🌙 SEXDECIM 🌙

70 12 11
                                    

Bau obat - obatan menyeruak memenuhi indra penciuman. Belum lagi dengan suster dan dokter yang berlalu lalang di lorong demi lorong rumah sakit besar ini. Dan disini, di ruang VVVIP seorang pria menampakkan wajah kesalnya, tangan kanannya keseleo akibat ke bar baran seorang gadis yang emosi.

"Mau kemana Lo?" Gertak Chenle ketika Ningning beranjak sembari menenteng tasnya. "Pulanglah! Ini udah sore anjir!" Sama emosinya, Ningning juga mengeluarkan perkataan yang tidak ada manis - manisnya.

Pria bermarga Zhong itu mendengus kesal, kurang ajar sekali Ningning sudah melukai tidak mau tanggung jawab. Sekarang Chenle belum bisa bermain game karena pergelangan tangan kanannya lemah. "ANJIR LO NING! SEENAKNYA PERGI! LO HARUS TANGGUNG JAWAB SAMPE GUE SEMBUH!" Ruangan mewah yang sedang mereka tempati sekarang menggelegar akibat kemarahan Chenle.

Gadis yang berasal dari tanah air yang sama dengannya itu mendengus kesal, akhirnya ia meletakkan kembali tasnya dan duduk di hadapan Chenle. "Apaaaa! Lo mau apa lagi? Tadi makan udah, semua udah kan? Tangan kesleo satu manjanya sampe ke tulang!"

Chenle melotot sampai matanya hampir lepas, dalam hatinya sumpah serapah ia lantunkan untuk gadis di hadapannya ini. Ning Yizhou, gadis kecil di hadapannya ini sangat kurang ajar baginya.

"Kalau Lo bukan cewek! Udah habis Lo!" Kesabaran Chenle sudah di ujung tanduk ia tidak sengaja menyenggol lagi pergelangan tangan nya yang kesleo. "Aaa a a aduh, sakittt." Ringisnya, demi apapun tulangnya seperti bergeser. Rasanya tubuh Chenle ngilu dari atas sampai bawah. Air matanyapun keluar sedikit dari ujung kelopak mata. Mengundang rasa iba pada gadis di hadapannya.

"L...Lo gak papa?"

Hening, itu yang dirasakan keduanya. Chenle menggeleng lemas, ia memilih untuk memposisikan dirinya rebahan sempurna di ranjang dan mulai memejamkan matanya. Sepertinya keributan hanya akan membuat tangannya semakin sakit.

Gue keterlaluan banget ya? Chenle pasti kesakitan

Hati kecil Ningning menggema, ia melihat pergelangan tangan Chenle yang masih terlihat sakit dan kaku untuk di pegang. Semua karena ulah emosinya.

"M...maafin gue Chen." Hanya itu yang bisa terucap dari lisan Ningning, entah mengapa hatinya semakin bersalah.

Klek, tiba - tiba pintu rumah sakit terbuka menampakkan Ferlyn dan Renjun yang menyusul dengan buah - buahan sebagai bawaannya. Senyuman Ferlyn mengembang kala melihat Chenle dan Ningning tidak sedang beradu mulut.

"Wah wah wah, ini namanya pdkt level pertama." Gumam Renjun yang masih bisa didengar oleh adik sepupunya. Mata Ningning melotot sempurna, membuat Renjun pada akhirnya mengeluarkan dua jari peach tanda berdamai.

Ferlyn mendekati Ningning. "Gimana Chenlenya? Udah sembuh belum?" Sindir Ferlyn karena dia sangat tau skenario kejadian epic yang menimpa Chenle. Berawal dari debat mulut di kelas tadi, hanya masalah pubg membuat pria menggemaskan itu harus masuk ke rumah sakit untuk pemulihan kesleonya. Tangan Ningning yang penuh emosi bisa menggeser tulang pergelangan tangan Chenle. Sadis sekali.

Sementara pria bermarga Zhong itu masih nyenyak dengan tidurnya tadi. Bahkan mulutnya sedikit terbuka, diam diam Ningning menatapnya dengan iba. Ternyata dia setega itu melakukan kekerasan. Beruntung Chenle tidak memberitahukan kepada mama atau papanya. Bahkan ia memberi alasan lain yaitu sedang camping bersama teman - teman, nyatanya ia terkapar di rumah sakit.

Malam semakin larut, tak terasa waktu menunjukkan pukul 22.00. Renjun menyentuh pundak Ningning yang masih setia duduk di samping ranjang Chenle. "Lo mau pulang? Atau jaga Chenle? Kita bisa tukeran kalau Lo keberatan jaga dia. Ntar gue aja yang jaga soalnya kuliah juga libur." Penawaran Renjun membuat gadis itu menggigit bibir.

Nyatanya Ningning menggeleng membuat pria bermarga Huang di hadapannya tersenyum. "Serius? Kalau gitu gue sama Ferlyn pulang ya. Oh iya, gue ingetin kalau berduaan di rumah sakit jangan sampai khilaf mengingat betapa bar barnya Lo."

Plaaakkk

Renjun tertawa sembari menggandeng Ferlyn keluar pintu ruangan VVVIP itu. Gadis yang sedang bersebelahan dengan Renjun melambaikan tangan ke arah Ningning sembari mengepalkan tangan tanda menyemangati. Sementara Ningning menghela napas, hatinya masih penuh penyesalan.

Jam 01.00 Chenle terlonjak kaget, membuka matanya. Ia meringis merasakan tangannya yang masih ngilu, seharusnya dokter memberinya obat dosis tinggi untuk penghilang nyeri. Matanya menangkap seorang gadis yang tertidur dengan meletakkan tangan sebagai alas kepala di pinggiran ranjangnya. Tatapan mata Chenle masih setia pada gadis itu, ia tersenyum mengingat betapa bar bar dan galaknya sifat gadis yang tengah tertidur sekarang. Sangat berbeda ketika ia tidur seperti ini, kalem. Andai saja jika ia sadar juga sama kalemnya seperti ia sedang tertidur.

Tak sengaja menggeser selimutnya gadis yang sedang tertidur tadi terlonjak kaget. Matanya terbuka menatap Chenle yang telah bangun dari tidurnya. "Lo bangun?" Suara serak itu terucap dari lisan Ningning.

"Gue haus," rengek Chenle membuat gadis di hadapannya berdecak kesal namun tetap berjalan mengambil air minum di dispenser yang terletak di pojok tembok. Sebuah senyuman geli terukir di wajah manis Chenle.

Gelas itu diserahkan dengan perasaan kesal, membuat isinya tumpah di baju Chenle. "S..sorry gue gak sengaja." Tangan Ningning menyentuh dada Chenle yang basah. Mereka bertatapan cukup lama. Gadis itu bahkan bisa merasakan detakan jantung pria yang barusan ketumpahan air minum.

Dengan cepat Ningning menarik lagi tangannya. "Gue ganti yang baru," dengan canggung ia berdiri kemudian mengisi air lagi. Dengan cepat tangan Chenle menahan Ningning membuat gadis itu merasakan debaran yang tidak biasa. "M..mau apa?" Pertanyaan polos Ningning membuat Chenle tertawa meledak.

Gadis itu melotot dengan kesal, menabok Chenle tanpa ampun. "Lah sakit anjiiiirrrr! Gue mau minta tolong goblok!!!"

"Apa?" Ketus Ningning dengan tatapan setajam pisau.

Sekuat tenaga Chenle menahan tawanya, dari pada dia celaka lagi. "Ambilin baju gue di koper, satu aja yang warna biru!" Merotasikan bola matanya dengan malas Ningning berjalan mengambil baju Chenle di dalam koper.

Baju - baju itu menyebarkan aroma wangi bayi, dalam diam Ningning tersenyum. Ternyata Chenle menggemaskan juga ya, dengan cepat ia menggelengkan kepalanya mencoba menyadarkan diri. Dia harus terus pasang wajah membenci pada pria itu. Ini sebuah ikrar dalam hati.

"Makasih." Dengan pedenya Chenle membuka baju refleks gadis di hadapannya itu memekik dengan tangan menutupi matanya.

"Lo kayak lihat adegan apa aja njir!" Ejekan itu membuat Ningning mendengus kesal.

"Jadi minum gak?" Sebenarnya pertanyaan itu Ningning ucapkan agar kecanggungannya tidak terlalu terlihat.

"Pelan - pelan ngasihnya, entar tumpah lagi ambil baju lagi gue telanjang lagi Lo teriak lagi." Ningning menyesal bertanya kalau pada akhirnya Chenle mengejeknya lagi.

Gelas itu diberikannya dengan pelan, membuat Chenle tertawa puas dalam hati. Ternyata seru juga ya mengerjai gadis di hadapannya ini.

Verus Amor

Verus Amor || Park Jisung || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang