🌙 DUODECIM 🌙

72 14 21
                                    

Musim salju telah datang, lingkungan sekitar mendadak membeku. Jalanan sana sini di penuhi tumpukan salju, beberapa mesin pembersih salju menyapu jalanan tentunya dengan pengawas yang sudah ada di bidangnya. Bidang pembersih salju.

Sementara di sebuah rumah mewah yang tampak sepi seorang gadis memasang muka cemberutnya. Ia bahkan malas untuk beranjak dari atas kasur. Matanya sembab dan di sekitar kasurnya bertebaran tisu. Entah sudah berapa tisu yang ia penuhi air matanya.

"Kak, kenapa dari tadi nangisnya gak berhenti?"

Ferlyn tidak menjawab, ia menenggelamkan diri di balik selimut tebalnya membuat Ningning menghela napas, bahkan sedari tadi adik sepupunya itu rela tidak membuka aplikasi game demi membujuk Ferlyn untuk sarapan pagi.

"Kakak, matanya merah semua. Sarapan dulu kak, ayo aku suapin." Ningning masih bersikeras menawarkan sarapan pada Ferlyn.

Ningning menepis tangan Ningning pelan ia sudah kehilangan tenaga karena terus menerus menangis. "Gue gak sakit Ning, please biarin dulu gue kek gini. Sedang meratapi nasib ini, nanti bakal gue makan kok. Lo lanjut aja pubg nya nanti kalau lho. Hukk hukk," bahkan Ferlyn masih sesegukan karena air matanya masih menetes.

"Nanti kakak sakit lho," Ningning menyentuh dahi Ferlyn yang ia rasa agak hangat. Karena Ferlyn tidak mau dipaksa akhirnya Ningning beranjak dari kasur kemudian duduk di meja kebesarannya itu mulai login di ponselnya.

Ferlyn menghela napas sesekali mengelus dadanya yang mulai sesak karena sedari tadi malam menangis sesegukan. Ia bahkan tidak membolehkan Renjun menemuinya karena ia bersumpah akan menghancurkan iPad kesayangan Renjun jika pria itu masuk ke kamarnya dan melihat keadaannya yang sangat berantakan sekarang.

Flashback kemarin sore.

Salju pertama turun, serpihan salju mulai meluncur dari atas langit membuat tetesan tetesan halus yang terasa dingin dan beku. Dua orang gadis berjalan riang turun dari bus yang mereka tumpangi menuju rumah. Sesekali mereka mengeluarkan gurauan aneh.

"Kak, aku mau beli minuman dulu." Ningning menunjuk ke super market yang sejalur dengan rumah mereka. Ferlyn mengangguk, Ningning segera masuk ke dalam super market sementara gadis bermarga Huang itu menunggu Ningning di tempat duduk yang disediakan di depan super market sembari ia mengarahkan pandangannya pada tv layar lebar gratis yang berada di luar supermarket, sedang menampilkan sebuah acara berita. Ferlyn yang tidak ada hiburan pun menonton dengan seksama.

Selamat sore pemirsa, kali ini kami akan menampilkan sebuah berita. Seorang CEO asal Korea yang juga memiliki perusahaan besar di Amerika telah sembuh dari penyakit yang ia derita selama kurang lebih 3 tahun ini. Ia juga menyampaikan jika kesembuhannya berkat kedekatan ia bersama keluarga kecilnya lagi. Ia mengaku memiliki anak perempuan berusia kuliah dan anak laki - laki berusia SMP kelas 3, berikut kita tampilkan beritanya.

Seorang CEO asal Korea yang kini tinggal bersama keluarga kecilnya yang lengkap yaitu istrinya dan sepasang anaknya. CEO tersebut memiliki marga Park, kekayaannya tidak main main. Mencapai trilyunan, bahkan kedua anaknya berwajah sangat cantik dan tampan. Ini benar benar serbuk berlian.

Ferlyn sedari tadi menyimak beritanya dengan mata berkaca - kaca. Ia bisa melihat dengan jelas seorang pria seumurannya yang sekarang semakin bertumbuh menjulang dan lebih tampan beribu - ribu kali dari sebelumnya.

"Jisung gue yakin Lo pasti udah lupain gue kan?" Tangan Ferlyn mengepal kuat, matanya bahkan sudah mulai blur karena air mata yang tiba-tiba menggenang di pelupuk matanya.

"Lo bahkan gak pernah ngasih gue kabar, pasti Lo blokir nomor gue." Sekuat tenaga Ferlyn menghapus air matanya, gadis itu mendadak lemas. Rasanya ingin berteriak dan meratapi nasibnya.

Merasa sebuah tangan menyentuh pundaknya Ferlyn menengok ke belakang, mendapati Ningning dengan segudang makanan yang ia beli di supermarket ini.

Ferlyn langsung jalan dengan diam, membuat Ningning heran. "Kak? Kenapa? Kakak nangis?" Ferlyn menggeleng cepat, ia menarik napas panjang. Berusaha tersenyum.

Mereka berdua berjalan dalam diamnya, sesekali Ningning menengok ke arah Ferlyn yang masih terlihat murung. Biasanya Ferlyn selalu cerewet dan bertanya hal hal random pada Ningning. Tapi sekarang, tidak dan itu terjadi secara tiba - tiba setelah ia keluar dari supermarket.

Sampai rumah, keadaan seperti biasa. Kosong dan sepi, Ningning dan Ferlyn menapaki tangga menuju kamar mereka. Rumah sudah krik krik, ditambah suasana hati Ferlyn yang sangat tidak mendukung. Semakin krik krik lagi.

Ningning sudah selesai mandi, ia membuka pintu kamar mandi dalam keadaan sudah berpiyama panjang pandangannya mengarah pada Ferlyn yang masih melamun. "Kak, aku nyalain penghangat ruangannya ya. Saljunya semakin dingin." Ferlyn hanya mengangguk mengiyakan Ningning yang berjalan menyalakan penghangat ruangan. Tanpa berkata apapun gadis bermarga Huang itu berjalan masuk ke kamar mandi dengan langkah lesu.

Ferlyn menutup rapat - rapat pintu kamar mandi, ia bersyukur ruangan ini sangat kedap suara. Sejenak ia berkaca, menatap wajahnya yang sendu tersirat akan kesedihan yang nyata. "Hiks hiks hiks," satu dua air mata mulai jatuh dari pelupuk mata gadis cantik itu. Dengan langkah lesu ia menyalakan pengatur air hangat pada showernya. Sesekali ia menghapus air matanya yang berjatuhan.

JRAAAAZZZHHHH

Air hangat mengucur dari shower yang ia nyalakan, semakin menambah tangisan yang ia keluarkan. "Jisuuung lo jahatttt! Jahattt jahattt jahaaaaatt," Ferlyn mencengkram kuat puff yang ia pegang. Bahkan sabun yang ia keluarkan sangat banyak ber mili mili. Saking emosi dirinya sekarang, rindunya yang tak pernah terbalaskan meski hanya melalui pesan.

"Park Jisung lo kurang ajar!! Gue gak mau lagi kenal lo."

"Mulai detik ini, gue bakal move on."

🌙 Verus Amor 🌙

Biarkan semua berjalan alami (◕ᴗ◕✿)
Sejalan dengan cinta yang kalian beri
(ʘᴗʘ✿)
Dengan memberikan komen pada kalimat yang kutorehkan disini.
Dan vote yang sudah tersedia untuk di pencet secara gratis
(✯ᴗ✯)
Sehat sehat terus kalian semua.
I LOVE YOU
ಡ ͜ ʖ ಡ

Verus Amor || Park Jisung || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang