🌙 TRIGINTA SEPTEM 🌙

51 11 8
                                    

Di sebuah ruangan sepi, seorang gadis masih setia menjentikkan jemarinya pada setiap huruf yang tertera di keyboard laptopnya yang menyala terang. Sesekali ia mengucek matanya yang mulai lelah dan menguap karena sebenarnya ia sangat mengantuk. Namun baginya targetnya lebih penting dari pada tidur. Terdengar keras kepala.

Tangannya perlahan meraba lehernya sendiri. Ia meneguk ludah, dirasa tenggorokannya luar biasa kering. Ia mengedarkan pandangannya di sekeliling, tak menemukan dispenser di ruangan itu. Mendengus kesal Ferlyn mengarahkan pandangannya menuju jam dinding di atas tembok ruangan itu. Ia membelalakkan mata.

'Jam 10 malam!??'

Berarti sudah berjam - jam lamanya ia duduk di perpustakaan kampusnya sejak pulang sore hari tadi. Seperti tidak ada waktu esok untuk mengejar skripsi, gadis itu melupakan segalanya. Kembali melirik ke arah laptop ia menghela napas atas hasil kerjanya. Besok pagi ia harus kembali bertemu dengan dosen pembimbingnya.

Menguap agak lama akhirnya Ferlyn mematikan laptopnya. Hawa mencekam tiba - tiba terasa karena tempat ini sudah sangat sepi. Tak ada tanda - tanda seseorang yang masih berlalu lalang. Mau tidak mau gadis itu melangkah gontai keluar ruangan yang ia tempati. Lorong kampusnya ternyata sudah sangat gelap.

CTAK

Menghidupkan senter melalui ponselnya ia berjalan tenang melalui lorong demi lorong. Sebenarnya jantungnya sudah dag dig dug bukan main tapi apa boleh buat? Lebih gila lagi jika ia terjebak ditempat ini.

SRAKKK

"AAAAAAAAA"

Mata Ferlyn terpejam kuat. Ia memeluk lutunya sendiri sambil terduduk enggan membuka mata namun sudah pasrah jika hantu memakannya.

Hening sejenak sampai ia merasakan sentuhan di bahunya. Perlahan Ferlyn menyingkirkan poni yang menghalangi matanya. Sampai pandangannya bertemu dengan sosok yang tak asing baginya.

"M... Maaf aku gak bermaksud nakutin kamu." Suara berat itu membuat Ferlyn agak sedikit lega.

"Gue hampir jantungan Jisung!!!" Kesal gadis itu menetralkan napasnya yang memburu sedari tadi, akibat kinerja jantungnya yang tidak bisa dikatakan slow.

Hingga sebuah botol tersodor dihadapan Ferlyn. "Tadi aku melihatmu haus, jadi aku belikan minum." Manis sekali pria dihadapan Ferlyn saat ini, ia seperti anak kecil yang malu - malu menawarkan minuman terhadap orang yang ia suka.

Kekehan Ferlyn terdengar, gadis itu berdiri dari tempatnya berjongkok tadi. Ia menerima botol air mineral dari pria tinggi dihadapannya. "Makasih." Singkatnya, kemudian meneguk air didalam botol itu sampai habis tak bersisa.

Kembali ia mendongakkan kepala ke atas menatap sosok tinggi dihadapannya. "Lo belum pulang? Ini udah malem lho."

Apakah dunia sudah terbalik? Harusnya Jisung yang menanyakan itu pada Ferlyn. Tapi ini kebalikannya. Haruskah Jisung bilang ia sengaja menunggu gadis itu meski di ruangan yang tidak sama? Sesekali ia menengok keadaan Ferlyn dimana sangat jelas bahwa gadis itu kelelahan.

Tidak mendapati jawaban dari Jisung, gadis sebatas dada mendekati ulu hati pria yang memasang wajah bingung itu mengerutkan keningnya. Tangannya melambai di depan wajah Jisung hingga pria itu tersadar. "Ohh... Aaa... Tadi aku ada urusan sama dosen pembimbing." Jisung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Dua insan dengan tinggi badan yang berbeda jauh kini berjalan beriringan dalam keheningan yang mencekat. Perasaan takut yang dirasakan Ferlyn sekarang menghilang begitu saja. Rasanya Jisung seperti cahaya penerangnya dan jujur hati gadis itu menghangat.

Seulas senyuman tercetak di bibir Ferlyn. Ia menengok ke samping mendongakkan kepalanya menatap Jisung yang sedari tadi serius jalan. "Jisung!" Panggilnya, membuat sang pria membalas tatapannya bedanya Jisung menundukkan kepala.

