Dua hari merenung, Yewon putuskan untuk bertemu dengan Minhyung. Ragu-ragu ia kirim pesan pada si pria—Yewon tidak pernah menghapus nomornya. Minhyung menyanggupi bertemu dengan Yewon di sekolah Eunchae.
Yewon duduk di salah satu meja ditemani dua cup kopi, sementara ia biarkan Eunchae dan Minhyung bermain bersama. Yewon masih tidak rela, namun senyum Eunchae saat dikejar dan dipeluk oleh Minhyung begitu cerah, membuat Yewon tidak punya pilihan selain membiarkan keponakannya bermain dengan sang ayah.
Jam istirahat selesai, Minhyung antar Eunchae ke dalam. Pria itu kembali menemui Yewon, beberapa menit kemudian.
"Bisa kau jelaskan maksudmu menculik Eunchae kemarin?" tanya Yewon tanpa basa-basi.
"Yewon-ah, aku-"
"Tidak perlu mengelak. Soobin sudah menceritakannya lusa lalu," sela Yewon.
Minhyung menghelas napas sebelum mengaku, "Aku minta maaf karena mengajak Eunchae pergi tanpa izin. Aku juga minta maaf karena menemui Eunchae di sini diam-diam. Tidak seharusnya aku bersikap demikian, ketika kau sudah bersikeras melarang."
"Itu kau tahu, mengapa masih dilakukan?"
"Karena dia putriku, Yewon-ah. Aku punya andil dalam hidupnya. Aku tahu aku datang di waktu yang tidak tepat. Mungkin selamanya tidak akan tepat. Tetapi, belum terlambat bagiku membenahi ini semua. Aku masih bisa membahagiakan Eunchae," jawab Minhyung.
"Dengan mengajaknya tinggal bersamamu dan Yerim? Kau ingin membesarkan Eunchae dengan wanita yang bukan eomma-nya, begitu?"
"Yewon-ah, aku-"
Yewon menghembuskan napas kasar memotong ucapan Minhyung. "Aku masih sangat marah padamu, jujur saja. Di saat Eun hamil dalam keadaan sakit, melahirkan, hingga meregang nyawa, kau tidak ada di sana. Aku tahu orang tuamu tidak pernah setuju dengan hubungan kalian, tetapi kau benar-benar meninggalkannya sendiri. Kau tak sekalipun mendatanginya, ketika saat itu kau masih tinggal di Amerika. Bahkan ketika Eunchae lahir dan tumbuh, kau tidak juga datang. Kalau kau tidak datang untuk Eun, aku masih bisa menahan emosi karena kalian sudah bercerai. Namun kau tidak juga muncul dan baru sekarang, ketika usia Eunchae tujuh tahun, kau muncul dengan permintaan yang menurutku sangat tidak sopan. Mengambil alih pengasuhan Eunchae? Kau keterlaluan," ujarnya panjang lebar. Yewon keluarkan semua hal yang mengganjal di hati.
"Yewon-ah, aku sungguh minta maaf sudah membuatmu dan eomeonim kesusahan selama ini. Menahan sakit dan segala macam hal karena kebodohanku. Maka dari itu, tolong berikan pria bodoh ini kesempatan untuk menjadi ayah yang lebih baik. Aku tidak akan lagi memaksa Eunchae harus tinggal dengan siapa, asal izinkan aku bertemu dengan anakku. Jika dia memilih tinggal bersamaku, aku tidak melarang kau dan eomeonim bertemu dengan Eunchae. Aku mohon, Yewon-ah," pinta Minhyung dengan mencakupkan tangan di depan hidung dan membungkukkan tubuh memohon.
Yewon palingkan kepala menatap lapangan. Yewon belum siap menghadapi ini, tetapi ia tahu lambat-laun Eunchae juga harus memahami fakta ini. Si cilik juga sudah tahu kalau Minhyung adalah ayah-nya. Yewon tidak bisa menghalang-halangi Eunchae jika ingin bertemu dengan sang ayah.
Sanggup tidak sanggup, Yewon harus menyanggupi.
"Untuk sekarang, Eunchae akan tetap tinggal dengan kami sampai ia cukup umur untuk menentukan pilihannya. Kau bisa menemui Eunchae kapanpun kau mau, tentunya kau harus izin dahulu padaku atau eomma. Masalah pendidikan yang kau bahas dahulu, kau bisa membiayai Eunchae setelah sekolah dasar. Untuk sekarang, agar menjadi urusanku dan eomma. Satu saja pintaku, jangan pernah kau dan Yerim membuat Eunchae tersakiti. Kalau itu terjadi, aku akan kembali melarangmu bertemu dengan Eunchae," ucap Yewon memberi ultimatum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Lemonade
Fanfiction[COMPLETED] Selama ini aku berpikir bahwa eksistensiku hanyalah malapetaka di tengah konstruksi sosial yang memuakkan. Tetapi kau hadir, menunjukkan padaku bahwa kebahagian adalah yang terpenting, terlepas bagaimana orang lain menilai perbedaan dan...