu ini perhatian?

Sebelum aku sempat berterima kasih, Namjoon dan Joohyun unnie datang di saat yang bersamaan. Masing-masing dari mereka mengambil tempat di meja makan, dan Joohyun unnie tampak terlihat seperti sehabis menangis semalam suntuk.

"Pagiii semuanya~" sapa Joohyun unnie, dan aku benar-benar heran karena sekalipun tampangnya kusut, kakakku itu tetap kelihatan cantik banget pagi ini. "Kalian mau sarapan apa hari ini?"

"Biar aku aja yang masak." Namjoon buru-buru menjawab pertanyaan Joohyun unnie, membuat Jungkook sampai perlu mengangkat wajahnya yang sebelumnya seolah-olah terbenam di depan layar laptopnya.

"Emangnya kak Namjoon bisa masak?" pertanyaanku membuat Namjoon tersenyum mencibir.

"Cih, jangan ragukan kemampuanku ya anak muda." balasannya terdengar luar biasa sombong, tapi Joohyun unnie justru malah tersenyum menanggapinya.

"Thank you Namjoon~" perkataan Joohyun unnie tampaknya membuat hidung Namjoon kembang kempis, tapi tanpa berlarut-larut dalam kesombongannya, Namjoon segera beranjak mengambil apron dan mulai menyalakan kompor.

Aku kembali menyeruput coklat hangat milikku, Jungkook masih tetap fokus di depan laptopnya, sementara Joohyun unnie tampak mengupas apel menggunakan pisau dengan sedikit bermalas-malasan. Aku tidak bisa berbohong kalau aku penasaran kenapa kakakku tampak seperti seseorang yang habis menangis semalam suntuk begitu—meskipun, sekali lagi, dia kelihatan jauh lebih cantik daripadaku dengan mata sembab begitu—tapi aku terlalu takut untuk bertanya. Bagaimana jika dia juga baru saja mengalami masalah pribadi? Kalau aku bertanya dan membuatnya sedih lagi, kan bisa gawat.

Oh, sial. Apa jangan-jangan dia bertengkar dengan Seokjin oppa semalam?

Kemungkinan yang terakhir itu sepertinya masuk akal, karena sampai saat ini, aku belum melihat Seokjin oppa keluar dari kamarnya dan bergabung dengan kami di meja makan. Oh, sial sial sial. Apa mereka bertengkar gara-gara kasusku?

"Kurasa, hari ini aku mau berkunjung ke panti asuhanmu." perkataan Joohyun unnie yang satu itu membuatku hampir tersedak minumanku sendiri. Jungkook tampaknya sama terkejutnya denganku, karena ia sampai berhenti memainkan jemarinya yang sebelumnya bergerak dengan sangat lincah di atas keyboard laptopnya.

"Eh?" tanyaku, berharap Joohyun unnie mau mengulang pernyataannya kalau-kalau aku salah dengar.

"Kita jadi mengambil kasus ini?" kalau ini pertanyaan dari Jungkook.

Joohyun unnie menganggukkan kepalanya pelan, matanya yang sembab menatap kami berdua dengan sangat serius. "Aku sudah memikirkan ini. Bagaimanapun juga, kita harus melakukan sesuatu, kan? Yah... meskipun kali ini kemungkinan kita berhasil bakal jauh lebih kecil, tapi nggak ada salahnya mencoba."

Entah kenapa, perkataan Joohyun unnie malah membuatku jadi ingin menangis lagi.

Sebelum aku sempat mengatakan apapun, Joohyun unnie meraih tanganku kemudian menggenggamnya dengan erat. Aku tahu aku tidak bisa menahan air mataku saat pipiku mulai terasa basah.

"Makanya, kita perlu strategi yang tepat supaya misi kali ini berhasil." suara Seokjin oppa tiba-tiba saja mengejutkan kami semua yang ada di ruang makan. Cowok itu muncul di ambang pintu, tampangnya tidak jauh berbeda dengan kami semua yang baru saja bangun tidur. Dilihat dari reaksinya, sepertinya Joohyun unnie sama sekali tidak menyangka bahwa dia akan mendengar kata-kata itu dari Seokjin oppa.

Seokjin oppa menempatkan pantatnya di salah satu kursi kosong, matanya yang masih kotor itu menatapku, Jungkook, dan Joohyun unnie bergantian dengan penuh binar semangat. Kalimat yang keluar dari mulutnya tidak lama setelah itu pun membuatku kebingungan.

"Tenang aja, aku sudah buat rencana."

LEVERAGE [Book 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang