🌙 TRIGINTA UNUS 🌙

48 15 11
                                    

"Jisung janji bakalan kembali lagi buat Ferlyn"

"Serius Lo janji? Gue bakal tunggu janji Lo."

"Iya, Jisung janji kok."

"Lo tau? Gue suka sama Lo, maaf gue blak blakan tapi emang nyatanya gitu."

"Jisung juga suka sama Ferlyn."

"Jisung cuma punya Ferlyn."

"Dan Jisung bakalan kembali ke Ferlyn."

"Lo bohong sung!!"

"Ferlyn, pleasee maafin Jisung."

"Maafin Jisung yang udah buat Ferlyn bosen nunggu."

______________

"Ji....sung"

Kepala seorang pria yang sedari tadi menunduk seketika menegak sembari mendekat pada seorang gadis yang sedari lama ia tunggu kesadarannya. Perlahan tangan itu bergerak disertai gumaman gumaman tak jelas dari mulutnya.

"Fer.." Tangan hangat Jisung menggenggam hangat tangan mungil Ferlyn yang sedari tadi bergerak tidak tenang dalam ketidak sadarannya. Geliat gadis itu menunjukkan bahwa ia sedang berada antara sadar dan tidak sadar.

Hingga sepasang mata itu terbuka sempurna. Menatap sosok yang setia menunggu disampingnya. Sontak tangan kecil itu menepis genggaman tangan Jisung.

"Ja...jangan sentuh gue." Lirihnya tak berdaya.

Sakit, hati Jisung rasanya tersayat. Pria itu tersenyum miris sembari menunduk, ia menyembunyikan tangannya di saku jeansnya.

Entah mengapa, gadis itu semakin sulit digapai. Ia jadi menyesal mengapa dulu harus ke Amerika. Ah tidak, Jisung tidak boleh menyalahkan keadaan justru ini salahnya sendiri yang tidak pandai mengambil hati seorang wanita yang ia cintai. Apa Jisung harus lebih bersabar lagi?

🐹

Malam telah tiba, Ferlyn dinyatakan dokter sedang dalam proses pemulihan. Namun, trauma yang ia alami masih terasa. Ningning sebagai pendonor ginjal juga sudah sadar, namun banyak pesan dari dokter untuknya.

Sebuah sendok mendarat di depan mulut seorang gadis yang sedari tadi melamun. Ia tidak mau bertemu dengan siapa - siapa kecuali Ibu dan kakaknya. Suapan demi suapan di berikan oleh Cheng Xiao sembari menatap sendu ke arah Ferlyn yang sedari tadi hanya melamun. Sang ibu dapat merasakan betapa besar trauma sang anak.

Perlahan tangan lembut sang ibu menyentuh punggung tangan Ferlyn yang tampak sangat kaku. Sedari tadi gadis itu tampak tremor sendiri sembari menatap lurus ke arah depan. Cheng Xiao menghela napas panjang rasa sesal dalam hatinya membuncah seharusnya ia lebih memperhatikan anak bungsunya dari dulu seharusnya ia mengurangi jadwal ke luar negerinya untuk urusan perusahaan karena nyatanya anak lebih penting dari pada urusan pekerjaan.

Ya, penyesalan memang selalu di akhir.

Air mata anak gadisnya perlahan turun dengan sendirinya. Membuat Cheng Xiao mengubah posisi duduk di ranjang Ferlyn kemudian memeluk erat anak gadisnya.

Dari kejauhan, hati Tzuyu sama remuknya dengan hati sang ibu. Ia juga sangat menyesal lebih sering mementingkan pekerjaan dari pada memperhatikan adiknya yang masih di usia remaja. Meski gadis itu sudah kuliah namun setidaknya perlu di pantau dan dijaga juga.

Dan Tzuyu juga merasa sangat bersalah. Rasanya ia ingin mengulang waktu, namun penyesalan selalu di akhir. Ia berharap akan ada hikmah di balik ini semua.

Hati Tzuyu juga semakin retak, melihat sang ibu yang juga menangis sembari memeluk Ferlyn. Ia yakin sang ibu juga memiliki bayang - bayang bersalah sama seperti dirinya.

Verus Amor || Park Jisung || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang