🌙 TRIGINTA OCTO 🌙

53 9 8
                                    

Berdebar.

Itu yang dirasakan Ferlyn sekarang, ia sedang berada diruangan dosen pembimbingnya. Menentukan skripsi tahap akhirnya. Sedari tadi jantungnya berdetak kencang. Bahkan jari kelingkingpun dapat merasakan detakannya.

"Ferlyn."

Sumpah, satu panggilan yang dilontarkan Bu Irene seperti toa yang bergema di gendang telinganya.

Tanpa sadar gadis itu meneguk ludah. "A... Ada apa bu? Apa masih ada yang salah?" Tangan gadis itu mendingn saking gugupnya.

Diperhatikannya wajah Bu Irene dengan saksama. Wanita dewasa bermarga Bae itu sedari tadi belum juga mengambil keputusan. Jari jemari lentiknya yang indah menjentik di atas meja. Membuat hati Ferlyn semakin dag dig dug tak karuan.

"Selamat! Skripsi kamu diterima! Ini sudah sangat bagus dan sesuai kriteria. Siap ambil sidang besok?"

DUAGH DUAGH JEDEEERRRR

Ini bukan mimpi?
Ini kenyataan?
Tidak sedang tidur?

Ckiiittt

Mencubit tangannya sendiri Ferlyn meringis kesakitan. Sedetik kemudian air matanya turun membanjiri pipinya. Bu Irene terkekeh, di dekatinya mahasiswa nya yang selama satu bulan ini sudah berusaha keras pagi, siang, malam sampai melupakan hak - hak nya.

"Ibu bangga sama kamu Ferlyn, semangat sidangnya besok. Semoga Pak Kaprodi mengapresiasi kamu sebagai mahasiswa teladan di kampus ini."

DUAAARRRR

Hati Ferlyn sangat kacau, penuh dengan kebahagiaan yang berkecamuk dalam hatinya. Apakah ini mimpi? Ia menepuk pipinya beberapa kali memastikan bahwa ini nyata. Mencubit keras punggung tangannya hingga ia terpekik sendiri karena kesakitan.

Bu Irene tertawa melihat kerandoman Ferlyn bahkan air mata gadis itu belum kunjung surut. Malah semakin menderas seperti mata air di pegunungan. Wanita cantik bernama Bae Irene memeluk erat Ferlyn sembari menepuk pelan punggung gadis kecil yang masih terisak bahagia. Setelah melepas pelukan jemari Irene menghapus pelan air mata Ferlyn. Sebagai dosen pembimbing tentu ia sangat bahagia mahasiswanya bisa melalui masa skripsi dengan baik meski banyak lika - liku dan drama.

CKLEK

Ferlyn keluar dari ruangan Bu Irene dengan mata berkaca dan hati yang bahagia bersamaan dengan itu pintu ruangan sebelah juga terbuka. Reflek gadis itu berlari dan langsung memeluk sosok yang baru saja keluar dari ruangan tersebut.

"Jisuuuuung, gue besok sidang." Betapa bahagianya Ferlyn sampai melupakan kegengsian yang sudah agak lama ia bangun menjadi tembok besar antara Jisung dengannya. Namun sekarang, tembok itu roboh seketika.

Ukuran senyum tercetak di wajah Jisung, ia mengelus surai rambut Ferlyn. Gadis itu masih betah memeluknya, ia memejamkan mata menikmati setiap untaian kalimat yang Ferlyn ucapkan.

"Lo besok dateng kan ke sidang gue?" Wajah gadis itu penuh harap.

"Besok kita sidang bareng." Ferlyn melepas pelukannya mendongakkan kepala menatap pria yang sedari tadi ia peluk seenaknya.

Sedetik kemudian mereka tertawa bersama setelah itu berjalan beriringan keluar area kampus.

"Ferlyn," Panggil Jisung membuyarkan lamunan Ferlyn yang sedari tadi sibuk menatap ke arah depan.

"Kenapa?"

'Ayolah Jisung'

Batin Jisung berkecamuk dalam dirinya rasanya sangat ingin mengungkapkan namun sulit untuk melancarkan aksinya sekarang. Mungkin ini belum waktunya.

Verus Amor || Park Jisung || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang