chapter 09

3.3K 301 0
                                    


°°°

"Apa yang ingin kau beli, Jaem?"

Jaemin menoleh pada Jeno, tangan kirinya yang ada di bahu sahabatnya itu ia angkat sedikit. Detik kemudian mengacak surai halus itu dengan pelan sembari tersenyum tipis.

"Aku ingin menambah koleksi jam ku. Kebetulan Rolex sedang meluncurkan produk terbarunya, dan ini limited edition."

Saat ini mereka tengah berada di tempat perbelanjaan. Berjalan berdua saja bak sepasang kekasih yang sedang di mabuk Asmara.

Bagaimana orang-orang tidak salah paham, jika perlakuan Jaemin yang terkesan lembut dan perhatian pada Jeno.Membuat beberapa dari mereka iri, melihat kemesraan yang tersaji secara percuma di khalayak umum.

Mereka tidak tahu saja, jika yang mereka sangka sepasang kekasih. Hanya lah sepasang sahabat sejak kecil, memang afeksi yang mereka lakukan selalu menimbulkan kesalahpahaman.

Jeno mengerutkan hidungnya. "Jam tanganmu dirumah sudah penuh satu lemari. Dan yang kau pakai hanya dua atau tiga saja, lalu kau berniat membeli lagi?" tanya Jeno tidak percaya lagi.

Bukannya apa, tapi barang koleksi Jaemin sudah penuh dirumahnya. Dari jam tangan, topi, sampai sepatu pun sudah banyak berserakan, karena sudah tak ada tempat untuk meletakkannya lagi.

Jaemin mengedik santai. "Aku hanya suka mengoleksi itu semua."

"Tapi itu tidak baik Jaemin, kau hanya membuang uang secara cuma-cuma. Sedangkan nanti jam dengan harga fantastis itu hanya kau pajang dirumah." petuah Jeno

"Jadi aku harus bagaimana? Apa kujual saja koleksi yang sudah tak ku pakai?"

"Terserahmu saja, itukan punyamu."

"Ya sudah, ayo sekarang temani aku dulu untuk membeli jam itu."

Jeno mengangkat alisnya. "Kau masih ingin membeli?"

Jaemin mengangguk. "Bukankah tadi kau bilang terserah padaku. Itukan punyaku." sahutnya dengan polos.

"Tapi kan mubazir Jaemin!" pekiknya kesal sembari menghentikan langkahnya. Membuat Jaemin juga ikut berhenti.

"Jadi aku harus bagaimana, hm?" tak dapat tanggapan dari Jeno, membuat Jaemin menghela napas pasrah. "Baiklah, besok semua koleksi jam tanganku akan ku jual. Walaupun nanti harganya tak sebanding dengan pertama aku beli, setidaknya tidak memenuhi kamarku. Dan uang hasil dari itu akan aku sumbangkan untuk panti asuhan. Bagaimana?"

"Ya terserah saja, itukan punyamu."

"Oh astaga Jeno-untung saja aku sayang."

"Hah?"

••••


Sebenarnya Jaemin dan Jeno tak hanya datang berdua. Sesuai dengan perjanjian sebelumnya, mereka juga mengajak Johnny dan Lucas, serta si kecil nan cantik Haeun.

Kedua putra Adam dan si kecil di antara mereka, lagi-lagi membuat banyak orang yang melihatnya salah kaprah.

Mereka berpikir jika ketiganya adalah satu keluarga yang begitu harmonis. Dengan visual mereka yang menarik perhatian. Ayahnya-Johnny yang begitu tampan nan gagah, lalu beralih pada ibunya - Lucas  yang begitu terlihat manis dan terakhir sang anak pertama-Haeun anak perempuan yang begitu cantik dan lucu.

"Ayah!"

Johnny menoleh kekanan, dimana sang anak tengah menarik tangannya.

"Ada apa, hm? Haeun ingin sesuatu?"

Gadis kecil itu menunjuk salah satu toko boneka. "Boneka, Papa! Haeun ingin boneka!"

"Bukankah boneka Haeun dirumah sudah banyak?"

Haeun mengangguk pelan. "Tapi Haeun ingin, Papa. Tuan Teddy dan Tuan Winny tidak punya teman, belikan satu ya Papa. Hanya satu saja, tidak usah banyak-banyak." ucapnya lirih dan jangan lupakan wajah memelas anak itu, membuat Johnny tak tega.

Akhirnya hanya anggukan pasrah yang bisa Johnny berikan. Namun detik kemudian tersenyum kecil, melihat anaknya memekik senang.

"Ayo Papa! Ayo Oppa!"

"E-eh!"

"Haeun santai saja sayang."

Johnny dan Lucas sempat terhuyung ketika tangan mereka ditarik dengan semangat oleh Haeun.

"Ingin yang mana, sayang?"

Haeun menoleh pada Johnny,lalu jarinya menunjuk boneka besar di rak paling atas. Membuat ia melompat-lompat.

"Yang besar adalah Papa! Lord Rilakuma!"

"Haeun-ya, itu terlalu besar sayang. Kita beli yang kecil saja okay?" bujuk Johnny

Bukannya apa, tapi sudah terlalu banyak boneka dikamar Haeun. Dan menambah satu boneka dengan ukuran yang
sangat besar akan membuat kamar itu semakin sempit.

Haeun yang mendengar itu hanya menunduk sedih. Matanya sudah berkaca-kaca, karena keinginannya tidak terpenuhi.

"Nona! Tolong kemasi Boneka Rilakuma terbesar di sini, saya ingin membelinya."

Johnny dan Haeun menoleh pada Lucas yang baru saja berteriak.

Sang tersangka yang sedang diperhatikan tersenyum kecil. Mencubit hidung Haeun yang memerah dengan gemas.

"Jangan menangis, okay Cantik? Bonekamu sedang di bungkus oleh Eonni tadi, ingin mengambilnya?" Lucas merentangkan tangannya, disambut senang oleh Haeun. Memeluk erat leher Lucas ketika dirinya sudah berada di gendongan pemuda itu.

"Lucas ssi, aku akan mengganti uangmu nanti."

Pemuda pucat itu menggeleng.

"Tidak perlu Hyung. Anggap saja ini hadiah dariku"

"Tapi "

"Tuan, ini nota pembeliannya. Pembayarannya bisa melalui kasir, disebelah sana."

Ucapan Johnny terpotong oleh pegawai toko tersebut. Matanya tak lepas dari Lucas yang menerima nota sembari mengucapkan terima kasih.

"Ayo kita ambil boneka untuk si cantik ini, hm."

"Ya! Lucas  Oppa, terima kasih!"

Cup

Cup

Cup

Lucas terkekeh geli ketika seluruh wajahnya di beri kecupan oleh Haeun sebagai ucapan terima kasihnya.

Cup

Kini gantian lucas yang mencium puteri tunggal Johnny. "Sama-sama cantik. Ayo kita ambil bonekamu!"

"Papa Ayo!"

Lucas yang sempat melangkahkan kakinya refleks berhenti. Menoleh kebelakang, dimana Johnny hanya diam terpaku.

"Ayo Papa Johnny, kami menunggumu."

Johnny mengerjapkan matanya mendengar suara berat itu memanggilnya 'Papa'. Tiba-tiba jantungnya berdegup dengan sangat cepat. Apalagi di depannya Lucas memanggilnya dengan tawa kecil yang menghiasi wajah tampannya.

Aishh, dia seperti remaja puber jika seperti ini.

Berdehem kecil, lalu menyamakan langkahnya dengan Lucas

"Baiklah. Ayo."



TBC.

-ˋˏ 𝐣𝐮𝐬𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝 ˎˊTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang