chapter 18

2.2K 186 8
                                    


Lucas terkesiap kala sebuah handuk tiba-tiba saja berada di kepalanya. Kepalanya mendongak menatap Johnny yang tersenyum  sembari menyerahkan mug berisi cokelat panas, yang langsung diterima olehnya.

Johnny mendudukan dirinya di seberang Lucas sembari menatap pemuda pucat itu dengan bersalah. "Maafkan aku. Harusnya kau tidak perlu mengantar kami dan membuatmu jadi basah seperti ini."

Lucas menggeleng dan tersenyum tipis. "Tidak masalah. Lagipula aku khawatir padamu yang tiba-tiba saja demam, Ah―apa kau sudah membaik?"

Lagi-lagi Lucas membahas wajahnya yang memerah itu. Johnny mengusap tengkuknya sembari meringis. "Y-ya, sudah lebih baik. Terima kasih." cicitnya.

"Bukan masalah." balasnya setelah itu matanya mengedar ke seluruh sudut ruangan. "Dimana Haeun?"

Ah, mengingat anaknya itu membuat seulas senyum manis terbit di wajahnya. "Dia lagi asyik bermain dikamarnya bersama boneka pemberian Mama-nya."

"Dan terima kasih. Kau sudah mau direpotkan oleh Haeun tadi." lanjut Johnny yang membuat Lucas terkekeh.

"Sebenarnya untuk anak seusia Haeun hanya perlu di bicarakan pelan-pelan dan ringan, agar anak itu lebih cepat mengerti."

Johnny mengangguk. "Apakah Lucas benar-benar cocok jadi Ayah Haeun?" gumamnya.

"Huh? Kau bicara apa tadi?"

"Ah!" Johnny terkejut, matanya mengerjap gugup. "T-tidak, aku hanya berbicara p-pada diriku sendiri."

Lucas mengangguk pelan. Entah telinganya yang bermasalah atau bagaimana, namun ia mendengar jelas namanya di sebut oleh Johnny tadi.

Tapi mengingat pertemuan anak dan ibu itu membuat Lucas kembali murung.

Apa Johnny berniat rujuk dengan mantan
Istrinya lagi atau bagaimana.

Yang pasti Lucas tahu kalau Johnny itu Straight, bukan Gay sepertinya.

Sedangkan disisi lain, Johnny menepuk bibirnya yang berbicara omong kosong. Apalagi di depan orangnya.

'Sial, apa Lucas mendengar apa yang kukatakan tadi?"


•••••


Setelah drama yang mereka lakukan di depan rumah Jeno bersama guyuran hujan, kini keduanya sedang bergelung di ranjang besar Jeno

Dengan Jaemin yang tak mau beranjak dari tubuh Jeno, membuat sang empunya yang sedang bersender di headbed hanya bisa pasrah sembari bermain game online di ponselnya.

"Kau tidak ingin mengeringkan rambutmu?"

Kepala Jaemin yang berada di dada Jeno menggeleng. Membuat pemuda mungil itu menghela napasnya lelah. Tingkah manja pemuda jangkung itu kembali lagi.

"Nanti kau akan sakit Jaem! Ayo berdiri dan keringkan rambutmu." titah Jeno. Walaupun sebenarnya sudah tidak terlalu basah, karena yang memang habis terkena guyuran hujan adalah tubuh belakang Jaemin. Karena tubuh Jeno yang tidak setinggi Jaemin, membuatnya kesusahan. Tapi tetap saja Jeno hanya harap-harap cemas.

Sebenarnya mereka itu juga mempunyai ketakutan dan kecemasan berlebihan satu sama lain.

"Ish! Aku tidak mau! Jangan menggangguku, aku kan ingin memelukmu terus!" rengek Jaemin yang semakin menenggelamkan wajahnya di dada Jeno, membuat sang empu memutar malas bola matanya.

 𝐣𝐮𝐬𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang