🌙 DUODETRIGINTA 🌙

49 13 13
                                    

Napas seorang pria terdengar memburu kala dengan semangat ia mengejar sebuah bus, dan berhasil ia injakkan kakinya menaiki bus tersebut. Dengan napas lega.

Ia berjalan santai sembari memilih kursi kosong yang ada dibelakang. Pandangannya menatap luar jendela dengan senyuman tertarik di wajah tampannya yang manis.

Hari ini, Jisung sengaja tidak membawa mobilnya karena ia ingin menikmati jalanan yang beberapa tahun ia tinggalkan. Menaiki bus umum di kotanya membuat ia mengenang banyak masa kecilnya yang lemah.

Berjalan sendirian ia menapaki jalanan yang tampak bersih dan rapi. Sesekali senyumnya tertarik menyapa anak - anak kecil yang berlarian di sekelilingnya.

Langkahnya terhenti melihat pedagang es krim yang sudah lama tidak ia temui.

"Paman," sapa Jisung dengan tatapan hangat. Sebelum pada akhirnya pria paruh baya itu melebarkan matanya menatap tidak percaya.

"Biar kutebak!"

"Nak Jisung?"

Dengan senyum manisnya Jisung mengangguk, ia akui memang dirinya tumbuh menjulang. Namun muka imutnya tidak bisa berbohong bahwa ini adalah si kecil Jisung yang dulunya terlihat pendek, kecil dan juga rapuh.

"Astaga nak, kau bahkan lebih tinggi dari pada paman."

Jisung terkekeh mendengar lontaran kata yang diucapkan pria paruh baya yang sampai sekarang masih setia menjualkan dagangan es krimnya pada anak - anak dan pengunjung taman kota yang tampak sangat asri dan indah.

Namun, pria paruh baya tersebut kembali mengerutkan kening. Berpikir sesuatu yang mengganjal hatinya. "Dimana gadis pemberani yang menolongmu dari bullyan anak - anak berandal di ujung jalan sana saat itu?"

Jisung terkekeh. "Dia marah paman, soalnya enam tahun ini Jisung ke Amerika karena papa sakit parah. Terus Jisung kehilangan ponsel, dan dia ngira Jisung lupa sama dia. Terus dia marah deh waktu Jisung temuin dia di depan kampus teknologi game."

Paman penjual es krim itu tertawa seraya merangkul Jisung.

"Kau tahu nak? Seringnya wanita itu memang sangat rumit dan ingin selalu dimengerti. Tapi wanita seperti itu justru tidak gampangan ke orang lain. Dia cuma ingin sama kamu."

Hati Jisung menghangat. Ia mengangguk membuat sang paman es krim menepuk bahunya.

Malam hari telah tiba, seorang gadis dengan surai panjang bersiap - siap menuju suatu tempat membuat sang kakak mengerutkan kening dengan heran.

"Mau kemana Ferlyn?" Tanya Kak Tzuyu menatap adik bungsunya dengan heran.

Ferlyn berjalan ke arah kakak sembari tersenyum. "Ada tugas dari dosen kak, Ferlyn mau kerja kelompok dulu sama temen - temen." Ujar gadis manis itu sembari menyalami kakak.

"Tumben berangkatnya gak sama Ningning?" Heran kak Tzuyu lagi entah mengapa wanita dewasa itu tampak khawatir jika Ferlyn pergi sendirian malam - malam.

"Mau kakak anterin aja?" Tawar Tzuyu namun Ferlyn menggeleng jadilah sang kakak harus yakin jika adiknya baik - baik saja.

Sudah satu jam, Ferlyn menunggu kedatangan Yeji yang katanya ingin menyusulnya namun tak kunjung datang.

Ia berdecak kesal sembari menggigit kukunya karena Yeji lamanya minta ampun.

"Loh Ferlyn sendirian aja?" Suara seseorang membuat Ferlyn mengalihkan pandangan dari layar laptopnya.

Sepertinya ia akan mendapat kesialan malam ini karena bertemu dengan seorang pria yang sedari dulu menjengkelkan di matanya.

"Lo bikin mood gue semakin nurun Lix! Bisa gak sih ngejauhin gue?"

Namun bukan Felix namanya jika tidak kurang ajar. Ia bahkan duduk di sebelah Ferlyn sembari memegang tangan gadis itu.

Ferlyn jadi semakin emosi, ia menampar pipi pria itu kemudian pergi meninggalkan cafe.

Seringaian muncul dari wajah Felix ia mengikuti gadis bermarga Huang itu dari belakang sembari menelpon seseorang.

Ferlyn mendengus kesal, harusnya tadi ia membawa mobilnya. Bukan malah naik bus umum seperti ini. Ia jadi harus berjalan ke halte padahal suasana sudah semakin larut malam.

Mengumpati Yeji berkali - kali gadis itu sangat kesal karena notif dari Yeji belum muncul juga.

Netranya melebar melihat beberapa pria mencegah langkahnya.

"Maksud Lo apaan? Lepasin gue!" Ferlyn meronta kala geng Felix menahan kedua lengannya dan menyeretnya di suatu tempat. Namun bukan Ferlyn namanya kalau tidak brutal. Ia melayangkan tendangannya pada dua pria yang berusaha menahan kedua lengannya. Dan segera berlari sekuat tenaga.

Namun ternyata pelariannya sia - sia, seseorang membekapnya dari belakang. Dan sekarang, Ferlyn benar - benar dalam bahaya.

Pusing, itu yang dirasakan Ferlyn saat ini sebelum dirinya membuka mata dan melihat ruangan dengan nuansa hitam mendominasinya.

"Gue dimana?" Ungkapnya sembari melihat dirinya terbaring di atas kasur.

Mata gadis itu melotot melihat seorang pria masuk ke dalam ruangannya dengan bertelanjang dada. Ferlyn memundurkan tubuhnya.

"LO GILA!" Teriak Ferlyn sampai menggema di kamar luas dan sepi itu.

Felix tertawa remeh. "Lo yang gila! Cewek sok jual mahal dari kecil, tapi kali ini. Kemahalan Lo bakalan putus gitu aja!" Wajah seram Felix membuat nyali Ferlyn agak menciut. Entah mengapa gadis itu sangat sial malam ini.

Segera Ferlyn mendorong kuat pria kurang ajar dihadapannya itu. Namun dengan cepat pula Felix menarik tangan gadis itu sampai Ferlyn terbaring di atas ranjang.

🐹

Tzuyu sedari tadi menatap khawatir jam dinding yang menghiasi ruang tamu keluarga Huang. Jam menunjukkan pukul 11 malam namun Ferlyn belum pulang juga.

Berkali - kali Tzuyu menghubungi nomor gadis itu namun sialnya, tidak terjawab.

Wanita dewasa itu menghela napas panjang sampai sebuah nomor yang ia scroll di ponselnya menghentikan pergerakan jemarinya.

Verus Amor

Verus Amor || Park Jisung || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang