chapter 21

1.9K 176 14
                                    


Johnny tidak sadar jika seseorang telah masuk ke ruangannya tanpa izin. la tengah sibuk menelepon menghadap kaca besar yang menampilkan kendaraan yang berlalu lalang begitu kecil dari lantai paling atas perusahaannya.

Orang itu menatap sekeliling ruangan, sebelum tersenyum kecil pada sosok yang sudah berbalik badan dan menatapnya terkejut.

"Kim Mingyu! Sejak kapan kau sudah ada diruanganku?" Johnny berjalan menuju Mingyu dan memeluk tubuh besar
itu.

"Baru saja hyung. Oh ya kau sedang sibuk?"

Pria berkulit Tan itu menggeleng, lalu duduk di kursi kerjanya. Diikuti Mingyu yang duduk didepannya. "Tidak juga, ada perlu apa kemari? Sebelumnya kau tidak sudi datang ke kantorku." cibirnya membuat Mingyu cengengesan.

"Minta uang."

Plak

"Yakh Hyung!" Mingyu memekik sakit saat telapak tangannya di pukul oleh Johnny dengan penggaris.

"Kau pikir aku ini bank berjalan heh? Mintalah dengan orang tuamu sana!" Omel Johnny

"Mereka orang tuamu juga, hyung." dengus Mingyu. "Aku sudah memintanya tapi tetap saja tidak dikasih." adunya.

"Itu karena uang yang mereka beri, kau gunakan untuk mentraktir teman-temanmu ke bar. Kau pikir aku tidak tahu?! Harus ku adukan dengan Eomma dan Appa!"

"Yak! Johnny Hyung, jangan! Kumohon jangan!"

Johnny mengacuhkan Mingyu yang menggelayuti pinggangnya masih dengan posisi duduk, sedangkan dia sudah di posisi berjalan. Membuat kursi dengan roda itu mengikuti kemana ia berjalan.

"Papa!"

"Oh Haeun-ya!"

"Kata Ayah jangan dekat-dekat dengan pria lain!"

"Hah?"

••••••

"Bagaimana dengan yang ini?"

Jeno mencium pergelangan tangan Yoora yang sudah di semprot parfum.

"Ini juga wanginya tidak terlalu menusuk, sepertinya cocok untuk orang yang sibuk bekerja. Walaupun di bawah terik matahari, wanginya tidak membuat pening."

"Benar kan?! Kau berpikiran sama denganku ternyata!" pekik Yoora senang mendengar pendapat Jeno. Tak salah ia mengajak adik cantinya untuk ikut berbelanja. Selera anak itu dengannya selalu sama.

"Baiklah, aku ingin yang ini saja. Tolong bungkus ya."

Pegawai toko itu mengangguk lalu segera membungkus parfum setelah menyebutkan nominal yang dibayar oleh Yoora.

"Terima kasih telah berbelanja disini."

Yoora mengangguk lalu menyerahkan plastik itu kepada Yeji yang memasang wajah muram di belakang mereka.

"Nuna, biar aku saja yang membawa itu." Jeno meringis melihat bagaimana banyaknya kantong plastik yang Yeji bawa di kedua tangannya. Sebagai seorang laki-laki di antara kedua perempuan itu, membuat Jeno menawari dirinya.

"Oh Terima kasih Oppa, kau bisa membawa sebagian ini. Tanganku terasa pegal." keluh Yeji.

"No, no, no. Kalau Jeno  yang membawanya dan dia kerepotan bagaimana? Aku masih harus meminta pendapatnya, lagipula aku tidak tega membiarkan tangan cantiknya iti terluka." sahut Yoora dengan menatap sedih tangan halus Jeno dan beralih pada lengan Yeji yang terlihat lebih kokoh. "Hanya sebentar saja, setelah itu kita pulang."

"Tapi eonni-"

"Jangan lupa tentang perjanjian kita." desis Yoora yang membuat Yeji bungkam seketika.

"Nah, kalau begitu ayo kita cari eyeliner mu itu Jeno !"

-ˋˏ 𝐣𝐮𝐬𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝 ˎˊTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang