🌙 XXIV 🌙

64 14 11
                                    

Hembusan angin menerpa apapun yang mereka lewati, menyejukkan setiap yang merasakannya. Hingga sepasang mata terpejam menikmati kesejukan angin yang ia rasakan. Sungguh, angin sepoi - sepoi di sore hari memang menjadi hal favoritnya setelah pulang dari aktivitas yang cukup melelahkan.

Gadis itu berjalan pelan sembari tersenyum menatap keindahan danau di hadapannya. Sepasang angsa dewasa dengan tiga bayi angsa mengelilingi mereka membuat kedua pipi gadis itu tertarik, membentuk sebuah senyuman manis yang terukir. Sungguh harmonis keluarga angsa tersebut, pikirnya.

"Kak Ferlyn," hingga sebuah suara menghentikan lamunan gadis bersurai hitam panjang itu. Ia segera menoleh ke sumber suara, seorang gadis dengan rambut di semir pirang tersenyum ke arahnya. Ia menggendong tas dengan isi alat alat sehari hari yang ia bawa untuk pembelajaran di kelasnya.

Percayakah kalian? Kini dua gadis itu telah menjadi seorang mahasiswa.

Dengan langkah riang Ferlyn mendekati gadis itu, merekapun saling berangkulan keluar area fakultas gadis berambut pirang. Kebiasaan Ferlyn setelah keluar kelas adalah menunggu adik sepupunya keluar dari kelasnya. Ia juga betah karena didepan pekarangan fakultas Teknologi Game terdapat danau dengan angsa sebagai peliharannya.

Sepasang mata dengan senyuman simpul menghela napas sembari menatap lekat gadis yang semakin menjauh. "Itu bener - bener dia."

Begadhang, satu kata yang sudah sangat familiar di kalangan mahasiswa. Duduk berjam - jam menghadap sebuah benda dengan dua kotakan yang bisa dilipat, satu layar di bawahnya ada keyboard dengan posisi tidur sehingga memudahkan kita untuk mengetik sesuatu.

"Hoooaamm, kak masih lama gak?" Tanya Ningning sembari menatap Ferlyn yang sedari tadi sudah menguap. Tangannya masih setia mengetikkan kalimat demi kalimat untuk makalah yang ia buat.

Ferlyn menguap. "Bentar lagi, nanggung nih kurang satu slide ppt lagi." Sebenarnya gadis itu sudah sangat ngantuk, namun makalah lebih berharga dari pada tidur.

🐹

"Kak....Kak Ferlyn, bangun," Ningning menggoyang pelan bahu Ferlyn. Jika dulu yang sering membangunkan Ningning adalah Ferlyn sekarang berkebalikan. Bagaimana tidak? Tugas di jurusan Ferlyn lebih banyak dan lebih memusingkan dari pada Ningning. Gadis bermarga Huang itu lebih memilih mengikuti jejak ayah ibunya yaitu menjadi seorang pengusaha. Jadi gadis itu mengambil jurusan managemen.

Perlahan Ferlyn menggeliat, mendudukkan dirinya di atas kasur mengucek mata dengan pelan sementara Ningning sudah ke dapur duluan.

Ia mengernyit memandang jam digital di atas nakasnya, matanya seketika melotot mengingat bahwa satu jam lagi ia harus presentasi di kelasnya. Dengan kecepatan super Ferlyn segera berlari ke kamar mandinya.

"Sialan!! Kenapa gue bisa telat!" Dumelnya sembari menyisir rambutnya yang sudah ia keringkan dengan hair dryer setelah keramas tadi. Setelah itu ia menentukan outfit dan mempoles sedikit wajahnya.

Berlari kecil menuruni anak tangga wajah cantiknya tersenyum melihat seorang gadis sebayanya yang tengah sibuk menyiapkan sarapan. Ia menarik salah satu kursi dan segera mendudukkan diri.

Sarapan pagi ini sandwich isi dan susu strawberry. Ferlyn tersenyum hangat kala sang adik sepupu menghidangkan sarapan dihadapannya. "Lo masuk kapan Ning?" Tanya Ferlyn sembari menggigit kecil sandwichnya.

Gadis itu melirik jam dinding yang ada di dapur besar itu. "Siang, kak Ferlyn masuk pagi?"

Perempuan yang sudah sangat rapi itu mengangguk dan segera menghabiskan sarapannya dengan cepat. Tiba - tiba ponselnya bergetar, membuat ia mengangkatnya dengan tangan kanan.

Verus Amor || Park Jisung || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang