Yeri
Bukannya aku mau sombong, tapi sebenarnya, aku ini terlahir di keluarga yang cukup kaya raya.
Ayahku salah satu petinggi di perusahaan bahan bakar, ibuku perancang busana dengan reputasi yang cukup baik. Kehidupanku seharusnya menyenangkan, tapi sejak kecil, aku tidak pernah benar-benar merasa bahagia bahkan di rumahku yang besar sekalipun.
Jadi, ketika aku menginjak kelas 3 SMP, aku mulai memberanikan diri mengeksplorasi tempat-tempat lain di luar rumah. Aku sering kabur dan baru pulang tiga atau empat hari kemudian, dan selama itu pula, kedua orangtuaku sama sekali tidak mencari-cari keberadaanku. Bertanya kemana aku pergi saja mereka tidak, jadi aku pikir mungkin tidak akan masalah kalau aku sekalian pergi saja untuk selamanya dari rumah itu dan tidak pernah kembali.
Tapi aku sadar, meskipun mereka menganggap keberadaanku layaknya bayangan yang tidak akan kelihatan saat hari sedang gelap, mereka tetap membiayai sekolahku. Rekeningku tetap terisi setiap satu bulan sekali, meskipun uang jajan yang mereka berikan tidak banyak-banyak amat. Jadi, sampai aku lulus kuliah, aku bertahan di rumah sialan itu meskipun tidak setiap hari aku tinggal di sana.
Nah, kalau aku sedang tidak tinggal di rumahku yang lebih mirip rumah berhantu itu, aku tinggal di sebuah panti asuhan tua di pinggiran kota Seoul. Aku ingat banget bagaimana aku bisa berakhir di tempat ini.
Waktu aku sedang sering-seringnya kabur dari rumah, aku pernah nyaris dirampok sekelompok preman mabuk yang menginginkan uang untuk beli alkohol. Aku lari secepat yang aku bisa dan bersembunyi di panti asuhan sambil menahan tangis dan menahan kencing.
Untungnya, salah satu pengasuh panti menyadari situasiku dan memperbolehkanku menginap di sana. Namanya Ibu Kim, dan sampai saat ini, aku sudah menganggapnya seperti ibu kandungku saja. Tanpa sadar, aku jadi kerasan di panti asuhan, berbaur dengan anak-anak yang lain, dan sering berkunjung menginap paling tidak seminggu sekali. Sekarang, ketika aku sudah punya pekerjaan sendiri dan tinggal terpisah dengan orang tuaku, aku lebih sering mampir ke panti asuhan dan bercengkrama dengan anak-anak di sana.
Makanya, aku mati-matian menyiapkan hadiah untuk salah satu anak panti yang hari ini berulang tahun. Aku berhasil memaksa Jungkook untuk ikut menemaniku—karena hari ini, cuma dia anggota tim yang nganggur di markas dan aku mana mungkin meminta si tukang pukul Namjoon itu untuk mengantarku.
"Kamu harus bayar buat layananku hari ini, Kim Yerim." dengus Jungkook, ketika kupaksa ia membawa satu tas belanja besar berisi mainan untuk Hyunji, anak panti yang berulang tahun hari ini, dan satu tas belanja besar lainnya berisi mainan dan makanan yang akan kubagikan kepada anak-anak panti yang lain.
"Nggak mau." jawabku cuek, pandanganku tetap fokus kepada jalan setapak menuju bangunan panti asuhan.
"Heh! Harusnya hari ini aku bisa ngurusin kerjaan di markas dengan tenang kalau bukan karena kamu yang nyeret pantat aku kesini!"
Aku melayangkan delikan sinis kepada Jungkook yang hanya dibalas oleh cowok itu dengan sebuah juluran lidah. Ish! Kalau saja kami bukan ada di area panti asuhan saat ini, aku pasti sudah memiting leher cowok culun itu!
Kami tidak banyak bicara ketika sudah memasuki ruang resepsionis panti asuhan yang kosong melompong, jadi aku langsung melangkahkan kakiku dengan cepat menuju aula, tempat di mana perayaan ulang tahun Hyunji dilaksanakan, sementara Jungkook kerepotan berjalan di belakangku.
Benar saja, dari kejauhan, aku bisa mendengar suara lagu 'Happy Birthday to You' dinyanyikan oleh sepasukan suara imut yang menggemaskan. Begitu aku tiba di pintu aula, aku bisa melihat Hyunji dikelilingi teman-teman pantinya, sebuah kue tart sederhana dengan dua lilin bertuliskan angka 10 menyala di hadapannya.
Begitu Hyunji meniup lilin itu, seluruh anak panti bertepuk tangan dengan riang.
Keriangan itu bertambah ketika salah satu dari mereka melirikku yang sedang mengamati mereka dari ambang pintu.
"Kak Yeri datang!!"
"Yaaayyy!!"
"Asyiiiik!!"
Aku tersenyum lebar dan berlari kecil menyambut anak-anak panti yang berhamburan memelukku, termasuk Hyunji yang semula tampak serius dengan kue di hadapannya itu.
Kalian harus tahu, rasanya senang sekali disambut segini meriahnya oleh anak-anak ini. Aku pikir tidak ada yang lebih berharga dan murni daripada kebahagiaan dan ketulusan seorang anak kecil. Makanya, mendapat sambutan penuh suka cita dari mereka berarti banget buatku.
"Hai semuanya! Lihat apa yang aku bawa!"
Author's note:
Terima kasih sudah mengikuti kisah Seokjin dkk. sampai Book 2! Cerita di buku ini mulai lebih kompleks, dan ada beberapa karakter dari karyaku sebelumnya yaitu Chain Series yang akan aku libatkan di buku ini. Jadi, kalau kalian ingin mengenal karakter-karakter tambahan yang bakal muncul di buku ini lebih jauh, jangan lupa untuk baca Chain Series 1, 2, 3, dan 4 ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
LEVERAGE [Book 2]
ActionSebuah panti asuhan di pinggiran kota Seoul akan dirobohkan karena sudah terlalu tua dan menghalangi proses pembangunan pusat perbelanjaan. Puluhan anak-anak panti terancam kehilangan rumah mereka. Hanya Kim Seokjin, seorang mastermind ulung dari p...