[COMPLETED]
Selama ini aku berpikir bahwa eksistensiku hanyalah malapetaka di tengah konstruksi sosial yang memuakkan. Tetapi kau hadir, menunjukkan padaku bahwa kebahagian adalah yang terpenting, terlepas bagaimana orang lain menilai perbedaan dan...
⚠️ Warning ⚠️ Mengandung adegan sensitif berupa pembahasan LGBTQ+
Rapat selesai tepat pukul enam sore. Langit belum gelap, namun sebagian besar pegawai pasti ingin segera pulang dan menempelkan punggung mereka ke atas kasur yang empuk. Yewon adalah salah satu yang ingin segera pulang. Ia mengkhawatirkan Eunchae. Seharian ini, Eunchae diurus oleh Ibu-nya. Yewon belum pernah meninggalkan keponakannya selama ini. Ingin rasanya segera melihat wajah si kecil.
"Yewon-ssi?"
Yewon hendak memesan taksi ketika namanya dipanggil oleh Soobin. Yewon menoleh dan dengan cepat menyahuti, "Ada apa Soobin-ssi?"
Soobin nampak ragu, namun perlahan mengucap, "Apakah kau sibuk malam ini? Aku ingin mengajakmu makan bersama, sebagai ucapan terima kasihku untuk pagi ini."
Soobin semakin aneh saja!
Sebelumnya menawarkan tumpangan, sekarang mengajak makan bersama. Sebaik-baiknya Soobin, setidak-enaknya ia berhutang budi pada orang lain, pria ini tidak akan bersikap segesit ini. Dengan wanita apalagi!
Yewon mengusap rambutnya yang tidak gatal. "Errr, aku mau saja, Soobin-ssi, tetapi aku mengkhawatirkan Eunchae. Kau tahu- Aku seharian ini tidak mengantar-jemput Eunchae, makanya aku ingin segera bertemu dengannya. Bagaimana jika lain hari?"
"Hmm, kalau begitu kita pulang saja. Kau bisa makan malam di tempatku setelah itu. Ajak juga Eunchae dan eomma-mu. Kau tahu, aku tidak suka berhutang budi terlalu lama," tawar Soobin gamblang.
Soobin yang biasanya pasti akan mengiyakan saja ucapan Yewon, kali ini tanpa ragu mengubah niatan mengajak makan malam keluar menjadi makan di rumahnya saja. Sesuatu yang tidak beres sedang terjadi di otak Soobin.
"Eh? Kau bercanda ya?" Yewon belum bisa mempercayai perkataan Soobin.
"Apa aku terlihat sedang bercanda?" tanya Soobin yang dijawab gelengan oleh Yewon beberapa saat kemudian.
Yewon sedikit takut dengan perubahan Soobin hari ini. Si pria bersikap terlalu baik padanya. Soobin yang berubah atau Yewon saja yang belum mengenal pria itu dengan sangat baik?
"Ya sudah, ayo pulang!" ajak Soobin.
"Pul-"
Yewon belum sempat menanggapi, Soobin langsung saja menarik tangan si wanita guna kembali memasuki lift menuju basement. Untuk seseorang yang memiliki ketakutan dengan wanita, terhitung sudah dua kali Soobin menggenggam pergelangan tangan Yewon. Tangan besar pria itu terasa hangat, membuat Yewon merasa terlindungi. Wanita itu lantas tersadar kalau Soobin pasti tidak merasakan apapun saat menggenggam tangannya. Soobin menyukai pria, peringat Yewon pada diri sendiri.
Soobin bahkan tanpa perasaan bersalah melepas genggaman, menyakinkan Yewon kalau pria itu memang tidak memiliki niat apapun dibalik sikap spontannya. Yewon biasakan diri dalam percakapan santai bersama Soobin selama perjalanan dari kantor ke rumah.
Sebuah pesan muncul di ponsel Yewon, saat mobil Soobin memasuki area parkir basement.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.