chapter 10

3.7K 322 4
                                    


°°°

"Bolehkah aku melihat yang ini?"

Sang pegawai toko jam itu mengangguk, mengambil jam yang ditunjuk oleh Jaemin

"Ini Rolex Submariner for Cartier, jam tangan ini pertama kali dirilis di New York." Jelas sang pegawai wanita itu. Matanya menatap malu-malu pada Jaemin yang terlihat sangat tampan saat tengah serius melihat-lihat jam Rolex di etalase kaca. Sesekali pemuda jangkung itu menyisir rambutnya.

"Berapa harganya?"

"S-sekitar 91.000 USD atau sama dengan 1,2 miliyar rupiah." jawabnya tergagap ketika suara berat Jaemin bertanya.

Pemuda jangkung itu mengangguk paham, lalu matanya beralih pada berbagai macam jam yang lain.

"Apakah ada yang lain?"

Pegawai wanita itu mengangguk kaku. Lalu mengeluarkan jam lainnya namun melihat itu membuat Jaemin menggeleng.

"Bukan yang itu. Maksudku jam couple."

"A-ah itu ada, apakah itu untuk hadiah pernikahan teman anda Tuan?" tanyanya penasaran.

Menggeleng pelan, lalu tersenyum tipis. "Bukan. Ini untuk seseorang yang spesial bagiku."

Mendengar itu membuat pegawai wanita itu menghela napas kecewa. Lalu tanpa semangat, mengeluarkan jam tangan couple untuk pemuda tampan dihadapannya kini.

Jaemin mengulum senyumnya melihat jam yang terpajang di hadapannya.

"Jeno, bagaimana dengan jam yang ini?"

Tidak ada jawaban.

"Jeno?"

Masih tidak ada jawaban

Jaemin menoleh ke sampingnya dan tidak ada siapa-siapa.

Jeno tidak ada disampingnya.

Jeno nya menghilang.

Kemana sahabat kecilnya itu? Apa ia diculik Ahjussi mesum?

Matanya mengedar ke penjuru toko sebelum matanya berhenti pada salah satu sudut.

Dimana Jeno dengan santainya memberikan senyuman

pada pegawai pria yang sialnya cukup tampan. Karena menurutnya, dia sendiri lebih tampan dari pria itu.

Matanya memicing tajam ketika dengan kurang ajarnya pria itu memasangkan jam ke tangan Jeno

"Mencari kesempatan dalam kesempitan, heh?!" sinisnya saat mendapati pegawai itu dengan lancang mengelus tangan Jeno

Maka dengan perasaan kesal Jaemin melangkah ke tempat Jeno berada. Hell, tentu saja ia marah.

Tidak ada yang boleh menyentuh Jeno sembarangan. Terlebih lagi lelaki asing. Bukankah pelecehan seksual dimulai dari sentuhan?

"Apakah jam ini Bagus ditanganku?"

"Tentu saja, tangan anda begitu kecil dan putih. Sangat cocok dengan jam yang anda pakai saat ini, kecantikan anda meningkat berkali-kali lipat."

Samar-samar jaemin mendengar percakapan mereka. Semakin langkahnya bertambah, semakin jelas pula percakapan yang ia dengar. Diam-diam ia mendengus sinis, bisa-bisanya pria itu merayu sahabatnya.

Jaemin bukannya cemburu atau apa. Ia hanya tidak ingin sahabatnya sakit hati oleh pria tak bertanggung jawab. Setidaknya jika ada pria yang menyukai sahabatnya itu, harus bahkan wajib melalui dirinya.

la harus menyeleksi para pria yang berminat pada Jeno

Apakah orang itu baik atau tidak untuk Jeno? Apakah orang itu bisa memperlakukan Jeno, sebagaimana dirinya.

-ˋˏ 𝐣𝐮𝐬𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝 ˎˊTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang