🌙 TREDECIM 🌙

62 14 27
                                    

Tak terasa, liburan telah tiba. Masih memasuki musim salju membuat semua orang jarang keluar dari rumahnya karena jalanan yang dipenuhi tumpukan salju dan udara yang sangat dingin. Semua penghangat ruangan berfungsi secara maksimal 24 jam. Jika tidak, dipastikan seluruh tubuh bisa membiru beku karena suhu yang tidak main rendahnya.

Berkali - kali seorang gadis mendesis kesal dengan pandangan mata tertuju pada layar yang ia genggam. Siapa lagi, jika bukan Ningning dengan segala drama game nya. Tak lama kemudian, terdengar suara pintu terbuka. Dan itu tidak membuat Ningning peka dan melihat ke arah pergerakan pintu itu.

"Ning, sarapan dulu." Sebuah tangan berhasil merebut benda kotak dalam genggaman Ninging sejak malam tadi. Si gila game itu begadhang sampai tidak tidur demi Mabar bersama seseorang yang belum pernah bisa ia kalahkan.

Ferlyn mendesis kesal. "Kenapa? Belum juga bisa ngalahin musuh bebuyutan Lo? Kek mana sih orangnya, penasaran deh gue." Ningning merotasikan bola matanya sambil berdecak kesal, ia beranjak dari kursi kebesarannya menuju keluar kamar sementara Ferlyn hanya terkekeh dengan adik sepupunya itu. Sudah biasa, jika kalah bermain game Ningning selalu badmood.

Baru saja Ferlyn hendak keluar ia melihat Ningning balik lagi. "Lho kenapa naik lagi?"

"Itu kak, banyak orang di bawah." Ningning menggaruk tengkuknya membuat Ferlyn melirik ke arah lantai bawah dari balkon tangganya. Gadis itu mendengus kesal. "Renjun sialan, ngapain bawa temen temen kesini." Ferlyn kesal bukan main, apalagi ini jam sarapan.

Akhirnya mau tidak mau kedua gadis itu turun tangga, seperti biasa mereka memasang wajah tidak bersahabat apalagi didepan keramaian pria. Renjun tersenyum, mengkode Ferlyn untuk membuatkan minuman.

"Lo punya tangan kan? Bikin sendiri dong! Lagian siapa suruh masukin temen kerumah?" Tatapan Ferlyn pada Renjun sangat galak sampai teman - teman Renjun bergidik ngeri. Sementara pria bermarga Huang itu bersikeras membujuk Ferlyn. Akhirnya gadis itu mengalah, melangkahkan kaki menuju dapur. Ia menatap Ningning yang sedang makan di meja ruang tengah dengan tidak nyaman.

Ferlyn yang peka segera menarik Ningning. "Makan didapur aja, biar enakan dikit! Muka Lo tertekan bener anjir."

Diam - diam Renjun tertawa melihat tingkah adiknya yang semakin hari semakin galak dan sensitif. Ia kembali login lagi, berniat mabar bersama teman - temannya.

"Bang Renjun, kok Ferlyn sekarang jadi galak banget sih?" Pertanyaan Chenle membuat Renjun tertawa kemudian menggeleng. "Gak tau tu anak tiap hari pms, galaknya emang gak ngotak." Mendengar jawaban Renjun teman - temannya hanya mengangguk.

PRAKK

Sebuah suara mengalihkan atensi Renjun, Jaemin, Jeno, Chenle, Mark dan Haechan. Sebuah nampan penuh minuman sudah berada di depan mereka dan jangan lupakan muka galak Ferlyn. "Gak habis gue kulitin kalian satu - satu. Kalau gitu misi," setelah mengucapkan perkataan seram itu Ferlyn beranjak menuju kamarnya.

Seperti biasa pemandangan yang ia tangkap adalah Ningning yang kembali sibuk dengan mabarnya. Tiba - tiba saja Ningning melotot kemudian berlari keluar kamar. Gadis dengan semir rambut merah itu seketika berteriak.

"HEHH!! YANG NAMANYA KH CHENLE SIAPA????" Teriakan Ningning membuat perkumpulan lelaki yang sedang fokus pada layar masing - masing itu menengok ke arahnya. Seorang pria berwajah imut dengan semir blonde mengangkat tangannya. "Itu nama game gue kenapa?" Chenle menyipitkan mata ketika Ningning mendekat ke arahnya, dengan tidak main - main Ningning menarik rambutnya dengan sangat keras membuat pria itu kaget sementara teman - teman lainnya hanya bisa melotot menyaksikan pertunjukan secara tiba - tiba.

Chenle meringis kesal. "Heh!! Cewek gila!!!!!! Rambut gue barusan perawatan kemaren!!!" Kesal Chenle sembari berdiri di hadapan Ningning. Gadis itu bukannya takut malah melontarkan mata melotot pada pria dihadapannya itu.

Verus Amor || Park Jisung || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang