Bonchap (Ferlyn 💚 Jisung)

81 9 22
                                    

Pagi - pagi sekali, Ferlyn sudah membuka matanya. Ia tersenyum manis melihat wajah sang pujaan hati yang masih setia menutup mata. Dengkuran terdengar dari mulutnya yang sedikit terbuka. Gadis manis bermarga Huang itu, tersenyum usil. Ia melancarkan aksinya dengan menekan hidung Jisung agar pria itu tidak bisa bernapas.

Pernapasan Jisung yang semula lancar tiba-tiba tersendat. Pria itu membuka mata tiba-tiba dan ia dapati wajah sang istri yang sudah menahan tawa.

"Hhaaah Ferlyn," Jisung hanya bisa berucap pelan. Seorang Park Jisung memang tidak pernah bisa marah. Senang sekali bukan? Bisa mengusilinya setiap hari. Itu pikiran Ferlyn.

Jisung merengek, ia menenggelamkan wajahnya di bantal. Tidak ada pergerakan sama sekali, pria itu kembali masuk ke alam mimpinya.

Merasa gagal, Ferlyn menindih Jisung dari atas punggungnya. Mengunyel - unyel pipinya dari belakang.

"Banguuuuunnnn, pemalaaass banguuunnn...." kesal Ferlyn karena pria itu belum bergerak sama sekali. Padahal dia sudah berusaha mengusili Jisung sekuat tenaga.

Ferlyn tersentak ketika Jisung membalikkan badannya dengan cepat, kini pria itu sudah berada di atasnya. Tersenyum manis tanpa ada unsur marah di wajahnya. Ia mencium bibir mungil Ferlyn sekali kemudian memeluk gadis mungil itu dengan erat.

Kini Ferlyn yang tidak bisa bernapas. "Jisung, kamu itu berat banget sumpah!" Tangan mungil Ferlyn menepuk punggung Jisung berkali - kali. Pria itu tertawa puas, menggulingkan badannya ke samping. Merasa menang dari gadis itu.

"JAHAT!" Teriak Ferlyn tiba-tiba. Gadis itu marah, segera bangkit dari ranjang. Meninggalkan Jisung dengan langkah yang di hentak - hentakkan.

"Sayang, Aku cuma bercanda." Dengan muka paniknya, Jisung mengekori gadis itu. Ia bahkan lupa bahwa wajahnya masih sangat polos khas bangun tidur. Ia dapati sang istri yang sedang berkutat di ruang dapur. Jisung tersenyum manis, perlahan mendekati si mungil dan memeluknya dari belakang.

"Yang usil duluan siapa?" Suara beratnya berdengung dari arah belakang gadis itu. Tangan panjang Jisung melingkar di pinggang ramping Ferlyn sesekali mengelus perut rata gadis itu.

"Iyaaa.... Ish, lepasin." Tangan mungil itu menepis sang suami. Berharap Jisung tidak melakukan hal lebih, karena dirinya sangat panik sebenarnya.

Jisung itu meresahkan.

"Mandi, terus sarapan. Kamu bau Jisuuuung," omel Ferlyn sambil menutup hidung. Pandangannya tetap pada masakannya. Tidak peduli Jisung yang sedari tadi menciumi lehernya dari belakang.

Badan Ferlyn dibalik dengan mudahnya, akhirnya berhadapan dengan Jisung. Wanita itu mendongak ke atas menatap sang suami yang sangat tinggi. "Mau apa? Nanti telur aku gosong lho." ucap Ferlyn dengan nada pasrah.

Tangan Jisung mematikan kompor di belakang punggung Ferlyn.

"Aku belum dapat morning kiss lho, dapetnya malah sumbatan hidung di pagi hari jadinya susah napas."

Plakkk

Dengan teganya gadis itu menabok mulut Jisung. Dengan sigap ia menghindari pria itu dan lanjut membuat minuman pagi hari.

"Aku ngasih kamu morning tabok kiss aja ya." serunya sembari berkutat pada aktivitasnya lagi.

Jisung yang kelewat sabar hanya bisa menghela napas pasrah. "Tapi habis aku sikat gigi nanti cium ya." Kalimat terakhir Jisung sebelum pergi dari dapur.

Melihat punggung tegap nan lebar pria yang semakin menjauh itu Ferlyn tertawa keras. Sedari tadi sebenarnya ia menahan gemas karena ekspresi muka Jisung yang kelewat lucu dan pasrah. Pria itu memang selalu mengalah dan tidak pernah marah. Betapa beruntungnya Ferlyn menjadi istri.

Verus Amor || Park Jisung || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang