Namjoon
"Joohyun-ah!" suara Seokjin terdengar parau ketika memanggil-manggil nama Joohyun.
Langkahku di sebelahnya sama cepatnya, namun rasanya setiap inci tubuhku menjadi lebih awas ketika kami bergegas memasuki bangunan kantor yayasan yang anehnya kosong melompong.
Tidak terkunci, tapi tidak ada siapapun di sini.
"CCTV sengaja dirusak." perkataanku membuat Seokjin memalingkan wajahnya kepadaku dengan cepat.
Seokjin kemudian menatap ke arah CCTV yang kutunjuk, kemudian mengumpat tatkala melihat kaca CCTV yang jelas-jelas pecah oleh hantaman benda yang pasti sengaja dilakukan oleh orang lain. Kenapa sih mereka selalu menggunakan cara itu untuk menghilangkan barang bukti?
"Bagaimana kalau kita berpencar? Ruangan di kantor ini kayaknya nggak banyak, tapi aku rasa bakal lebih efektif kalau kita cari Joohyun masing-masing. Siapa tahu ada yang bisa kita temukan dan jadikan barang bukti juga." ide Seokjin langsung mendapat persetujuan dariku, dan tanpa banyak bicara, aku berpisah dengan Seokjin di dekat tangga.
Seokjin melanjutkan pencarian di lantai dua, masih memanggil-manggil Joohyun, sementara aku mencari di lantai satu. Sebuah ruangan bertuliskan 'ARSIP' menarik perhatianku, jadi itulah yang kusambangi pertama kali.
"Joohyun noona? Kamu di dalam sini?"
Sepi. Tidak ada jawaban.
Deretan rak yang mungkin berisi data-data anak panti asuhan tampak mencurigakan, tapi aku tidak menemukan apapun di dalamnya. Aku keluar dari ruangan itu dan berniat untuk masuk ke ruangan di sebelahnya saat sebuah suara benda pecah terdengar dari lantai dua.
PRANGG!!
Rasa terkejut menguasaiku beberapa detik, sebelum akhirnya aku menggerakkan badanku dan bergegas menuju lantai dua.
Ada tiga hal yang terus terulang di dalam kepalaku seiring dengan tiap anak tangga yang kunaiki, seiring dengan suara-suara gaduh khas pergumulan dua orang yang biasa kudengar di kehidupanku dulu.
Joohyun. Seokjin. Bahaya.
Jantungku merosot dari rongganya ketika aku tiba di satu ruangan dengan pintu terbuka. Tidak banyak yang bisa kulihat selain Joohyun yang terkapar di lantai, ruangan yang berantakan, dan Seokjin yang tengah bergumul dengan seseorang.
Kutarik orang berpakaian serba hitam yang tengah memiting Seokjin itu sekuat tenaga, membuatnya melepaskan pria yang sudah menjadi sosok kakak bagiku itu, membuatnya nyaris terjengkang. Tinjuku nyaris terhenti ketika orang itu berbalik menatapku, seringaian liciknya yang tampak seperti ujung pensil yang lancip membuatku tiba-tiba saja ingin lebih dari sekejar meninju wajahnya.
"Brengsek!! Oh Sehun!" seruku, sementara pria itu menyunggingkan senyuman lebarnya sebelum menendangku tepat di tungkai, membuatku lunglai selama beberapa saat sementara ia melarikan diri.
Saat itulah, aku mengejarnya seperti orang kesetanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEVERAGE [Book 2]
ActionSebuah panti asuhan di pinggiran kota Seoul akan dirobohkan karena sudah terlalu tua dan menghalangi proses pembangunan pusat perbelanjaan. Puluhan anak-anak panti terancam kehilangan rumah mereka. Hanya Kim Seokjin, seorang mastermind ulung dari p...