🌙 TRIGINTA NOVEM 🌙

53 11 13
                                    

Deru tepukan meriah itu membuat hati Ferlyn seketika lega. Puluhan menit ia berdiri di atas podium dimana ia harus melakukan sidang skripsinya. Sungguh ini sangat menguras banyak tenaga, pikiran dan juga kepercayaan diri. Namun nyatanya ia berhasil melalui itu semua.

"Selamat Fer," Satu dua ucapan menyerbu ke arahnya membuat ia berucap syukur karena Tuhan selama ini telah mempermudah segala urusannya.

Pandangan Ferlyn mengedar kesegala penjuru arah, satu nama yang terbesit dalam hatinya sedari tadi belum juga muncul. Ternyata sosoknya sudah berdiri di podium hendak menyelesaikan sidang skripsinya. Sosok itu terlihat sangat kaku dan juga canggung. Ia mulai menegakkan punggungnya dengan sempurna dan mengarahkan mic tepat didepan bibirnya.

Mata pria diatas podium itu bertemu tatap dengan Ferlyn. Dengan semangat gadis itu mengepalkan tangan ke udara, memberi isyarat agar pria di hadapan mata seluruh peserta disini menjadi semangat.

Senyum itu terbalas, satu dua patah kata telah Jisung ucapkan. Seketika semua peserta menjadi hening, fokus pada apa yang pria itu ucapkan. Tegang dan juga aura di ruangan semakin mencekam ketika pria itu mulai menjelaskan konsep yang ia bawa dalam skripsinya. Pandangan kaprodi dan segala antek - antek kampus ini tak lupa penanggung jawab sidang skripsi ini tampak memperhatikan Jisung dengan seksama.

"Kepada Bapak Kaprodi yang saya hormati."

"Kepada Bapak Dosen Penasehat Akademik yang saya hormati."

Jantung Jisung berdebar sangat keras, sebisa mungkin ia menenangkan dirinya sendiri atas situasi ini. Berkali - kali ia menegaskan pada hatinya bahwa semuanya akan baik - baik saja dan berkali - kali pula ia yakin dalam hatinya bahwa semua akan berjalan lancar.

Hingga detik ketika Jisung menutup sidangnya, rasanya jiwanya melayang merasakan lega luar biasa. Seperti sebuah lubang yang terganjal batu dan kini baru tersebut berhasil dilepaskan, PLONG istilahnya.

"Aaaaaaaa," Tanpa sadar Ferlyn menjerit keras ia sangat senang atas keberhasilan Jisung sungguh sehabis ini toga dan gelar yang ia perjuangkan akan terpasang bersama dengan seseorang yang sangat berarti dihidupnya. Dari dulu, saat ia masih kecil.

Berlari kecil gadis itu menghampiri Jisung yang berjalan setelah menyalami Kaprodi beserta jajarannya yang terlibat dalam acara tersebut. Jisung tersenyum simpul memperhatikan gadis manis yang sudah kembali pada sifat masa lalunya itu. Menggemaskan dan tidak tahu malu, ya seperti itu Ferlyn di mata Jisung. Dan itu yang disukai pria itu.

Berdecih kesal Renjun mengeluarkan sindirannya. "Lah dek, sejak kapan? Lo udah berani peluk Jisung kayak gitu? Parah lo dek!" Pria bersurai hitam itu menggelengkan kepalanya melihat drama didepan mata.

Dengan cepat Ferlyn melepas pelukannya. "Apaan sih lo bang! Sirik aja! Noh tu kak Karina nunggu disana." Kepala Ferlyn menoleh ke arah gadis cantik dengan rambut panjang yang berdiri di seberang sana dengan bucket bunga. Anggun dan menawan.

Melihat sosok gadis itu Renjun meneguk ludah, bagaimana bisa? Bukankah Karina bersama Jeno.

"Gue udah nikah sama Gissele anjir!" Sebuah tepukan menyadarkan lamunan Renjun. Disusul muka kesal Jeno yang sedang menggandeng gadis manis dengan tampilan elegan di sebelahnya. Ya, itu Gissele.

Kaget, syok, dan segala bentuk keterkejutan lainnya menggerayangi Renjun seketika. "Lo kapan nikah anjir?"

"Sorry, pas itu gue dapet kabar katanya Lo lagi perjalanan bussines ke Moscow jadi gue gak bisa maksa lo dateng lah." Kekeh Jeno.

Binar mata Ferlyn menatap sosok cantik dihadapannya semakin melebar. Diterimanya bucket bunga cantik dari Karina. "Selamat ya Ferlyn, maaf kakak cuma bisa kasih ini. Kamu sama bunganya masih cantikan kamu."

Bahkan bidadari seperti Karina masih mampu memuji Ferlyn yang bagi diri gadis mungil itu sendiri jauh dari kata cantik. 'ANJIR KAK KARINA MUJI GUE! APA KABAR JANTUNG'

"I.. Iya kak, haduh kak gak usah repot - repot."

Menghirup wangi bunga tersebut Ferlyn semakin kagum. "Bunganya wangi banget kak," puji Ferlyn membuat senyuman cantik Karina mengembang.

Peka terhadap situasi gadis bermarga Huang itu menarik Karina mendekati kakak laki - lakinya yang gengsi dan ngambekan. "Kak Karina, ini Kak Renjun masih jomblo lho. Dia kerjaannya kerja terus gak nikah - nikah."

"Ehh lohh hehe," Karina terkekeh canggung. Di tatap nya Renjun yang juga kamu seperti kanebo hidup.

"Hai Renjun, apa kabar?" Sapa Karina.

Berdecak kesal Renjun mengacak rambutnya, ia menggandeng tangan Karina dengan cepat membawa ke suatu tempat.

"ASTAGA BROOO! JANGAN NGE GASSS KASIAN KARINA!" Teriak Jeno yang menyaksikan aksi Renjun yang masih berjalan dengan buru - buru.

Wanita cantik di samping Jeno menepuk pundaknya pelan. "Gak papa, Renjun mau ngomong sesuatu sama Karina. Tenang aja, semua bakal baik - baik aja." Istrinya menenangkan membuat jiwa - jiwa disebelah mereka meronta melihat keuwuan suami istri tersebut.

"Hehe, iya sayang."

Mengepalkan tangannya Ferlyn berdecak kesal. "Kalian kesini mau umbar keuwuan atau mau ngasih aku sama Jisung hadiah?" Tagihnya melebarkan telapak tangan menengadah.

Dua buah bucket bunga dan dua buah paperbag yang sangat aesthetic diberikan pasangan suami istri tersebut. Sudah bisa ditebak bahwa isi barang tersebut mahal.

"Dan ini dari aku," Jaemin juga memberikan kedua calon sarjana itu hadiah.

Tiba - tiba Chenle dan antek - anteknya datang membawa hadiah yang luar biasa fantastisnya.

"Happy selesai skripsi mantanku." Cerocos Chenle mengundang mata mendelik dari Jisung.

Setelah itu dari belakang keluarga Ferlyn dan Jisung menyusul. Ini sudah seperti nuansa pernikahan, tapi bohong.

"Selamat kakak," Ningning memeluk erat kakak sepupunya. Tak lupa sebuah cokelat berbentuk hati berukuran besar ia hadiahkan pada kakaknya itu.

"Makasih adekku tersayang."

Selanjutnya mereka melakukan swa foto bersama keluarga dan teman - teman masing - masing.

Sampai pada akhirnya.

"Ma, ini yang namanya Chenle." Suasana haru tadi seketika tegang.

Berbeda dengan pria yang ditujukan dalam drama dadakan kali ini, ia tersenyum menunduk di hadapan Mama Ningning. "Selamat pagi Mama Yizhou, suatu kehormatan bisa bertemu dengan Mama."

"Senang juga bertemu dengan nak Chenle," Senyum Mama Ningning mengembang membuat sang anak perempuan semakin dag dig dug tidak karuhan.

"Mama sangat manis seperti anaknya." Puji Chenle diluar nalar semua orang. Jaemin bahkan tersedak mendengar gombalan Chenle, ia mengatur napas sembari menaruh gelasnya.

Sang Mama tertawa membuat Ningning semakin ketar - ketir. Baginya Chenle benar - benar bodoh. Sang Mama yang kaku seperti patung liberty seketika dipuji. Ini bukan ide yang bagus menurutnya.

"Udah, dari pada ngelihat ketegangan keluarga China mendingan kamu fokus sama aku." Perkataan Jisung membuat Ferlyn tercekat.

"Fo.... Fokus? Maksudnya?" Gugup Ferlyn karena Jisung tidak pernah terlihat seserius ini. Bahkan pria itu mengangkat dagu Ferlyn agar menatap wajahnya yang sangat tinggi dari jangkauan pandangan gadis itu.

🌙 Verus Amor 🌙


Verus Amor || Park Jisung || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang