Yewon bangun dari tidur ketika matahari sudah berada sangat tinggi di atas. Wanita itu kesulitan membuka kelopak mata. Efek menangis semalaman, dipastikan area mata Yewon bengkak sekarang. Belum lagi ingus yang mendadak butuh dikeluarkan, rambut awut-awutan bak singa, dan tisu yang berserakan di lantai. Kondisi Yewon dan kamarnya benar-benar buruk sekarang.
Pelan-pelan netranya menyesuaikan dengan cahaya yang masuk melalui jendela. Setelah sadar total, yang Yewon lakukan pertama adalah mengumpulkan semua tisu yang tersebar di berbagai penjuru dan membuangnya di tempat sampah dekat pintu. Setelah beres, Yewon rapikan tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi.
Yewon bergidik ngeri melihat penampilan dirinya di cermin. Cepat-cepat ia ikat rambut, membersihkan ingus, dan membilas wajah dengan air dingin. Sekiranya kotoran mata hilang, baru Yewon sapukan sabun cuci muka untuk mengangkat sisa kulit mati sekaligus menghilangkan bekas lengket akibat air mata.
Penampilan Yewon sudah lebih baik setelah membersihkan muka, namun wanita itu tidak tahan untuk mengomel, "Sialan! Bisa-bisa cinta merubahku menjadi monster setiap malam! Dan ini sudah seminggu aku menangisi Choi Soobin bodoh itu!"
"Apa sih yang spesial dari manusia itu, sampai aku menangisinya tanpa henti?!"
Yewon beri pasta gigi sebesar biji jagung pada sikat gigi, mulai membersihkan gigi dengan telaten. Menyikat gigi tak lantas membuat Yewon berhenti mengomel. Wanita itu mengomel tanpa henti, yang lebih terdengar sebagai gumaman belaka. Omelan Yewon berhenti tepat setelah ia selesai kumur.
"Eomma dan Eunchae pasti sedang jalan-jalan di taman bawah," gumam Yewon sekeluarnya dari kamar mandi.
Yewon masuki area dapur, memutuskan menyeduh ramyun setelah tidak menemukan banchan yang menarik untuk ia makan. Dalam hitungan menit, Yewon sudah bisa menikmati makanan instan dengan tambahan telur dan daun bawang. Yewon selesai makan lima belas menit kemudian.
Yewon hendak mandi, ketika ponsel di kamar berbunyi. Panggilan dari Nara.
"Halo, eomma. Ken-"
"Eunchae! Eunchae menghilang, Yewon-ah!"
"APA?!" Yewon langsung panik mendengar ucapan Nara.
"Eomma biarkan Eunchae bermain sebentar, sembari eomma mengobrol dengan ibu-ibu di sini. Lalu tiba-tiba saja Eunchae tidak terlihat. Bagaimana ini, Yewon-ah?!"
"Eomma tunggu aku di bawah! Kita cari Eunchae bersama-sama!"
Yewon dan Nara pun berpencar mencari keberadaan Eunchae. Yewon coba temukan lokasi Eunchae melalui ponsel—mengingat ia selalu memasangkan jam tangan dengan GPS di tangan si cilik, namun keberadaannya tidak terdeteksi sama sekali. Yewon makin panik.
Kemana Eunchae pergi? Apakah dia diculik? Semua pikiran buruk memenuhi kepala Yewon. Jika sebelumnya Yewon menangis karena Soobin, kali ini ia menangis karena tidak bisa menemukan Eunchae di mana-mana.
"Eunchae-ya!" Berulangkali Yewon berteriak, namun tidak juga ia temukan sosok sang ponakan. Tidak banyak juga tempat yang singgah di kepala Yewon, untuk ia kunjungi.
Satu jam lebih Yewon berlari tak karuan. Air mata sudah habis terkuras, namun tidak juga ia temukan Eunchae. Panggilan telepon dari Nara tiba, langsung saja wanita itu angkat.
"Eomma, bagaimana?!"
"Eunchae sudah ketemu, Yewon-ah! Kau langsung pulang ya! Eomma sudah membawa Eunchae kembali."
Yewon menghembus napas lega mendengar kabar dari Nara. Ia ucapkan syukur pada Sang Pencipta, sebelum menutup panggilan dan berlari menuju apartemen. Namun senyum Yewon luntur saat melihat Soobin duduk di meja makan rumahnya. Untuk apa pria itu di sini? Apakah permintaan Yewon semalam kurang jelas?
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Lemonade
Fanfiction[COMPLETED] Selama ini aku berpikir bahwa eksistensiku hanyalah malapetaka di tengah konstruksi sosial yang memuakkan. Tetapi kau hadir, menunjukkan padaku bahwa kebahagian adalah yang terpenting, terlepas bagaimana orang lain menilai perbedaan dan...