3.3

64 6 2
                                    

Jungkook


Selama ini, pekerjaan tim kami tidak pernah melibatkan nyawa seseorang.

Namjoon si tukang pukul pernah beberapa kali memukul musuh-musuh kami, sih—kebanyakan dari mereka juga preman bayaran yang nggak jago berantem dan langsung K.O saat kena bogem dari Namjoon. Yeri yang saat ini duduk di sebelahku juga pernah beberapa kali menghajar musuh kami ketika mereka menghalangi jalan—secara harfiah, soalnya aku lihat sendiri bagaimana Yeri bikin bonyok lima orang penjaga gedung yang menghalangi jalan keluar kami.

Tapi dari semua orang yang pernah kontak fisik dengan kami, nggak ada satupun dari mereka yang mati. Target-target utama kami pun selalu berakhir di penjara, tidak pernah di kantong mayat seperti ini.

Makanya, aku kaget bukan main saat tahu bahwa Park Minho ditemukan tewas di toilet acara gala yang saat ini tengah dihadiri oleh Seokjin, Joohyun noona, dan Namjoon.

Sebagai seseorang yang mengakses CCTV tempat itu, aku sama sekali nggak melihat ada yang mencurigakan. Nggak ada orang yang keluar-masuk toilet setelah Park Minho masuk ke ruangan itu. Satu-satunya orang yang mencurigakan adalah si Jackson mantan sohibnya Seokjin itu, tapi dia pun baru tiba ketika ada yang berteriak dan melihat mayat Park Minho di toilet.

Intinya, aku tidak melihat apapun di CCTV yang sekiranya bisa membantuku menjawab misteri kematian Park Minho yang, lagi-lagi, amat sangat mendadak ini.

Ya tuhan. Kemarin si Choi Jaehyun yang meninggal mendadak di kantor polisi, dan sekarang si CEO perusahaan kontraktor ini.

Nggak mungkin ini semua cuma kebetulan, kan?

"Jungkook, Yeri, kalian cepat pergi dari area gedung. Sebentar lagi polisi bakal tiba, dan kemungkinan mereka bakal menyelidiki setiap mobil yang ada di dekat gedung. Kembali ke markas, nanti kita ketemu di sana." perintah tanpa basa-basi dari Seokjin membuat Yeri dengan sigap mengambil alih kemudi van. Dalam hitungan detik, kami sudah meninggalkan area gedung gala yang kini menjadi terasa mencekam itu.

"Kalian bagaimana? Mau tunggu sampai polisi datang? Penyamaran kita bisa kebongkar, loh." pertanyaanku mungkin terdengar menyeramkan, tapi aku tahu aku benar. Bisa rumit masalahnya kalau Seokjin dan Joohyun (bahkan Namjoon sekalipun) ketahuan sedang menyamar di acara itu. Sekalipun aku tahu Seokjin berteman dekat dengan komisari polisi, bagaimanapun juga tim kami kan bergerak di profesi yang terbilang illegal.

"Tenang, aku sudah bersama Donghae dan sebentar lagi kami bakal cabut dari sini. Joohyun juga udah pergi sama Namjoon." jawaban Seokjin membuatku merasa lega bukan main.

"Oke, sampai ketemu di markas kalau begitu."

*

Aku langsung menyibukkan diriku sendiri di depan laptop ketika kami tiba di markas.

Yeri kelihatan gelisah—aku menangkapnya beberapa kali memeriksa ponselnya, menyimpan benda itu di atas meja, kemudian memeriksanya lagi. Aku tahu, kami berdua sama-sama takut sesuatu yang buruk terjadi pada Seokjin, Joohyun noona, dan Namjoon yang masih ada di luar sana. Sepertinya masih untung kalau mereka hanya ditangkap polisi saja, kalau sampai mereka ikut dicelakai juga bagaimana?

Duh, jangan sampe deh.

Rekaman CCTV aula gedung gala terkutuk itu selama dua belas jam terakhir sudah ku-copy dan siap untuk kuamati seharian suntuk, barangkali Seokjin membutuhkannya nanti untuk mencari tahu penyebab kematian Park Minho yang sangat mendadak ini.

Yeri meraih remote televisi yang ada di atas meja kemudian menyalakan benda itu, tampak mencari-cari saluran berita yang mungkin saja menayangkan berita kematian Park Minho. Saat itu pula, seseorang membuka pintu markas.

LEVERAGE [Book 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang