⚠️ Warning ⚠️
Mengandung adegan sensitif berupa pembahasan LGBTQ+ dan pemaksaan sentuhan fisik.Soobin dan Yewon tetap berangkat ke kantor bersama, keesokan harinya. Lagu mengalun dari media, membuat Yewon tak jarang bernyanyi pelan. Wanita itu sesekali mengutak-atik ponsel, dengan lincah mengetik setiap notifikasi baru muncul.
Soobin sendiri tak banyak bicara. Pria itu hanya diam subuh ini, ragu untuk memulai percakapan karena sikapnya pada Yewon semalam. Yewon sendiri terlihat santai, yang membuat Soobin semakin merasa bersalah.
Bahkan sampai siaran pagi selesai pun, Soobin masih ragu untuk mendekat. Yewon yang menyadari keanehan Soobin, langsung menyikut si pria setelah sesi evaluasi selesai.
"Soobin-ah! Kau kenapa? Ada masalah?" tanya Yewon tanpa beban.
Soobin menggeleng, "Tidak ada, noona. Aku-"
"Pasti soal kiriman barang kemarin, iya 'kan?" tebak Yewon tepat sasaran.
Soobin ingin mengelak, namun tak satupun kata berhasil lolos dari mulutnya. Soobin lantas mengangguk, kemudian mengucap, "Aku minta maaf karena membalas pesan noona seperti kemarin. Tidak seharusnya aku bersikap demikian."
Tatapan penyesalan nampak jelas dari netra Soobin, membuat Yewon tertawa. Ia tertawa karena Soobin terlihat menggemaskan—juga menertawakan diri sendiri yang memuji si pria padahal Yewon sudah memutuskan tidak menaruh perhatian ekstra pada perasaannya.
Yewon membalas, "Tidak apa-apa, Soobin-ah. Aku yang seharusnya meminta maaf padamu, karena tidak membuang kartu-nya seperti permintaanmu semalam. Aku tidak bisa membuangnya begitu saja, jadi aku membacanya."
Netra Soobin melebar. "Noona membacanya?" tanyanya masih dengan tatapan terkejut.
Yewon masuk ke ruang tunggu, berlari mengambil kartu beserta tas-nya di meja rias. Ia kembali dan memberikan kartu tersebut pada Soobin yang menunggu di ambang pintu. "Ini, aku berikan padamu," ucap Yewon.
"Noona, ak-"
"Aku tidak tahu kau punya masalah apa dengan si pengirim di masa lalu, tetapi kau perlu memberi kesempatan pada orang ini mengucap maaf padamu. Kalau kau tidak ingin kembali, itu keputusanmu, tapi jangan pernah lari dari permasalahan. Selesaikan! Walau masalah itu bukan kau yang memulai," sela Yewon.
"Semangat," lanjut Yewon menepuk bahu Soobin pelan.
Yewon lalu pergi untuk mengantar Eunchae sekolah, seperti biasa. Yewon sempat merasa sedih setelah memberi Soobin saran, namun cepat-cepat ia usir perasaan itu. Yewon peringatkan diri sendiri untuk berhenti bersikap melankolis ketika berhadapan dengan Soobin.
Soobin sendiri masih berdiri ditempat, meresapi saran yang Yewon berikan padanya. Haruskah? Apakah dengan bertemu dengan Chan untuk terakhir kalinya, membuat pria itu berhenti mengusik kehidupan Soobin?
—
Hari demi hari berlalu, minggu ikut berganti.
Soobin putuskan untuk menemui Chan, setelah pertimbangan cukup matang. Soobin sadar pihak keluarga Chan tidak akan suka putra semata-wayangnya kembali berinteraksi dengannya, apalagi Chan sudah menikah. Tetapi, Soobin tidak mau diusik terus-menerus. Soobin harus temui Chan dan mengakhiri bekas masa lalu yang masih menggantung ini. Tentu ia tidak bercerita pada Yewon. Wanita itu tidak perlu tahu, pikirnya.
Jumat pagi—beberapa jam setelah siaran berakhir, Soobin sambangi tempat kerja Chan. Ia tunjukkan surat pada pegawai di lobi dan langsung diantar menuju ruangan sang mantan kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Lemonade
Fanfiction[COMPLETED] Selama ini aku berpikir bahwa eksistensiku hanyalah malapetaka di tengah konstruksi sosial yang memuakkan. Tetapi kau hadir, menunjukkan padaku bahwa kebahagian adalah yang terpenting, terlepas bagaimana orang lain menilai perbedaan dan...