Setelah bercerita panjang kali lebar bersama Sehun tadi pagi. Jaemin tak keluar untuk sekedar mengisi perutnya saat jam istirahat, ia malah memilih menenggelamkan wajahnya di dalam kelas. Entah efek makanan yang belum masuk ke dalam perutnya hingga saat ini, kepalanya terasa sangat pening. Perutnya juga terasa pedih dan mual, mungkin asam lambungnya naik.Dan saat ini ia tengah berjalan menuju ruang kelas Cinta pertamanya. Lee Jeno
Jam pelajaran telah usai beberapa menit yang lalu, dengan kondisi tubuh yang tidak terlalu fit Jaemin memaksakan dirinya untuk berjalan cepat menuju kelas Jeno. Tubuhnya beberapa kali sempat oleng, namun berusaha sekuat mungkin untuk ia tahan.
la sepertinya harus memulai dari awal lagi untuk bisa mendapatkan Jeno, terlebih sekarang sudah ada Yeonjun yang membuat segalanya semakin sulit baginya. Belum lagi masalah yang di timbulkan Yeji. Perempuan utu benar-benar membuat masalah.
Kira-kira apa yang harus ia lakukan agar bisa melenyapkan gadis sinting itu?
"Renjun-ah!" pemuda yang sama pendeknya seperti Jeno itu menoleh saat dirinya baru saja keluar dari kelasnya. "Oh, Jaemin? Mencari Jeno?"
Jaemin mengangguk, tersenyum tertahan saat merasa bahwa ia akan memuntahkan isi perutnya. "Apa Jeno ada di dalam? Aku ingin mengajaknya pulang bersama."
"Jeno sudah pulang bersama Yeonjun." Jaemin menghela napas kecewa mendengar jawaban dari Renjun. "Begitu ya, Baiklah kalau begitu aku pergi."
"Na Jaemin,, tapi mungkin saat ini mereka masih berada di parkiran sekolah."
"Begitukah? Terima kasih atas bantuannya." la baru akan melangkah pergi sebelum Renjun kembali memanggilnya, membuatnya terpaksa menghentikan langkahnya. Sungguh,jika seperti ini ia bisa saja pingsan ditempat.
"Kau baik? Wajahmu terlihat sangat pucat." papar Renjun yang dibalas gelengan oleh Jaemin. "Mungkin cuaca hari ini terasa sangat dingin." balasnya singkat lalu melanjutkan jalannya.
"Orang bodoh mana yang hanya memakai jaket kulit dimusim dingin seperti ini." gumam Renjun melihat punggung Jaemin yang mulai menjauh.
••••
Seperti apa yang Renjun perkirakan. Jeno nyatanya masih berada di area parkir bersama dengan Yeonjun yang menatapnya khawatir.
"Hari sudah semakin petang dan suhu bisa semakin rendah nantinya. Kau serius ingin menunggu jemputan? Aku bisa mengantarmu, kau tinggal telepon saja supir pribadimu jika pulang bersamaku."
"Tidak apa Yeonjun. Kebetulan, aku harus mampir kerumah saudaraku langsung dari sini."Jeno menolak dengan halus. Dia sepenuhnya tidak bohong, ada yang harus ia lakukan.
Yeonjun menghembuskan napas pasrah. "Baiklah kalau begitu, aku pulang lebih dulu. Tapi jika lima belas menit kemudian supirmu belum juga datang, kau bisa menghubungiku. Dan aku akan kembali lagi kesini."
Jeno terkekeh kecil, laki-laki dihadapannya ini lebih cerewet dari ibunya. Perangainya hampir sama seperti Jaemin. Jika Yeonjun begitu cerewet namun berakhir pasrah, beda lagi dengan Jaemin. Pemuda jangkung itu lebih keras kepala dari Jeno dan begitu pemaksa, membuat akhirnya Jeno tak punya pilihan lain untuk mengikuti apa kemauannya.
Dalam hati ia mendesah, lagi-lagi teringat akan Jaemin
"Aku pergi dulu Jeno-ah." pamit Yeonjun dengan lambaian tangannya yang dibalas Jeno serupa.
Bahunya melemas setelah mobil Yeonjun meninggalkan parkiran sekolah. Sebenarnya Jeno menolak ajakan Yeonjun, bukan karena ingin ketempat saudaranya. Tapi karena Jaemin
Ya, saat istirahat ia bertemu dengan Lucas. Sahabat perdebatan Jaemin itu sempat berbincang dengannya sebentar dan ujungnya ia bercerita bagaimana kondisi Jaemin yang tiba-tiba saja sakit. Dan Jeno tidak bisa untuk tidak khawatir terlebih Lucas berkata jika Jaemin mengendarai motor besarnya untuk pergi ke sekolah dengan hanya menggunakan jaket kulit saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐣𝐮𝐬𝐭 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝
Storie breviJaemin dan Jeno berteman layaknya sepasang kekasih. Dimana ada Jeno, disitu ada Jaemin.Bagaimana posesif Jaemin terhadap Jeno. Dan bagaimana Jeno sangat tergantung pada Jaemin. Tapi jika ditanya, Jaemin menjawab mereka hanya berteman. Sebenarnya bag...