5.3

43 6 0
                                    

Jungkook

Landasan udara itu tampak sepi di pagi hari.

Masih ada sedikit kabut yang menyelimuti tempat ini, dan pengennya sih aku berteleportasi ke kamarku yang nyaman dan hangat sambil berkelana kembali ke alam mimpi.

Tapi alih-alih melakukan itu, aku kini meringkuk di dalam van, menatap layar monitor dengan penuh hati-hati, mengawasi setiap gerakan yang terpantau di layar.

Seokjin tampak berdiri di dekat sebuah pesawat jet pribadi kecil. Ia mengenakan setelan jas lain–warnanya hijau tua hari ini. Sekalipun aku tahu cowok itu nggak tidur semalam suntuk karena menjaga Joohyun noona, dia tetap tampak prima pagi ini.

"Lama amat sih. Kemana si Wooyoung gendut itu?" pertanyaan cempreng dari Yeri memekakkan telingaku.

Kulihat cewek itu juga sama lelahnya denganku. Ia duduk meringkuk di kursi di sampingku, menatap layar monitor dengan sedikit bosan dan setengah mengantuk.

"Sabar kek, kata GPS dia bentar lagi nyampe. Tuh." aku menunjuk satu layar yang menampilkan pelacakan langsung posisi Kim Wooyoung saat ini.

"Donghae oppa nggak bisa nyetir lebih cepet apa?" aku tahu pria bernama Donghae yang membantu kami bisa mendengar pertanyaan ini, tapi mana mungkin dia membalasnya kan? Bisa rusak penyamarannya sebagai supir sewaan Seokjin.

Suara deru mobil sedan tua terdengar mendekati area landasan udara. Namjoon, yang kini duduk dibalik kemudi van untuk memantau situasi langsung di lapangan, memberikan tanda bahwa target kami sudah sampai dengan selamat.

"Colibri has landed." ujarnya dari earpiece yang menempel di kuping kami.

"Kenapa harus burung kolibri sih? Mereka kan lucu."

Aku hanya mengerlingkan mataku mendengar komentar dari Yeri. Cewek ini sepertinya semangat banget mengata-ngatai semua orang hari ini.

Melalui kamera tersembunyi di kancing kemeja Seokjin yang tersambung ke layar monitorku, aku bisa melihat sosok Kim Wooyoung yang turun dari mobil dengan pakaian serba hitam. Bahkan dengan jaket dan topi baseball itu saja, pria serakah itu nggak bisa menutupi kegemukannya. Siapapun yang melihatnya bakal langsung mengenalinya dengan mudah.

"Pesawat berangkat pukul tujuh tepat." ujar Seokjin tanpa banyak basa-basi. Ia menyerahkan selembar kertas tiket–yang pastinya sudah kubuat sedemikian rupa supaya terlihat asli–kepada Kim Wooyoung.

"Dilihat dari jarak dan lama perjalanan, anda akan tiba di Slovenia kurang lebih jam tiga sore."

Wooyoung tampak tidak peduli dengan trivia yang sedang Seokjin ucapkan ini. Menurutku, ia terlihat seperti orang kebelet yang ingin buru-buru kencing. Kelihatannya sih dia memang kebelet banget ingin cepat pergi dari negara ini.

"Sesuai permintaanmu, berkas-berkas yang kau minta sudah kuserahkan pada supirmu itu." Kim Wooyoung terdengar jauh lebih pelan dan berhati-hati.

Seokjin tersenyum mendengar perkataan itu. Sebuah senyum yang menurutku punya segudang makna lain.

"Senang berbisnis dengan anda." 

LEVERAGE [Book 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang