°°°
Jeno sedang asyik bersantai diruang keluarga. Duduk bersila dengan makanan ringan di pelukannya, juga mata cantiknya yang tak lepas dari layar kaca besar di depannya.
Sesekali tangannya akan bergerak untuk memasukkan jajanan ringan tersebut ke dalam mulutnya.
Cup!
Kecupan ringan di pipi ia dapatkan dari seseorang yang sedang memeluk lehernya dari belakang, membuat Jeno terlonjak kaget.
"Tak bisakah kau tidak muncul seperti hantu? Kau hampir membuatku menjerit." gerutu pemuda cantik itu.
Jaemin, si pelaku hanya tertawa kecil. Lalu tanpa pikir panjang, tubuh besarnya itu melompati sofa dengan kaki panjangnya. Tanpa perlu susah payah untuk berjalan, dengan sekejap dirinya sudah berada di samping sahabatnya ini.
"Aaakk?!"
Jeno mengangkat alisnya tak mengerti, menatap Jaemin yang sudah membuka lebar mulutnya.
"Tutup mulutmu Jaem, nanti nyamuk dengan senang hati masuk ke sana." Jeno memperingati sembari memasukkan kembali snack kedalam mulutnya.
Menghiraukan peringatan Jeno, pemuda jangkung itu masih terus membuka mulutnya dan menunjuk-nunjuk makanan yang dipeluk Jeno bergantian menunjuk mulutnya.
Otak Jeno cukup lamban merespon, dan detik kemudian mulutnya terbuka menggumamkan 'aahh' seakan baru mengerti isyarat dari temannya ini.
"Mau?" tanyanya yang dibalas anggukan semangat dari Jaemin. Detik selanjutnya makanan itu langsung masuk ke mulut Jaemin
"Dimana Lucas?"
Jeno mengedikkan bahunya, matanya masih saja fokus melihat tayangan idol papan atas yang sedang digandrungi para remaja Korea Selatan, juga berbagai negara dibelahan dunia.
Tak mendapati respon yang berarti, jaemin dengan santainya menidurkan kepalanya di paha empuk Jeno yang sebelumnya sudah ia luruskan.
"Jaemin, aku sedang bersantai. Tak bisakah
kau tidak mengganggu huh?"Mendengar protesan dari sahabat mungilnya membuat Jaemin merengut tak suka. "Jadi aku ini pengganggu maksudmu begitu?"
Jeno seketika meringis dalam hati, astaga ada apa dengan jaemin? Kenapa sangat sensitif seperti ini.
"Bukan seperti itu Jaem"
"Lalu seperti apa?!" sahut Jaemin cepat.
Jeno berdesis lirih. "Sudahlah, tak usah dibahas." ucapnya malas.
"Apa salahku? Aku kan hanya ingin bermanja-manja denganmu saja, masa tidak boleh?!" gumamnya masih tak terima, membuat Jeno memutar bola matanya jengah.
Merasa dirinya kalah, Jeno meletakkan
jajanannya. Tangannya beralih mengelus pelan surai hitam sahabatnya. "Baiklah aku kalah, kau ingin melakukan apa hm?" tanyanya lembut.Kepala Jaemin sedikit mendongak. "Mall?"
"Ada yang ingin kau beli?"
Jaemin mengangguk. "Juga, sudah lama aku tak berjalan berdua bersamamu bukan?"
Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga. Sejak hari pertama ia meminjamkan kakinya di Seoul, ia sama sekali belum refreshing. Biasanya saat di Manhattan entah dua minggu sekali ia pergi untuk berbelanja kebutuhannya atau hanya sekedar mencuci mata dengan beberapa temannya.
Merasa memang dia membutuhkan refreshing maka tanpa pertimbangan yang berat Jeno setuju.
"Baiklah, aku akan ganti pakaian dulu. Ajaklah lucas juga."
Jaemin refleks mendengus mendengar nama sahabat satunya itu disebut. "Tak bisakah hanya kita berdua saja?"
Dia kan hanya ingin berjalan berdua dengan jeno
"Lebih menyenangkan jika bersama-sama bukan? Kita bisa mengajak Johnny Hyung dan Haeun."
Mendengar saran dari Jeno, dengan sedikit tidak rela Jaemin menganggukan kepalanya. Tubuhnya ia dudukkan, namun wajahnya ia sodorkan pada Jeno
Pemuda mungil itu mengangkat alisnya, tak
mengerti dengan tingkah Jaemin"Jauhkan wajahmu, kenapa dekat sekali?!"
Jaemin mendengus, menunjuk pipi sebelah kirinya. "Poppo."
Jeno mendengus geli. "Kau seperti anak kecil saja." komentarnya. Yang tak ditanggapi oleh si empunya.
Cup
"Sudah?"
"Kalau kau ingin memberikan kecupan gratis disini, tidak masalah sih untukku." sahut Jaemin santai dengan menunjuk bibirnya, sembari memainkan alisnya naik turun.
"Aku saja yang memberimu kecupan sayang bagaimana?"
Jaemin menoleh pada sumber suara, melihat siapa yang menimpali perkataannya barusan membuat wajahnya datar.
"Sebelum kau melakukannya, aku yang akan lebih dulu menendang sesuatu yang menggantung di selangkanganmu!"
Lucas, seseorang yang menimpali perkataan Jaemin barusan bergidik ngeri. Tiba-tiba ia merasa ngilu, lantas refleks merapatkan kakinya.
"Kau anarkis sekali!"
"Itu lebih baik. Daripada aku harus bermanis-manis denganmu."
Lucas yang melihat perdebatan keduanya hanya menghela napas lelah. Tak bisakah mereka akur barang sebentar saja?
"Sudahlah, jangan berdebat lagi. Aku akan ganti baju lebih dulu, sekaligus memberi tahu Johnny Hyung."
Cup
Jaemin terkesiap ketika ujung bibirnya dikecup oleh Jeno. Matanya mengerjap lucu menatap Jeno dengan tatapan bingungnya.
Jeno hanya tersenyum kecil. "Bonus untukmu. Jangan lupa untuk memberi tahu Sehun tentang kepergian kita, hm."
BUGH
Lucas meninju lengan Jaemin heboh. "Wuaah, beruntungnya dirimu. Padahal kalian hanya sebatas teman." sindir Lucas.
Jaemin mengalihkan pandangannya dari siluet jeno yang sudah menghilang, lalu beralih pada Lucas dengan kedikan bahunya.
"Dia bukan hanya sebatas teman."
"Lantas? Kalian sudah resmi berpacaran?"
Jaemin menatap datar Lucas sembari berdecak. "Tentu saja kami bersahabat sejak kecil. Jeno itu sahabat sejatiku!"
Kini gantian Lucas yang mendengus. "Mengelak saja terus!"
"Memang benar kok!"
"Ya, percaya sajalah."
"Kalau kau tidak percaya bisa tanyakan pada
orang tuanya jika kami itu sudah bersama sejak kecil.""Aishh, iya iya. Aku percaya."
Jaemin memicing. "Aku masih ragu kau percaya."
"Yah, sebenarnya aku memang ucapnya malas. tidak percaya."
"Nah kan!" tuding Jaemin. "Aku mengucapkan hal yang benar tahu!"
"Aisshh, yak-"
Dan kita tinggalkan saja sepasang sahabat yang tiada hentinya berdebat.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
-ˋˏ 𝐣𝐮𝐬𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝 ˎˊ
Short StoryJaemin dan Jeno berteman layaknya sepasang kekasih. Dimana ada Jeno, disitu ada Jaemin.Bagaimana posesif Jaemin terhadap Jeno. Dan bagaimana Jeno sangat tergantung pada Jaemin. Tapi jika ditanya, Jaemin menjawab mereka hanya berteman. Sebenarnya bag...