Jaemin menatap Yeonjun yang masih bergeming setelah sepuluh menit mereka bertatap muka. Setelah bel istirahat usai, Yeonjun mendatanginya dan memintanya untuk berbicara empat mata.
"Sebenarnya kau ingin mengatakan apa? Aku tidak akan memutuskan Jeno, jika itu yang kau inginkan."
Yeonjun tertawa kecil, membuat Jaemin mengangkat alisnya. Lelaki itu mengibaskan tangannya."Tidak, tentu saja tidak. Aku hanya ingin memberi tahumu untuk berhati-hati dan tetap melindungi Jeno dibawah pengawasanmu."
"Apa maksudnya?"
Yeonjun kemudian mulai menceritakan saat pertama ia bertemu Yeji dan menerima tawaran gadis itu dan juga segala rencana busuk yang sudah dipersiapkan oleh Yeji
"Siatan." desis Jaemin. "Aku sudah menduganya." dengusnya kemudian. "Kemarin aku sudah bertemu dengan mantan kekasih Jeno. Dan dia menawarkan kerja sama untuk menggagalkan rencana Yeji," jelas Yeonjun
Alis Jaemin sempat berkerut tajam mendengar kata 'mantan kekasih, astaga haruskah ia bekerja sama dengan kedua orang ini? Yang mana mereka semua adalah orang yang pernah dekat dengan Jeno. Batin dan logikanya berperang. Dan akhirnya ia harus pasrah untuk kepentingan kekasihnya.
"Baiklah, berikan aku nomor ponselnya,"
•••••
"Kau kenapa?"
"Apanya?" Jeno balik bertanya tanpa menghentikan tangannya yang sedang memasukkan beberapa buku yang tergeletak di atas mejanya.
Bel pulang sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, hanya ada beberapa siswa saja yang masih ada di dalam kelas termasuk Renjun dan Jeno
"Sejak bel masuk setelah istirahat tadi kau nampak melamun, ada masalah dengan Jaemin lagi?" bukan tanpa alasan Renjun bertanya seperti itu. Memang sejak masuk tadi, gelagat Jeno beda dari biasanya. Ia lebih banyak melamun dan tak bersemangat mengikuti mata pelajaran.
"Tidak." yang benar saja mereka bahkan baru berbaikan. "Aku hanya-yah ada sesuatu yang membuatku kepikiran." ucapnya ragu.
"Kau tidak ingin bercerita padaku?"
Jeno mengedikkan bahunya. "Aku hanya merasa tidak enak terhadap Yeonjun. Aku bertemu dengannya tadi dikantin, tapi ia hanya memberikan senyum sekilas padaku lalu berlalu begitu saja."
Renjun memutar bola matanya malas. "Memangnya kau mau dia bagaimana? Wajar saja dia begitu canggung, setelah apa yang terjadi kemarin. Dekat dengannya tapi jadian dengan orang lain." perkataan Renjun membuat Jeno meringis.
Kalau dipikir iya juga.
"Sudahlah, tidak perlu terlalu dipikirkan. Aku yakin, Yeonjun itu lelaki yang baik. Mungkin saat ini ia perlu waktu sendiri dulu, untuk mengobati hatinya yang telah kau kecewakan." Renjun mendramatisir.
"Sejak kapan kau melankolis seperti ini?" tanya Jeno yang jelas-jelas menyindir sahabatnya itu, Biasanya Renjun tidak pernah yang melankolis seperti ini, hidupnya bahkan selalu penuh keseriusan.
"Tsk, aku hanya bercanda."
Jeno menganggapi dengan tertawa kecil.
"Pangeran berkuda putihmu telah datang."
Lelaki cantik itu mendongak ke arah pintu kelasnya, dimana ada Jaemin yang tengah bersandar di daun pintu dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celana dan juga tak lupa menyunggingkan senyum
tampannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐣𝐮𝐬𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝
Short StoryJaemin dan Jeno berteman layaknya sepasang kekasih. Dimana ada Jeno, disitu ada Jaemin.Bagaimana posesif Jaemin terhadap Jeno. Dan bagaimana Jeno sangat tergantung pada Jaemin. Tapi jika ditanya, Jaemin menjawab mereka hanya berteman. Sebenarnya bag...