Sudah sejak lama.Namun Jeno tak tahu pasti, sejak kapan rasa sayangnya sebagai sahabat kepada Jaemin berubah menjadi rasa Cinta lebih dari kata 'sahabat' yang sering mereka akui.
Jeno baru menyadari itu ketika ia sudah berada dua tahun di Manhattan. Dimana ia sempat berpacaran dengan beberapa dominan di negara tersebut. Namun beberapa kali mencoba, Jeno merasakan suatu perbedaan yang begitu ia rasakan.
Jantungnya tidak berdebar cepat saat mereka memegang tangannya. Perutnya tidak terasa menggelitik ketika mereka saling melempar candaan mesra. Bahkan pipinya tak pernah bersemu merah saat mereka melakukan sesuatu yang romantis dan menatapnya penuh Cinta seperti Drama yang ia tonton di televisi.
la tak dapat itu dari beberapa mantan kekasihnya. Sebaliknya, ia malah mendapatkan itu dari sahabat sedari kecilnya.
Bahkan jantungnya berdebar, pipinya bersemu lucu dan perutnya tergelitik seperti ada kupu-kupu di dalamnya; saat Jaemin melakukan sesuatu yang bahkan jauh dari kata romantis. Dan sudah menjadi hal wajar yang sering mereka lakukan.
Seperti, bagaimana kepala Jaemin berada di pangkuannya.
Atau, bagaimana lembut dan perhatian Jaemin padanya.
Semuanya terasa begitu menyenangkan, terasa nyaman dan ia merasa terlindungi karena Jaemin
Membuatnya tanpa sadar bergantung pada pemuda jangkung itu. Namun ia mengetahui sesuatu ketika akan kembali ke Seoul-
Jaemin nyatanya masih normal. Ia menyukai wanita.Darimana Jeno tahu? Teman-temannya yang pasti. Beberapa dari mereka yang memang tahu hubungan keduanya bisa dibilang tidak wajar sebagai sepasang sahabat mengadu. Mereka secara tidak langsung memberi tahu Jeno, jika Jaemin tengah dekat dengan seseorang yang ini atau yang itu.
Sejak saat itu Jeno berusaha sebaik mungkin untuk bersikap seperti biasa. Berusaha untuk tidak lagi terbawa akan suasana yang mereka ciptakan sendiri.
Namun usahanya terkesan sia-sia.
Rasa itu kembali muncul akhir-akhir ini.
Dan itu membuatnya tersiksa.
"Salju pertama sudah mulai turun malam ini."
Jeno mendongak mendapati Choi Yeonjun berdiri di depannya dengan payung yang menaungi mereka berdua.
"Apa yang kau lakukan disini?"
Yeonjun mengangkat alisnya, menunjuk dagunya pada payung yang ia pegang. Isyarat untuk Jeno agar memegangi payung itu sementara.
"Harusnya aku bertanya, sedang apa kau berada disini dengan kaus tipis itu."Yeonjun melirik pakaian yang dikenakan Jeno. Setelah itu melepas mantelnya dan disampirkan ke pundak Jeno. "Kau akan membeku sebentar lagi, jika saja aku tak melihatmu."
"Terima kasih." cicit Jeno. Bahkan dinginnya malam sudah tak terasa di kulitnya, karena fikirannya begitu kacau.
Yeonjun tersenyum kecil. "Akan kubuatkan kau coklat panas. Ayo."
••••••
"Sudah merasa lebih hangat?"
Jeno mengangguk dan bergumam lirih, dengan kedua tangannya yang memegang mug berisi cokelat panas. Matanya melirik pada tubuhnya yang kini terbalut hoodie tebal Yeonjun yang kebesaran, juga menatap perapian yang berada di depannya.
"Syukurlah." ucap Yeonjun yang kini juga berada di samping Jeno, namun tetap menjaga jaraknya cukup jauh. Mata pemuda itu memandang wajah cantik Jeno yang terpapar cahaya dari api di depan mereka. Senyum kecil muncul dibibirnya kala mata cantik itu terpejam diiringi dengan senandung yang keluar dari bibir tipis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐣𝐮𝐬𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝
Short StoryJaemin dan Jeno berteman layaknya sepasang kekasih. Dimana ada Jeno, disitu ada Jaemin.Bagaimana posesif Jaemin terhadap Jeno. Dan bagaimana Jeno sangat tergantung pada Jaemin. Tapi jika ditanya, Jaemin menjawab mereka hanya berteman. Sebenarnya bag...