6 - Tetangga Harus Saling Membantu, Bukan?

90 12 3
                                    

"Soobin-ssi?"

"Yewon-ssi?"

Soobin dan Yewon sama-sama terkejut. Soobin tidak menyangka kalau tetangganya adalah si pembawa berita, begitu pula dengan Yewon yang tidak menyangka kalau tetangga baru yang diceritakan penjaga di bawah adalah si produser. Dunia ini sempit sekali bukan?

"Tetangga baru yang dimaksud itu kau?!" tanya Yewon memastikan.

"I- iya, aku resmi pindah hari ini. Jadi, baru sekarang sempat membawakan ini," ucap Soobin sedikit tersendat, lalu menyerahkan piring berisi sirutteok pada Yewon.

Yewon memgambilnya hati-hati. "Terima kasih banyak, Soobin-ssi. Kau tidak perlu repot," sahut Yewon, yang membuat percakapan mendadak canggung.

"Aku tidak repot, Yewon-ssi. Kalau begitu, aku balik," ucap Soobin. Pria itu ingin segera kembali ke unit-nya. Entah mengapa, bertemu dengan rekan kerja di luar kantor, ditambah mengetahui bahwa kini bertetangga, terasa begitu aneh bagi Soobin.

"Eh? Kau tidak mau mengambil piringmu kembali? Aku bisa memindahkannya terlebih dah-"

"Simpan saja piring-nya, Yewon-ssi. Kau bisa mengembalikannya lain kali. Toh, kita tinggal berseberangan, jadi kau tidak perlu buru-buru," potong si pria.

Soobin langsung kembali masuk ke unit-nya, meninggalkan Yewon yang dibuat heran oleh tingkahnya. "Aneh! Apa susahnya menunggu sebentar?" gumamnya pelan.

Yewon memilih tidak peduli, menutup pintu serta membawa masuk sirutteok pemberian si tetangga baru.

Soobin sendiri segera menutup pintu, lalu berlari masuk dan duduk di ujung meja makan. Sikap grasa-grusu mengundang kecurigaan pada keempat sahabatnya.

"Ada apa denganmu?"

"Kenapa pula wajahmu begitu?"

"Seperti habis melihat setan saja!"

"Tetanggamu menyeramkan?"

Semua memiliki pertanyaan yang berbeda, namun satu jawaban dari Soobin sukses membuat gempar.

"Tetangga baruku, Choi Yewon."

"APA?!" teriak keempatnya bersamaan.

"Maksud kau Choi Yewon-aengko?!" teriak Chaewon.

Soobin mengangguk cepat, membuat sahabat-sahabatnya makin heboh. Nagyung lantas menimpali, "Setelah kau bekerja satu tim dengan Choi Yewon-aengko, sekarang kalian tinggal di gedung yang sama?!"

"Gila!" seru Chaeyoung, tidak bisa mengatakan apapun mengenai penemuan baru ini.

"Kalian berdua terikat oleh takdir atau bagaimana deh?!" celetuk Seoyeon.

Soobin langsung mengelak, "Takdir apaan?! Itu cuma kebetulan!"

"Kalau cuma kebetulan, kenapa wajahmu seperti itu?! Biasakan saja!" seru Seoyeon.

Hati Soobin menciut mendengar seruan Seoyeon. "Bukan begitu, Seoyeon-ah. Aku tidak menyangka saja. Kalian tahu aku tidak mudah berbaur dengan wanita," sahut Soobin.

"Kau pikir kami bukan wanita?!" ketus Chaewon.

"Aku tidak bermaksud mengatakan kalian bukan wanita, terlepas sifat kalian yang bar-bar dan tidak mencerminkan wanita sam-"

"Kau mau aku hajar, hah?!" ancam Chaeyoung mendengar penjelasan sedikit mengejek Soobin.

"Dengarkan dahulu! Jika kami bertetangga, kami pasti akan bertemu setiap saat. Kalau di kantor, aku bisa saja mengobrol santai. Tapi kalau di sini, aku tidak tahu. Bagaimana jika saat berpapasan di lift? Masa kami tidak mengobrol?" balas Soobin.

Strawberry LemonadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang