-konten ini tidak disarankan untuk pembaca berusia 18 tahun ke bawah-
.
.
.Janu tidak tahu apa yang mendasari akal sehatnya mendadak kabur seketika. Apakah karena suara gemuruh hujan deras yang membuat fokusnya buyar? Atau karena kedinginan setelah hampir basah kuyup karena kehujanan dan kini terperangkap dalam mobil ber-AC? Janu tidak tahu, dia tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini. Yang pasti meski pun sekujur tubuhnya terasa menggigil, Janu tetap mendapatkan kehangatan yang nyaris terasa panas bagian kepala hingga tekuk. Dia tidak tahu dari mana asal keberanian untuk muncul.
Keberanian untuk menempelkan bibirnya ke bibir wanita yang duduk di kursi penumpang, di sebelah dirinya. Ada rasa menggelitik ketika Janu berusaha untuk bergerak, bibirnya yang kering bertemu dengan bibir Lika yang lembab dan kenyal. Janu hampir kehilangan kesadaran kalau saja kuku palsu Lika tidak menyapu lehernya dan menimbulkan rasa kasar. Janu lantas menarik diri, rasa hangat menjalar pada kedua pipinya.
"Sorry," kata Janu, pelan.
"Karena?"
"Aku udah cium kamu tanpa izin."
"Yang tadi itu kamu bilang ciuman?" Lika tertawa pelan sambil mengusap bibir Janu dengan ibu jari.
Janu hanya terdiam kikuk. "Emang yang bener kayak apa?"
"Mau tahu?" Mata Lika mengerling penuh goda. Dia sudah menahan rasa gemas sejak melihat Janu yang seakan maju mundur untuk mengutarakan apa yang ada di kepala pria itu. Padahal Lika sangat tahu apa yang Janu inginkan.
Sama seperti pria itu yang rela meminjamkan jasnya untuk melapisi gaun Lika yang basah karena terkena hujan, wanita itu pun ingin melakukan hal serupa. Dia ingin memberikan kehangatan bagi Janu.
"B-boleh," sahut Janu, berusaha untuk tidak menoleh pada gundukan tebal yang mendesak di balik gaun body fit Lika.
Kehangatan yang tak bisa terlupakan.
Lika mengusap kedua pipi Janu sampai ke rahang. Lantas mereka pun saling bertatapan. Susah payah Janu mengontrol nafsu untuk tidak melirik potongan gaun Lika yang berbentuk V pada bagian atas. Namun, pemandangan Janu langsung teralihkan dengan wajah Lika yang indah ketika wanita itu beranjak maju.
"Come, Janu. I will teach you." Lika melepas kancing teratas kemeja pria itu, lalu menahan tengkuk Janu dan melumat bibirnya dengan penuh gairah.
Tidak seperti Janu yang malu-malu atau bahkan tak mengerti bagaimana cara berciuman yang benar, Lika terlihat sangat lihai. Gerakan bibirnya memiliki tempo yang cukup agresif. Lidah mereka beradu, tapi Janu terlalu takut salah langkah. Keraguan itu disadari oleh Lika yang langsung mendesakkan lidahnya, kemudian menggigit bibir Janu dengan lembut. Jemari lentik gadis itu bergerak untuk melepaskan satu per satu kancing kemeja hitam milik Janu. Setelah punya ruang yang cukup, Lika menjamah dada bidang Janu dengan telapak tangan yang dingin.
Di bawah kursi, Lika melepaskan stiletto merah yang masih membalut kedua kakinya. Tepat ketika Janu menahan pinggang dan pahanya, Lika berpindah ke pangkuan pria itu. Janu mengatur posisi kursi menjadi sedikit lebih rendah dan mundur. Tubuhnya telah dikuasai Lika secara tak langsung, dia menikmati lumatan bibir gadis itu yang tiada puas dan tak kunjung henti. Janu memberanikan diri untuk menyusupkan tangan ke balik gaun Lika yang melekat ketat di paha.
"Boleh?" Janu berbisik saat Lika tengah menjamah lehernya dengan bibir. Salah satu tangan Janu telah tiba di bagian paha dalam wanita itu. Gaun Lika telah terangkat sampai bokong.
"Jangan bikin aku basah sendiri," balas Lika, sebelum menggigit leher Janu hingga meninggalkan bekas merah kebiruan di sana. Lika mendesis ketika jari Janu menyapu kain g-string yang ia kenakan.
Napas Janu berpacu cepat ketika dadanya beradu dengan milik Lika. Mata sayu pria itu menatap wajah Lika yang sudah sama-sama merah seperti dirinya. Dia menarik tangan dari g-string Lika lalu berpindah ke pundak gadis itu masih ditutupi jas hitam miliknya. Dengan perlahan Janu menurunkan tali tipis yang menggantung di pundak Lika. Sementara wanita itu duduk tegak dengan satu tangan tertahan di bahu Janu. Lika membiarkan Janu menurunkan gaunnya pada bagian dada, dia kembali mendesis saat sapuan angin dari AC menusuk kulitnya hingga terasa dingin. Bersamaan dengan sentuhan jari Janu pada gundukkan kenyal nan padat yang selama ini selalu terlindung dibalik bra hitam kesayangannya.
"Janu ..." Lika meremas bahu pria itu dengan suara serak. Gerakan lambat dari jari Janu malah membuat hasrat Lika semakin terangsang. Dia melenguh ketika Janu mencubit puncak dadanya yang mengeras.
"Sakit?" tanya Janu, mendadak wajahnya menyiratkan kekhawatiran saat melihat Lika menggigit bawah bibirnya.
"No." Lika menggeleng keras, tapi napas wanita itu sempat tertahan sejenak untuk mengatur gairah yang bergejolak dalam tubuhnya, hasrat yang telah dibangkitkan oleh Janu.
"Aku nggak bikin kamu nyaman, ya?" Janu hampir saja menurunkan tangannya dari dada Lika, tapi langsung ditahan oleh wanita itu.
Lika menggeleng lagi. "Kamu bukan amatir, kamu cuma butuh berani."
Berani? Sampai mana batas dari kata berani yang Lika maksud? Janu tidak tahu, tapi mengulangi apa yang ia lakukan tadi hingga lenguhan Lika berusaha menjadi desahan. Seperti yang Lika inginkan, dia lagi-lagi memberanikan diri untuk bertindak lebih jauh. Janu menangkup gundukan itu dengan telapak tangan, kemudian ia remas perlahan. Lika menipiskan bibir seraya mengatur napas. Sentuhan Janu terasa sangat luar biasa, seperti sengatan listrik yang mampu memberikan sensasi tak terduga.
Janu memajukan tubuhnya, dia biarkan Lika menahan rahangnya. Bibir Janu terbuka sedikit, lalu segera disambut Lika dengan ciuman yang sungguh panas. Salah satu tangan pria itu bergerak mencari tali g-string Lika, sementara gadis itu tengah berusaha melepaskan ikat pinggang di celana Janu.
Mereka tidak peduli dengan sekitar disaat mobil Janu menjadi satu-satunya yang terparkir pada lahan paling atas di sebuah hotel. Tidak ada atap, hujan mengguyur mobil Janu dan mengaburkan setiap kaca yang ada. Tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti dalam waktu dekat. Malah keduanya berharap hujan turun semakin deras agar setiap desahan yang keluar dari bibir mereka bisa tersamarkan.
.
.
.
Hi! Selamat datang kembali di cerita Mangocap! Masih dengan tema yang mainstream dan ringan-ringan aja. Semoga bisa jadi hiburan buat kalian 😌Kalau suka, silakan vote. Kalau mau lanjut, silakan komentar :)
Instagram: @/pena_mangocap
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Her Lingerie ✅
Romance"Yang tadi itu kamu bilang ciuman?" Lika tertawa pelan sambil mengusap bibir Janu dengan ibu jari. Janu hanya terdiam kikuk. "Emang yang bener kayak apa?" "Mau tahu?" Mata Lika mengerling penuh goda. "B-boleh," sahut Janu, berusaha untuk tidak menol...