Rapat berlangsung singkat.
Selesai rapat, Kim Seokjin meninggalkan kartu perusahaan pada Soobin. Sebagai produser baru, Soobin bertanggung jawab mengajak semua orang di tim untuk makan siang. Ruang rapat menjadi berisik, banyak orang menyarankan restauran mana yang bisa mereka kunjungi siang ini.
Yewon menggebrak meja dengan botol air mineral, membuat ruangan kembali sunyi. Yewon kemudian menghadap Soobin yang duduk di ujung meja. "Silahkan ucapkan sesuatu, Soobin PD-nim," ucap Yewon dengan senyum yang sulit Soobin deskripsikan.
Menghadapai wanita bukanlah keahlian Soobin. Walau bersahabat dengan empat orang perempuan sejak belasan tahun lalu, Soobin masih saja kesulitan untuk memahami apa yang seorang wanita maksud melalui nada bicara dan mimik wajahnya.
"PD-nim? Kita jadi pergi makan siang 'kan?" Kini giliran Yunjin bertanya. Soobin lebih mengerti jika langsung ditanya seperti ini.
"Ah iya! Tentu saja. Mau makanan Korea atau Cina?" tanya Soobin.
"Haidilao!" teriak anak-anak asisten serempak, secara tidak langsung menjawab pilihan kedua yang Soobin berikan.
Pergilah Soobin dan seluruh anggota tim ke Haidilao terdekat. Entah bagaimana, Soobin berakhir duduk satu meja dengan Yewon saja. Beomgyu. Heesung, dan Yunjin duduk dengan yang lain. Keadaan biasa saja saat Soobin memberikan sambutan, lalu berubah super canggung saat hanya ada mereka berdua di meja yang sama.
Soobin dan Yewon sibuk merebus lauk masing-masing pada kuah pilihan mereka. Tidak ada yang bersuara, sampai akhirnya Yewon memutus kesunyian.
"Mantan kekasihmu tidak mengganggu lagi kah, PD-nim?" tanya Yewon.
Soobin letakkan sumpit di meja. Ia jawab pertanyaan Yewon setenang mungkin. "Untuk hari ini tidak, karena dia libur. Entah kalau Senin," ucap Soobin.
"Senin? Pria itu juga bekerja di KBC?!" tanya Yewon dengan nada sedikit meninggi.
"Ya begitu lah!" jawab Soobin cepat.
Yewon menguyah daging di mulut terlebih dahulu, lalu kembali menanggapi, "Wow! Sempit juga dunia. Jujur, aku tidak menyangka orang-orang yang aku tolong dan hajar semalam, ternyata bekerja di tempat yang sama denganku. Rasanya memalukan jika mengingat tindakanku semalam!"
Soobin menggoyangkan telapak tangan dengan cepat. "Tidak, tidak! Aku justru berterima kasih karena Yewon-aengkonim sudah menolongku. Maaf kalau aku bersikap seakan-akan mendiamimu. Aku justru malu karena harus dibantu untuk menyingkirkan mantan kekasihku semalam, makanya aku terkejut saat melihatmu muncul bersama Seokjin-isanim," terang Soobin agar tidak menimbulkan salah paham berkepanjangan.
"Berarti kau tidak mengetahuiku ya, PD-nim?" tanya Yewon kemudian. Mengapa pertanyaan ini terkesan sedang menyindir, batin Soobin.
"Sebelum dipindah, aku bekerja di Divisi Radio selama hampir empat tahun, jadi tidak mengikuti perkembangan di dunia berita televisi," balas Soobin.
"Lalu kau tidak mengikuti berita, begitu?"
"Tetap mengikuti. Kalau tidak lewat radio, ya lewat Naver," jawab Soobin cepat.
"Lalu kau tidak tertarik mencari tahu siapa saja pembawa acara papan atas saat ini, begitu kah?" tembak Yewon.
Pertanyaan Yewon yang terakhir membuat Soobin gelagapan. Ia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Kenapa wanita selalu saja memiliki cara membuat pria tak berkutik seperti sekarang? Wanita sungguh abstrak!
Yewon tertawa pelan, membuat Soobin semakin panas dingin dibuat. Apa maksud tawa Yewon? Apalah ia melakukan kesalahan?
"Maaf, PD-nim. Aku lupa mantan kekasihmu adalah seorang pria. Menghadapi wanita, pasti sangat sulit untukmu," ucap Yewon membuat tegang di bahu Soobin sedikit mereda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Lemonade
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Selama ini aku berpikir bahwa eksistensiku hanyalah malapetaka di tengah konstruksi sosial yang memuakkan. Tetapi kau hadir, menunjukkan padaku bahwa kebahagian adalah yang terpenting, terlepas bagaimana orang lain menilai perbedaan dan...