Pria dengan tatapan polos itu tampak bingung ketika Ferlyn mengulum senyum. "Lo pasti nungguin gue kan?"

Sebuah pernyataan yang sudah lama tidak dilontarkan gadis itu. Jisung rasanya ingin menampar pipinya. Apakah Ferlyn dengan sifat lamanya sudah kembali?

Bukannya menjawab, Jisung justru meneguk ludahnya. Memang benar kata Hyunjin, dirinya hanya memiliki keinginan dalam hati saja. Nyatanya jika sudah dihadapan gadis ini tremor nya luar biasa. Ayolah Park Jisung mana jiwa jantanmu?

Setelah lama berkecamuk dalam pikirannya, Jisung menghentikan langkahnya. Badannya ia posisikan agak menunduk agar bisa meraih tangan mungil Ferlyn yang sedari tadi menganggur karena gadis itu fokus berjalan.

GREP

Ferlyn melebarkan matanya. "Lo kenapa Ji?"

Tanpa satu patah katapun, Jisung menarik gadis itu kedalam pelukannya. Menenggelamkan wajah gadis itu di dada bidangnya sembari mengelus surai cantik itu dengan pelan dan lembut.

"Aku sayang banget sama kamu."

"Please jangan sering siksa diri kamu sendiri dengan nglembur sampai malem."

Pelukan Jisung semakin erat. Gadis dalam pelukannya juga belum melepaskan, jauh dari pikiran yang berkecamuk di kepala Jisung.

"Kamu belum makan dari siang tadi."

Dada Jisung terasa bergetar merasakan Ferlyn tertawa cukup keras. "Kamu manis banget sih." Ungkap Ferlyn membuat Jisung membeku seketika.

"Kamu gak usah khawatirin aku segitunya. Do'ain aja biar skripsiku cepet kelar. Aku mau wisuda."

Jisung meringis, ia menunduk menatap gadis manis yang tengah mendongakkan kepala menatapnya. Kedua tangan mungil gadis bermarga Huang itu perlahan terangkat menangkup kedua pipi Jisung. Netranya tertuju pada sorot mata hitam yang sangat indah di atasnya.

"Makasih..."

"Makasih lo udah khawatirin gue."

"Makasih lo udah perhatiin gue."

"Makasih lo udah nungguin gue sampe semalem ini."

"Nyatanya gue susah move on dari lo."

Tangan gadis itu perlahan turun, Jisung terlalu tinggi untuknya. Rasanya, lehernya pegal karena sedari tadi mendongak. Namun dengan cepat Jisung menahannya.

Hingga bibir indah pria itu menempel sempurna pada bibir pink alami milik Ferlyn.

Kaku terdiam membeku, bahkan tangannya mengepal kuat. Bernapas pun ia tidak sanggup.

Perlahan Jisung melepaskan ciuman tiba - tibanya. Meski itu hanya sekedar menempel tanpa pergerakan, namun itu merupakan aksi ternekat yang pernah ia lakukan terhadap satu gadis. Ya, hanya Huang Ferlyn tidak ada yang lain.

"Sorry, aku gak bisa nahan."

Ferlyn masih terdiam membeku, gadis itu perlahan menyentuh bibirnya yang sudah tidak suci lagi. Meski hanya sekedar menyentuh namun itu adalah FIRST KISS nya.

"Lo!!"

"Lo ngambil first kiss gue anjiiir." Kesal Ferlyn memukul dada Jisung berkali - kali.

"Lo serius ngambil first kiss gue???" Ferlyn melebarkan mata tidak percaya.

"Aaaaaaaaaa first kiss gue!!" Ferlyn berlari mendahului Jisung yang sedari tadi terdiam dengan ekspresi yang tidak bisa diartikan.

Hingga langkah berlari gadis itu berhenti di ujung lorong sana jaraknya beberapa puluh meter dari tempat Jisung berdiri.

"Gue juga sayang sama lo Jisuuuuung!" Teriak Ferlyn setelah itu melanjutkan langkah larinya.

Sungguh, jawaban diluar nalar. Pria manis bermarga Park itu melebarkan mata sempurna, sampai mata sipitnya yang indah dan lucu seperti hamster itu tampak lebih jelas. Apakah Ferlyn bersungguh-sungguh dalam ucapannya? Jantungnya rasanya ingin meledak.

🌙 Verus Amor 🌙

Verus Amor || Park Jisung || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang