5.5

65 7 3
                                    

Joohyun

Aku ketinggalan banyak banget!

Ditusuk di perut dan hampir mati memang menyebalkan, tapi kurasa aku jauh lebih kesal karena tidak bisa ikutan bagian seru dari misi kami: yaitu menipu target utama dan melihat mereka merana di dalam jebakan yang kami buat sendiri.

Makanya, aku bete banget waktu menyalakan televisi di kamar rawatku dan melihat berita bahwa Kim Wooyoung sudah ditangkap polisi. Tanpa perlu diberitahu pun, aku sudah tahu bahwa ini pasti kerjaan Seokjin, Namjoon, Jungkook dan Yeri.

Oh, dan tidak lupa juga berkat bantuan komisaris Lee Hyukjae dan temannya itu.

Aku belum tahu banyak, tapi menurut penuturan Kak Dara dan Yuri yang menjagaku selama anggota tim ku pergi, Hyukjae dan temannya itu juga turut andil dalam menuntaskan penangkapan Kim Wooyoung hari ini.

Kalian harus tahu, aku cukup kaget dan kebingungan ketika terbangun di tempat asing dengan wajah-wajah yang sama asingnya. Tetapi karena aku mengingat wajah Yuri yang waktu itu bertemu denganku ketika Hyukjae masuk rumah sakit, aku langsung merasa aman karena kutahu mereka adalah orang-orang baik.

Tidak lama setelah aku terbangun, dokter datang untuk memeriksa kondisiku. Aku baru makan sedikit makanan yang diberikan rumah sakit sambil menonton televisi dengan bosan ketika Seokjin tahu-tahu saja datang.

Saat itulah, aku menyadari betapa ketakutannya Seokjin selama ini.

Kami berpelukan cukup lama, dan aku sama sekali tidak bisa protes karena jujur saja–dipeluk olehnya seperti ini terasa nyaman sekali.

Setelah Seokjin selesai menumpahkan air matanya di pundakku, kutatap matanya lalu kuusap pipinya perlahan.

"Maafin aku ya." hanya itu yang terlintas di kepalaku untuk kuucapkan.

Seokjin menggeleng, masih berusaha menghentikan tangisnya.

"Kamu nggak salah apa-apa, Joo." ujarnya, di sela-sela tangisnya.

"Kalau aku lebih hati-hati, mungkin aku nggak bakal terluka begini..."

Itu benar. Kalau saja aku tidak bertindak gegabah sendirian dan lebih waspada, mungkin aku tidak akan berakhir di kasur rumah sakit yang keras ini. Mungkin penangkapan Kim Wooyoung bisa terjadi dengan lebih cepat tanpa adanya drama.

Mungkin, kalau aku lebih berhati-hati, aku tidak akan membuat Seokjin sesedih ini.

Kim Seokjin, masih dengan kepala batunya, menyanggah perkataanku. Ada sebuah senyuman getir terukir di bibirnya.

"Kamu nggak salah, Joo. Aku yang harusnya minta maaf. Aku seharusnya jagain kamu."

Mendengarnya berkata seperti itu, aku tidak bisa berkutik. Mata Seokjin menatapku dalam-dalam, meneliti setiap inci wajahku seolah-olah aku adalah benda berharga yang harus ia jaga dengan sungguh-sungguh.

"It should've been me, Joo. I'm sorry. I'm so–"

Sebelum Seokjin sempat menyelesaikan kalimatnya, aku memegang pipinya dengan kedua tanganku, menarik wajahnya, kemudian mengecup bibirnya tanpa berfikir dua kali.

LEVERAGE [Book 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang