Namjoon
Oke, mungkin banyak dari kalian yang bertanya-tanya sebenarnya apa sih yang akan tim penipu garis miring pencuri ulung ini lakukan kali ini? Membongkar brankas seseorang kah? Menipu pengusaha investasi lain yang gemar menipu orang kah? Atau apakah ini ada hubungannya dengan konspirasi yang selama ini selalu kami coba buktikan kebenarannya, yaitu membongkar hubungan busuk antara pejabat-pejabat penting yang suka membuat kekacauan?
Sebenarnya, aku juga berpikir bahwa setelah selesai dengan kasus Choi Jaehyun (yang, omong-omong, tiba-tiba saja meninggal dengan mengenaskan di kantor polisi) kami akan kembali fokus mengejar organisasi, sekumpulan orang-orang yang Seokjin percaya menjadi dalang di balik berbagai kasus yang pernah kami tangani dan selesaikan sebelumnya.
Tapi rupanya, Seokjin masih butuh waktu untuk berpikir dan menenangkan dirinya. Kematian Choi Jaehyun yang sangat mendadak membuatnya cukup terguncang, dan aku juga tidak bisa menyalahkan Seokjin sebab mengenal cowok itu, dia pasti bakal merasa bertanggung jawab atas kemalangan yang menimpa penipu itu.
Sebenarnya, kami semua merasa seperti itu kok. Joohyun noona yang bertugas menciptakan skenario dan samaran sempurna bagi kami berhasil membuat Jaehyun terlena dan terjebak. Yeri dan aktingnya berhasil membuat Jaehyun memakan umpan kami, Jungkook dengan mudahnya membobol informasi-informasi penting tentang kemana larinya dana investasi para nasabah yang ditipu Jaehyun, dan aku berhasil membujuknya (atau sedikit mengancam, lebih tepatnya) untuk membeli istal kuda bohongan dan mendapatkan semua hartanya.
Intinya, kami semua bertanggung jawab dalam membongkar penipuan yang dilakukan Jaehyun, yang pada akhirnya membawanya pada kematiannya sendiri. Aku yakin siapapun yang membunuh penipu malang itu tidak ingin Jaehyun membongkar keterlibatannya dengan pihak-pihak yang lebih besar, seperti keterlibatannya dengan calon walikota atau letnan kepolisian misalnya.
Jadi, wajar sekali jika Seokjin tidak mau gegabah dulu dalam mengambil keputusan, dan untuk sementara waktu tim kami tidak melakukan apapun. Selama tiga minggu ini, aku memanfaatkan waktuku untuk memulihkan kakiku yang cidera (aku sudah bisa jalan bahkan berlari-lari tanpa bantuan kruk lagi sekarang) dan mengurus Koya, anjing corgi milikku yang super manis. Kemarin Koya sempat dirawat inap di rumah sakit karena sakit pencernaan akut, dan sebagai ayah bulu yang sudah mengasuhnya sejak dia masih kecil aku benar-benar khawatir bukan main.
Makanya, aku senang sekali Koya sudah boleh pulang hari ini. Setelah menjemputnya, aku menyempatkan diri membawanya mampir ke taman di dekat markas supaya Koya bisa menghirup udara segar dan bermain-main dengan rumput kesukaannya. Menginap di rumah sakit yang dingin semalaman pasti bikin anakku stress.
Lagipula, aku juga butuh sedikit ketenangan setelah mengalami hari-hari yang cukup berat belakangan ini, kan?
Setidaknya sih begitu, sampai akhirnya ponselku berbunyi.
Agak mengherankan karena aku jarang menerima telepon dari Jeon Jungkook sebelumnya, tapi kali ini aku rasa ada sesuatu yang genting.
"Ada apa?" tanyaku, dan dari ujung telepon sana, aku bisa mendengar suara... seseorang menangis?
"Oi, tukang pukul?"
"Calling me brother once in a while won't hurt, you know. Seenggaknya formal dikit, kek."
Jungkook mendenguskan napasnya keras-keras, tapi aku rasa omonganku tidak begitu mempengaruhinya.
"Oke, Namjoon hyung yang baik, kamu ada di mana?"
"Taman deket markas. Kenapa? Kamu berantem sama Yeri?"
"Bukan, nggak." kali ini Jungkook menghela napasnya. Mungkin aku salah dengar, tapi... apa dia juga ikut-ikutan ingin menangis?
"Terus kenapa?"
"Anu... Sepertinya Yeri dan aku butuh bantuanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEVERAGE [Book 2]
ActionSebuah panti asuhan di pinggiran kota Seoul akan dirobohkan karena sudah terlalu tua dan menghalangi proses pembangunan pusat perbelanjaan. Puluhan anak-anak panti terancam kehilangan rumah mereka. Hanya Kim Seokjin, seorang mastermind ulung dari p...