Yeri
Kami berlima berkumpul di ruang diskusi.
Seluruh layar monitor dalam keadaan mati. Aku penasaran kenapa si bocah Jungkook tidak menyalakan laptopnya, bahkan untuk sekedar membaca timeline Twitter seperti yang biasa dia lakukan saja tidak.
Namjoon tampak duduk diam di kursinya, kedua tangannya terlipat di depan dada, wajahnya terlihat serius. Kupandangi wajah Joohyun unnie yang duduk di samping Seokjin, dia terlihat tenang. Tapi entah kenapa, aku bisa merasakan ada sesuatu yang coba ia sembunyikan.
Situasi ini aneh banget. Maksudku, setelah sukses dengan misi panti asuhan, kami seharusnya bersenang-senang, bukan?
"Maaf mengganggu waktu istirahat kalian." ucap Seokjin, menjadi orang pertama yang buka suara setelah kami berkumpul lima menit yang lalu.
"Aku ingin mengucapkan terima kasih atas semua usaha kalian yang berguna banget buat kesuksesan misi tim kita." Seokjin memandangi kami semua satu-persatu. "Tapi lebih dari itu, aku ingin berterima kasih kepada kalian karena sudah bertahan di tim ini dan menjadi lebih dari sekedar rekan kerja. Terima kasih, kalian, karena sudah menjadi keluargaku."
Kami semua memandangi Seokjin. Raut wajah pria itu agak sulit untuk kubaca, namun sepertinya, aku bisa merasakan bahwa Seokjin oppa sedang menahan emosinya.
"Seperti yang kita tahu, misi terakhir kita melibatkan lebih dari sekedar penjahat kerah putih biasa. Ada beberapa pihak berbahaya yang terlibat, termasuk beberapa pejabat, seorang makelar, seorang letnan polisi, dan yang terakhir, seorang pembunuh bayaran."
Perutku melilit mendengar Seokjin menyebutkan hal itu. Membayangkan wajah si bajingan yang sudah membuat kakakku masuk rumah sakit itu membuatku mual. Maksudku, gila. Siapa orang jahat yang tega menyewa setan semacam itu, sih?
Apa tujuan mereka?
"Dengan demikian, secara tidak langsung keberadaan kalian pun menjadi tidak aman. Kurasa, peristiwa Joohyun kemarin sudah menjadi buktinya."
Joohyun unnie tersenyum masam, tangannya secara refleks memegangi bagian perutnya di mana bekas luka tusukan itu berada.
"Nah, aku nggak mau ada salah satu dari kita yang terluka lagi. Aku nggak mau melihat kalian terluka, apapun itu alasannya." suara Seokjin melemah, membuatku bertanya-tanya apakah pimpinan kami itu akan memecahkan emosinya.
"Di sisi lain, keberadaan tim kita ini sudah terendus oleh mereka. Akan sangat berbahaya kalau kita mengambil kasus lain dan menunjukkan keberadaan kita ke publik. Sekalipun dengan penyamaran, mereka sudah bisa membaca pola kerja kita."
Oh-oh. Sepertinya aku tidak akan suka ke mana arah pembicaraan ini.
"Lalu, apa yang bakal kita lakukan?" pertanyaan Namjoon sepertinya mewakili kami semua.
Seokjin menghela napasnya yang terlihat berat, membuat baik aku, Jungkook, Namjoon dan Joohyun unnie menanti dengan tidak sabar.
"Kita bubar, ya?"
To be continued...
LEVERAGE [BOOK 3, THE LAST PROBLEM]
KAMU SEDANG MEMBACA
LEVERAGE [Book 2]
ActionSebuah panti asuhan di pinggiran kota Seoul akan dirobohkan karena sudah terlalu tua dan menghalangi proses pembangunan pusat perbelanjaan. Puluhan anak-anak panti terancam kehilangan rumah mereka. Hanya Kim Seokjin, seorang mastermind ulung dari p...