5 - Pindahan

91 14 3
                                    

⚠️ Warning ⚠️
Mengandung adegan sensitif berupa pembahsaan menjurus ke topik 18+ dan kekerasan fisik.



Jika biasanya Yewon yang menghilang setelah siaran, kini Soobin pun juga begitu. Walau tidak langsung menghilang seperti Yewon yang harus mengantar keponakannya terlebih dahulu, kau dipastikan tidak akan menemukan Soobin lewat jam delapan pagi hingga setelah makan siang. Keanehan Soobin ini terjadi dalam lima hari terakhir.

"Soobin-sunbae ke mana deh? Aku perhatikan, sunbae juga suka menghilang seperti Yewon-aengkonim. Terus udah gitu, mereka kalau balik ke kantor tuh di sekitaran jam yang sama. Mereka ada sesuatu 'kah?" celetuk Yunjin saat makan siang bersama Beomgyu dan Heesung.

Beomgyu cepat-cepat menyahuti, "Ey! Sesuatu seperti apa yang kau pikirkan?! Mereka pacaran begitu?! Mustahil!"

"Kenapa mustahil?"

"He is obviously into a guy?!"

"Kau yakin sekali? Kau tidak tahu apakah Soobin-sunbae hanya menyukai pria atau justru biseksual, ya 'kan?"

Heesung menggebrak meja makan pelan. "Sudah! Hentikan perdebatan kalian, Choi Beomgyu, Huh Yunjin. Mengapa kalian jadi meributkan orientasi seksual Soobin-hyung? Biar hal itu menjadi urusan hyung," ucapnya kemudian.

Beomgyu dan Yunjin menghentikan debat, ketiganya kembali khusyuk dengan makanan masing-masing.

Lantas, kemana perginya Soobin?

"Unit ini sudah dilengkapi dua kamar tidur, dapur, ruang tengah, balkon, dan satu kamar mandi. Lokasinya juga strategis. Anda pegawai di KBC 'kan? Gedung ini termasuk dekat dari tempat Anda bekerja, Soobin-ssi."

Alasan Soobin menghilang dalam lima hari terakhir ini, pria itu tengah mencari tempat tinggal baru. Sudah lelah dengan sikap sang mantan kekasih yang tidak berhenti mengirimi hadiah, Soobin merasa sudah waktunya ia pindah dari unit yang ia tinggali sejak kecil. Lagipula, Nenek-nya sudah tiada. Ibu-nya Soobin juga tidak jelas berada di mana.

Ibu Soobin meninggalkan rumah saat Soobin memasuki bangku SMA, sehari setelah jasad Nenek dikremasi. Sebelum pergi pun, Ibu-nya tidak benar-benar menjalani tanggung jawab sebagai satu-satunya orang tua Soobin yang masih hidup. Ayah Soobin sendiri sudah meninggal, mengalami kecelakaan saat menyusul Ibu yang hendak melahirkan dirinya. Karena itu pula, Ibu Soobin jarang atau malah tidak pernah menunjukkan kasih sayang yang sepantasnya si pria dapatkan. Di luar biaya pendidikan, Soobin diurus seratus persen oleh sang Nenek. Bahkan Soobin tidak tahu apakah dulu Ibu-nya memberinya ASI atau tidak, mengingat betapa tidak pedulinya wanita itu pada anak semata wayangnya.

Pernah sekali, Soobin membuat onar saat SMP. Ia sengaja pukul temannya di ekstra Taekwondo. Tujuan Soobin melakukan hal tersebut, hanya agar Ibu menaruh perhatian sedikit padanya. Namun bukannya menyadari Soobin membutuhkan perhatian, Ibu-nya justru memukuli Soobin hingga babak belur setiba di rumah. Belum lagi kata-kata kejam yang keluar dari mulut sang Ibu. 'Anak tidak berguna!', 'Kau ini malapetaka bagiku!', dan berbagai macam omongan Soobin dengar dari sosok yang seharusnya paling menyayangi si pria sebagai anak kandung pada umumnya.

Setelah Nenek tiada, tidak ada siapapun yang menyelamatkan Soobin. Soobin terpaksa bekerja part-time, tidak mengikuti kelas tambahan seperti teman-teman yang lain agar biasa membiayai sekolah dan membayar sewa tempat tinggal yang setiap tahun selalu meningkat. Walau mendapat beasiswa saat menaiki kelas dua—dan sampai lulus kuliah selalu mendapat beasiswa, Soobin tidak bisa tidak bekerja. Ia harus memiliki uang untuk bertahan hidup.

Sosok Ibu adalah trauma terbesar dalam hidup Soobin. Sosok yang membuatnya ragu dan kadang takut untuk berhadapan dengan wanita. Hanya dengan Seoyeon, Chaeyoung, Nagyung, dan Chaewon ia bisa sedikit berani.

Strawberry LemonadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang